Rabu, 10 Mei 2023

Trio R Maut_Arkan

 Boarding Story #42

Muhammad Arkan Athaya

 

Trio R Maut

 

Duk duk suara mic terdengar seperti di pukul

“Keterlambatan menuju shalat maghrib tersisa lima menit lagi, sekali lagi keterlambatan tersisa lima menit lagi” ucap seorang pembina asrama yang sedang mengumumkan di mikrofon.

Rafa yang sedang mandi pun terkaget lalu mempercepat mandinya. Karena mandi yang tergesa-gesa ia salah memakai alat mandi yang seharusnya sabun digunakan di badan malah ia memakainya di rambutnya.

“Awweh salahma, biarmi deh tatkalami juga.”

gyuurr

Rafa membilas tubuhnya dengan beberapa bilasan dengan gayung yang berisi air. Ia mandi sangat cepat sehingga ia mandi tidak sampai lima menit, ya karena keterlambatannya lima menit lagi. Setelah mandi, ia pun berlari ke kamarnya untuk berpakaian, kemudian ia mendengar sebuah penyampaian lagi.

“Keterlamabatan tersisa satu menit lagi”

“Aduh, mana gamisku? Perasaan kutaruh di sini ji.” ucap Rafa bingung.

Rafa terus mencari gamisnya yang hilang, sehingga keterlambatan tersisa 30 detik lagi.

“Owh ini pale, kenapa tiba-tiba ada di bawah kasurku? Ah lupakan, telatka keknya ini deh” ucapnya cemas. Kemudian sebuah pengumuman terdegar kembali.

“Oke, teman-teman telah terlambat, jadi teman-teman akan di catat namanya dan akan diberi konsekuensi pada esok hari” ucap pembina tersebut dengan nada tegas.

Rafa yang mendengar hal tersebut, tidak membuatnya panik karena ia telah memikirkan sebuah rencana agar lolos dari pencatatan tersebut. Tak lama kemudian pintu kamar Rafa terbuka secara tiba-tiba kemudian masuk dua orang sahabat Rafa yang bernama Rifad dan Reky. Mereka berdua langsung masuk ke kamar Rafa dan membahas cara agar lolos dari pencatatan asrama.

“Ayomi, lewat jendela miki saja dari pada kayak sebelumnya lewat belakang asramaki tetap ki di dapat sama ustadz Rusman, untuk baikji ustadz sama kita’ jadi tidak na laporjiki.” usul Rifad

“Bah, biar terlihat smooth ki juga karena langsungki’ ada di koridor kalau lewat jendela” tambah Reky.

“Yo pade, GASKEN MI” ucap Rafa dengan penuh semangat.

Mereka bertiga pun lewat jendela kamar Rafa untuk lolos dari pencatatan. Dimulai dari Rifad yang keluar, kemudian disusul oleh Rafa. Tak lupa mereka memakai masker agar tidak mudah di ketahui banyak orang. Dan ketika giliran Reky yang keluar, yang pada saat itu Reky telah berada di jendela, seorang siswa sedang melakukan pengecekan ke kamar Rafa lalu membuka pintu kamar dan mendapati Reky yang sedang berada di luar jendela.
“woi siapa itu, berhenti!” teriak siswa tersebut

“Kejarma kalau bisako!” sahut Reky.

“braak” suara kaki Reky menghantam tanah dengan sangat keras.

“Cepakko ada Aiman mengecek, na dapatki nanti!” usul Reky dengan nada tergesa-gesa

Mereka bertiga pun berlari menuju ke koridor sambil membuka masker mereka.

“Kaupa, jangko terlalu terbuka kalau berteriak, ketahuan ki’ nanti” tegur Rifad

“Bah santaimo bosqu, amanji itu” balas Reky dengan nada santai

Mereka semua berjalan di koridor dengan santai sembari mendengarkan suara adzan yang terdengar dimana-mana, menikmati langit yang mulai gelap dan di sisi lain masih terang berwarna jingga pertanda terbenamnya matahari, serta angin sejuk yang meniup wajah. Mereka bertiga sangat senang akibat lolos dari pencatatan yang berada di Asrama. Mereka bertiga terkenal dengan sifat yang sangat suka melanggar, namun mereka jarang sekali ketahuan oleh pembina. Mereka bahkan mendapat julukan “Trio R Maut” dengan slogan “Tutor melanggar tanpa ketahuan, ada di kami” Walaupun julukan ini sudah tersampaikan hingga ke telinga para pembina mereka, tetapi rencana mereka sangat smooth untuk lolos  dari pengawasan pembina, sehingga mereka jarang untuk di hukum.

Saat mereka bertiga terus berjalan di koridor sampai pada akhirnya dari kejauhan mereka kaget melihat seorang perempuan berkerudung hitam, berbaju hijau gelap dan rok abu-abu terang yang tengah duduk di dekat tangga Masjid menghadap depan koridor,  memegang sebuah buku dan pulpen serta menuliskan sesuatu yang tidak diketahui apa yang ia tulis.

“Weh, siapa itu? Kenapa kayak ada na pegang buku sama pulpen?” tanya Rafa dengan kebingungan.

“Iyo di’ masa pencatatan itu, kukira pencatatan di Asrama ji yang ada? masa program pencatatan baru lagi?” tambah Reky dengan nada cemas.

Saat mulai mendekati ujung koridor, Rifad langsung tercengang ketika melihat perempuan  tersebut.

“Astaga, Shofiyyah itu, teman kelasku” ucap Rifad

“Coba tanyaki dulu bilang mencatat keterlambatanko?” usul Reky

Mereka pun mendekati Shoffiyyah lalu Rifad pun bertanya “Kau yang catat keterlambatankah?”

“Bah saya yang catat, kenapaikah?” Shofiyyah bertanya balik

“Aduh, jadi nu catat ki bertiga ini ceritanya?” Rafa bertanya balik
Shofiyyah kemudian tersenyum jahat dan berkata “Iyalah kucatatko bertiga”

“AWWEH” serontak mereka bertiga mengeluh karena mereka gagal dalam misinya kali ini.

Mereka bertiga pun pasrah dan melanjutkan ke Masjid. Tak lupa mengambil air wudhu lalu masuk ke dalam Masjid. Saat sudah berwudhu, Rafa bertanya kepada Rifad, “Hari apa hari ini?”

Kemudian Rifad menjawab “Hari Jum’at, kenapaikah?” tanya Rifad

“Berarti nda ada Tahfidz deh” jawab Rafa

“Iyo iya cuman di ganti sama kajian” tambah Rifad

“Oh iya di’ baruka ingat ada pale kajian hari ini” ucap Rafa baru ingat

“woi, ayomi naikki ke atas, iqamat mi orang” seru Reky

“Yoi” Rafa dan Rifad menjawab serentak.

Rafa, Rifad, dan Reky pun melaksanakan Shalat Maghrib berjamaah bersama siswa lainnya. Semua siswa terlihat sangat khusyuk dalam menjalankan ibadah Shalat Maghrib tersebut, sayangnya pada saat itu mereka bertiga sengaja berada di shaf paling belakang, karena mereka akan menjalankan misi selanjutnya…

 

* * *

 

“Assalamu’alaikum Warahmatullah, Assalamu’alaikum Warahmatullah”

Semua siswa telah selesai melaksanakan shalat maghrib secara berjama’ah yang pada saat itu di imami oleh seorang siswa SMA yang duduk di bangku kelas 11. Semua siswa juga melakukan dzikir bersama mulai dari kalimat istighfar, tasbih, tahmid, takbir, hingga doa bersama yang di pimpin oleh siswa SMP kelas 8. Namun, berbeda dengan “Trio R Maut” ini yang berada di shaf paling belakang, mereka sibuk dengan  rencana mereka agar bisa lolos dari kajian yang akan dilaksanakan pada malam ini.

Kajian selalu dilaksanakan pada saat malam hari yakni malam Sabtu dan malam Ahad untuk mengganti kegiatan tahfidz di malam Senin hingga malam Jum’at. Saat pelaksanaan kajian, para siswa akan mengatur posisi duduknya yang dimana posisi duduk putra berada di sisi kanan Masjid dan posisi duduk putri berada di sisi kiri Masjid. Lalu di antara keduanya ada sebuah pembatas yang telah disediakan oleh pihak GAMAIS (Organisasi Asrama). Untuk pematerinya telah di atur oleh GAMAIS yang dimana pemateri tersebut bisa internal (seperti: pembina asrama, guru, dan karyawan) ataupun eksternal (seperti: orang dari luar yang dipanggil, tokoh terkenal, dsbg). Kajian juga dilaksanakan diantara waktu maghrib dan isya.

“Anu, bagaimana kalau misalnya izin ke toilet miki’ saja baru kaburki, tapi satu-satuki’ minta izin biar tidak ketahuan” bisik Rafa

“Bah bisaji itu, bagaimana pendapatmu Reky?” tanya Rifad dengan berbisik

“Ikutaja’ saya” balas Reky

Tiga menit kemudian, terlihat seorang yang memakai almamater dangan berpakaian yang sangat rapi pertanda ia seorang pemateri dan akan dibawakan oleh sang MC. Para trio tersebut mulai melakukan aksinya, mereka datang satu persatu mendatangi pembina yang sedang duduk di dekat tangga Masjid.

“Ustadz, bisa izin ke toilet?” tanya Rafa

“Iya silahkan, tapi jangan kelamaan nah” balas ustadz Rusman

Rafa pun lolos, begitupun dengan Reky. Begitu sampai pada giliran Rifad, ia terhenti akibat pertanyaan yang dilontakan oleh pembina tersebut.

“Kenapa bersamaan ki’ izin dengan dua orang tadi?” tanya ustadz dengan heran

“Nda kutau juga ustadz, kebetulanji kayaknya itu, hehe” balas Rifad

“Jangki’ lama-lama pale’ nah, karena maumi dimulai kajian ini” tutur ustadz

“Iye Ustadz” jawab Rifad dengan gembira

 

Sesampainya di bawah Masjid, ia bertemu dengan Rafa dan Reky yang telah menunggunya dari tadi.

“Kenapa lama sekali ko?” tanya Rafa dengan heran

“Hufft… hampirki tadi ketahuan” jawab Rafa

“Kenapa bisa?” tanya Reky

“Karena na tanyakka tadi ustadz, kenapa bisa bersamaan semuaki’ ke toilet, tapi saya kujawab kebetulanji itu ustadz” cetus Rifad

“Baguslah, untung nda ketahuanji” ujar Rafa

“Bah” ungkap Rifad

Mereka pun kabur dari Masjid tanpa sepengetahuan siapapun. Pada saat berjalan, mereka masih memikirkan mau kemana.

“Jadi, mau kemanaki’ ini?” tanya Reky

“Hmm… bagaimana kalau ke luarki jajan, kebetulan lagi bawaka’ uang ini Rp. 50.000,00” ajak Rifad

“Boleh ji iya, tapi harus ki’ hati-hati karena bar-bar sekali ini” jelas Rafa

 “Kalau saya ikutja saya, asalkan traktir ka’ nah, hehe” sela Reky

“Bah ku traktir ji ko” jawab Rifad dengan senyuman sambil menaikkan kedua alisnya

“Ayomi pade kita jalankan MISI SELANJUTNYA!” ungkap Rafa dengan nada semangat

“GASKENMI!” serontak Reky dan Rifad semangat

Pada akahirnya, mereka menuju ke gerbang sekolah untuk membeli sebuah jajanan yang berada di Mini Market yang tak jauh dari sekolah berada. Saat sudah berada di pos satpam, ia meminta izin untuk dibiarkan keluar dari gerbang tersebut.

“Pak bisa keluar sebentarji saja, ada barang yang harus kami beli disana pak” tanya Reky

“Hmm… boleh ji iya nak, tapi asalkan cepat ki’ nah karena saya lagi itu yang di marahi kalau ketahuanki” tutur pak satpam tersebut

“Iye pak, Insya Allah nda lamaji pak” balas Reky

Mereka pun dibukakan gerbang oleh pak satpam yang bernama pak Yono tersebut dan pergi meninggalkan sekolah tersebut. Mereka sangat senang karena mereka bisa bebas dari kajian tersebut, dan ini untuk yang pertama kalinya mereka keluar dari luar lingkungan sekolah tanpa seizin pembina asrama mereka.

“Untung baikji itu pak Yono, bisa ji diajak kerjasama” pinta Reky

“Bah kalau tidak, terpaksa ki’ tadi itu lewat pagar ujungki’ panjati” terang Rifad

“Ayomi pade’ singgah ki dulu di Alfamart dulu, baru belikanki juga pak Yono sesuatu karena sudahki na bantu” ajak Rafa

“Bah mauji kubelikan” jawab Rafa

Mereka pun akhirnya menikmati lolosnya dari kajian, ia bisa belanja sesuka hati tanpa ada larangan dari siapapun. Saat diluar, banyak yang mereka singgahi, seperti mini market, penjual, atau bahkan ke pasar malam. Hingga pada akhirnya 20 menit telah berlalu.

“Wih, shalawat mi Masjid disini, ayomi kembali deh” ajak Rafa

“Bah Ayomi” serentak Reky dan Rifad

Mereka berlari menuju gerbang sekolah kembali, sampai suatu ketika mereka telah sampai di depan gerbang dan bertemu dengan pak Yono.

“Pak, ini minuman untuk bapak” ucap Rafa sambil memberikan minuman kepada pak Yono

“Oh iye nak, terima kasih banyak di” ujar pak Yono

“Sama-sama pak, kami duluan ya pak” ucap Rafa

“Iye nak” ucap Pak Yono

Mereka bertiga pun berlari ke dalam sambil terburu-buru karena adzan yang berada disana telah dikumandangkan. Mereka sangat tergesa-gesa ke Masjid sampai-sampai mereka kesulitan mengatur nafasnya.

“Huh… huh… capekku lari, untung tepat waktuki” ujar Rifad

“I-iyo bah, untungji” ujar Reky

Mereka pun mengambil air wudhu kemudian melaksanakan shalat isya secara berjamah di Masjid. Setelah pelaksanaan shalat isya di Masjid, semua di arahkan kembali ke asrama untuk melaksanakan kegiatan mandiri, seperti: belajar mandiri, membuka laptop, mencuci baju, atau bersosialisasi dengan teman-teman. Kemudian “Trio R Maut” ini memutuskan untuk tidur lebih awal akibat lelah sehabis keluar dan bermain di luar lingkungan Sekolah.

 

* * *

 

Esok harinya, semua aktivitas berjalan seperti biasanya. Mulai dari bangun tidur, melaksanakan shalat tahajjud, lalu melaksanakan shalat shubuh berjamaah di Masjid. Ketika selesai shalat shubuh, akan ada pembacaan nama-nama yang terlambat saat kemarin. Seorang perwakilan dari GAMAIS pun naik ke mimbar dan membacakan siapa saja yang terlambat.

“Baik, nama-nama yang saya sebutkan ini adalah nama-nama yang terlambat saat kemarin. Lalu konsekuensinya adalah membersihkan seluruh fasilitas yang ada di dalam Masjid hingga sekitar luar Masjid.” ucap siswa tersebut

Nama-nama nya pun di sebutkan satu per satu. Namun “Trio R Maut” ini kebingungan, karena nama mereka bertiga ini tidak disebutkan saat pembacaan. Namun mereka tetap bersyukur karena nama mereka tidak disebutkan dan mereka tidak mendapatkan konsekuensi.

Saat seluruh kegiatan Masjid selesai, seluruh siswa pun diarahkan untuk beres-beres di asrama. Saat “Trio R Maut” ini berada di tangga Masjid, mereka berbincang-bincang mengapa tidak sebut namanya tadi saat di mimbar padahal kemarin mereka bertiga terlambat untuk datang ke Masjid.

“Hmm, moka coba ketemu sama shofiyyah deh, kenapa bisa nda nacatatki’ bertiga” ucap Rifad

“Iyo bah, tanyakanmi” Tambah Rafa dan Reky, tak lama kemudian…

“Eh, itu sana Shofiyyah lagi duduki di gazebo” ujar Rifad
“Ayo pale kesana” ajak Rafa

Mereka bertiga akhirnya memutuskan bertemu dengan Shofiyyah di gazebo.

“Eh Shofiyyah, kenapa nda nucatat ki’ bertiga” tanya Rifad

“Iya, padahal kemarin nu bilang bakal nu catat ki’ bertiga baru tadi nda di sebutkan namaku bertiga” tambah Reky

“Hahahaha…” tawa Shofiyyah sambil menggelengkan kepalanya

“Apanya yang lucu?” tanya Rafa

Shofiyyah hanya bisa tersenyum sambil mengatakan

 “Untung lagi baek ja disitu, karena kasihan ka liatko bertiga berlari lari sampai ke Masjid, baru kayak pasrahko bertiga terus paling terakhirmo juga datang ke Masjid, hihihi…” ucap Shofiyyah sambil tertawa kecil

“Owh, terima kasih banyak nah Shofiyyah, untung adaji orang dalam hehe…” ucap Rifad sambil tersenyum

“Bah, lain kali cepat-cepat ko semua datang nah, karena nda mungkin ku tolong terus ko bertiga” ujar Shofiyyah

“Yoi!” serentak mereka bertiga

“Yasudah mauka ke asrama dulu, mau beres-beres, daah! Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam” jawab mereka bersamaan

Mereka bertiga pun kembali ke asrama untuk beres-beres. Saat di koridor mereka menikmati indahnya langit dengan matahari yang akan memancarkan sinarnya, terdengar burung berkicau di langit lepas serta udara yang begitu segar di pagi hari. Sekali lagi misi “Trio R Maut” ini berhasil lagi, mereka sangat senang akibat keberhasilan misinya pada kali ini.

Saat sampai di asrama, ustadz Rusman tiba-tiba menyuruh mereka bertiga ini untuk menghadap di meja ustadz Rusman setelah mengganti pakaian shalatnya dan di beri waktu selama 3 menit. Saat selesai mengganti pakaiannya, mereka pun menghadap di meja ustadz Rusman.

“Nak, jujurki’ kemanaki waktu kajian kemarin?” tanya ustadz Rusman dengan perlahan

Mereka terkaget dan menghening akibat mendengar pertanyaan yang dilontarkan tersebut.
“Tidak saya marahi ji ki’ kalau jujurki’ nak, nda menggigitja juga” ucap ustadz Rusman

“A-anu ustadz, k-kami ke luar s-sekolah ustadz” jawab Rifad sambil menunduk ke bawah

“Begini nak, saya tidak mau laporkan ini lebih lanjut ke pimpinan, karena saya tahu pasti ada alasan kalian melakukan itu semua, cuman ingatki’ bahaya sekali itu di luar, jangan sampai kalian di culik atau bahkan di pajak sama preman yang ada di luar sana” kata ustadz Rusman
“Dan juga kalau kalian belum tahu aturannya, kalau kedapatanki keluar sekolah tanpa seizin guru atau pembina, akan di DropOut atau di keluarkan dari sekolah karena itu pelanggaran yang sangat berat nak.” tambah ustadz Rusman

Mereka hanya terdiam sambil mendengarkan apa yang di ucapkan oleh ustadz Rusman

“Jadi mulai sekarang jangan di ulang kembali yah” tutur ustadz Rusman

“Iye ustadz” jawab mereka serentak

“Yasudah, kalian bisa bersihkan kamarnya lalu berolahraga” ujar ustadz Rusman

Semuanya pun bubar kecuali Rifad yang masih berdua dengan ustadz Rusman, kemudian Rifad bertanya…

“Kalau boleh tahu ustadz, darimanaki’ tahu saya keluar sekolah?” tanya Rifad sambil berbisik
“Anu nak, dari Aiman, na dengar bede’ rencana ta saat shalat maghrib kemarin” bisik ustadz Rusman

“Oh iye ustadz, terima kasih”

“Iye nak sama-sama” jawab ustadz sambil tersenyum

Ternyata oh ternyata, rencana mereka di dengar oleh Aiman saat selesai shalat maghrib, saat itu Aiman memang berada di depan shaf mereka jadi wajar saja jika ia mendengar rencana “Trio R Maut” tersebut.

Hari semakin larut, kini Rafa, Reky, dan Rifad menuju Masjid lebih cepat dari biasanya. Kali ini mereka keluar saat keterlambatan tersisa lima menit lagi, jadi mereka tidak telat saat ke Masjid. Saat mereka berada di koridor, mereka masih membahas apa yang terjadi saat pagi hari tadi.

“Ayo lagi keluar bro, kali ini haruski lebih merahasiakan lagi, ajak Rifad

“Bah setujuka saya, haruski lebih hati-hati lagi” pungkas Reky

“Deh nda nu dengar tadi pagi apa nabilang ustadz Rusman kah? Bisa-bisaki’ di keluarkan dari sekolah kalau kedapatanki” tutur Rafa

“Halah, alay ko, na laporki kemarin Aiman itu bro” ujar Rifad

“Hmm… biar lagi, nda mauja saya ikut deh” ucap Rafa

“Deh nda seru na ini, kita’ mo berdua pade Reky” ajak Rifad

“Iyo ayomi” jawab Reky

Adzan Maghrib pun di kumandangkan, semua siswa sudah berada di Masjid dan bersiap untuk melaksanakan shalat maghrib. Shalat maghrib pun dimulai hingga sekitar 15 menit berlalu. Hingga tibalah saatnya, Rifad dan Reky melakukan aksinya. Mereka berdua langsung turun tanpa izin dan hebatnya tidak ada satupun yang melihat aksi kedua anak tersebut kecuali Rafa.

Haduh sudah ku kasih tau, nda mau mendengar, bahayanya itu anak berdua” dalam hati Rafa

Rafa yang saat itu melihat temannya keluar dari Masjid, ia tidak mempedulikannya lagi, ia dengan terpaksa harus mengikuti kajian, dan ingin mencari tahu, apa sih sebenarnya manfaat dari kajian tersebut.

Di saat Rafa sedang mengikuti kajian, Reky dan Rifad bersenang-senang berada diluar. Mereka belanja segala macam, menyaksikan atraksi, atau bahkan mendapat teman baru di luar sana.

Dua puluh menit pun berlalu, mereka berdua pun bergegas pulang ke Asrama takut akan terlambat. Namun tiba-tiba saja seseorang dengan postur badan yang tinggi yang sedang menaiki motor, mendekati 2 orang remaja tersebut.

Ngiiing suara rem motor berbunyi

"Apa yang kalian lakukan di sini? Seharusnya kalian mendengarkan kajian malam ini” ucap orang tersebut dan ternyata orang tersebut adalah Pak Bahri yang merupakan kepala sekolah. Pak Bahri saat itu sedang membeli sebuah makanan yang tidak jauh dari letak sekolah berada.

“Ehh… anu pak, emm..” jawab Rifad tidak tenang sambil menyikut Reky dengan isyarat agar membantunya

“Hari Senin nanti kalian berdua menghadap di ruangan saya ya, di ruang guru” ucap Pak Bahri dengan tegas

“Iya Pak” serentak Rifad dan Reky

“Cepat, kembali ke asrama sekarang juga!” tegas Pak Bahri

Mereka berdua pun langsung melesat menuju gerbang Sekolah hingga ke Masjid. Ternyata masjid telah dikumandangkan adzan, sehingga mereka langsung ke Masjid tanpa basa-basi. Sesampainya di Masjid, mereka pun langsung menghampiri Rafa.

“Awweh matima ini, di keluarkan ma” cemas Rifad

“Iyo, tamatmi riwayat ta” tambah Reky dengan cemas juga

“Kenapa bisa?” tanya Rafa
“Na dapatka’ saya sama Reky Pak Bahri we, baru nasuruhka menghadap hari senin” jawab Rifad dengan nada sedih

“Aduh jadi bagaimana ini?” tanya Rafa

“Nda taumi juga” jawab Reky

“Hmm, nanti pi di pikirkan itu shalat mi dulu” ajak Rafa

Mereka bertiga pun langsung mengambil air wudhu dan langsung masuk kedalam Masjid lalu melaksakan shalat sunnah rawatib. Kemudian seluruh siswa melaksanakan shalat isya secara berjamaah. Saat pulang dari Masjid, mereka langsung ke asrama untuk mengganti pakaian dan beraktivitas mandiri.

Sesampainya di asrama, Rifad dan Reky langsung menceritakan hal tersebut kepada Rafa di kamarnya.

“Hmm… bagaimana jalan keluarnya di?” pikir Rafa

Beberapa detik kemudian

“Hmm…Owh! ada satu caraku untuk masalah ini” ucap Rafa dengan yakin

“Apa caranya?” tanya Rifad

“Nanti nu liat sendiri di hari Senin nanti, jammo cemas pasti berhasil ji ini, santaimi saja” ujar Rafa

“Oke” Rifad dan Reky menjawab bersamaan masih dengan nada cemas

Mereka bertiga pun menjalani aktivitasnya di hari Ahad dengan seperti biasanya. Namun dalam hati Rifad dan Reky masih ada rasa cemas yang selalu menghantuinya, mau ia makan, mandi, apapun aktivitas yang mereka berdua lakukan, dari shubuh hingga isya. Dan tibalah saat waktu untuk tidur namun, Rifad dan Reky masih gelisah terhadap masalah yang mereka perbuat.

Senin yang begitu cerah, namun tidak bagi Reky dan Rifad. Mereka terus gugup akibat kejadian 2 hari yang lalu yang tidak bisa ia lupakan, namun mereka tetap selalu di sugesti oleh Rafa agar tidak panik karena sebuah rencana yang telah ia siapkan. “Trio R Maut” ini pun berangkat ke sekolah bersama-sama dengan lebih awal.
“Aduh masih panikka bro” ucap Rifad dengan cemas

“Samaki’ bro” tambah Reky

“Santai mo, jammo panik hehe…” pinta Rafa

Hingga pada saat mereka telah sampai di Sekolah, mereka melihat motor hijau yang sudah terparkir, persis motor yang pak Bahri gunakan. Tak lama kemudian, Rafa mengatakan ingin izin ke ruang guru untuk sebentar saja, Rifad dan Reky agak kebingungan tapi mereka tetap mengiyakan izin Rafa tersebut.

Tok tok tok suara pintu diketuk

“Iya silahkan masuk”

“Ada kepentingan nak? bisaki’ duduk di situ” tanya pak Bahri

Rafa pun menarik kursi yang ada di depan pak Bahri, lalu memulai pembicaraan

“Jadi begini pak….”

Rafa pun berbicara dengan pak Bahri yang tidak diketahui apa yang mereka bicarakan. Mereka berbicara sekitar 10 hingga 15 menit. Rifad dan Reky yang masih menunggu, pernasaran apa yang dibicarakan oleh Rafa dengan pak Bahri.

Ciut suara pintu terbuka

“Hehe… sekarang giliran kau berdua di panggil” ucap Rafa sambil tersenyum

“Hmm… oke” ujar Rifad dan Reky

Tok tok tok suara pintu diketuk

“Iye nak masukki’ langsung saja duduk di situ” ucap pak Bahri

Mereka pun langsung duduk di kursi yang tersedia

“Jadi langsung saja intinya ya… kemarin saya sudah konfirmasi sama guru BK, lalu tadi Rafa sudah datang tadi juga bicara sama saya.”

Gluk Rifad dan Reky menelan sambil merinding

“Jadi keputusannya…”

Ciut suara pintu terbuka diiringi oleh Rifad dan Reky yang keluar dari pintu

“RAFA…KENAPA KO LAKUKAN SEMUA INI?!” ucap Rifad dengan mata yang berkaca-kaca

Ternyata saat Rafa menghadap dengan pak Bahri ia mengatakan bahwasanya Rafa menyuruh Rifad dan Reky untuk keluar sekolah dan juga Rafa mengaku bahwasanya ia lebih deluan keluar sekolah di banding mereka. Sehingga keputusannya yaitu, Rafa akan di keluarkan dari sekolah (Drop Out), sementara Rifad dan Reky akan mendapatkan SP (Surat Peringatan) ke 3.

Dan akhirnya Rafa hanya menjawab
“Karena, pas kajian 2 hari yang lalu, kuingat ada salah satu kata-kata pematerinya nabilang bahwasanya, haruski terus membantu apapun yang kita perbuat, pasti akan dibalas oleh suatu saat nanti oleh Allah SWT.”

Jawaban ini memang sangat bagus, namun perbuatan yang ia lakukan sungguh di luar nalar.

“Awweh kau, pa terlalu egois namanya ini” ucap Reky dengan nada sedih

“Hehe… santai saja, Insya Allah ada semuaji ini hikmahnya” tutur Rafa

“J-jadi, kapanko dikeluarkan dari s-sini?” tanya Rifad dengan suara gemetar

“yaa… mungkin besok pulangma Insya Allah, sudahmi ku tanyak orangtua ku semalam” ucap Rafa

Tangisan Rafa mulai terpecah, begitu pula dengan Reky. Rifad dan Reky pun akhirnya memeluk Rafa karena akan kehilangan sahabat terbaiknya itu.
“Seriuska ini Rafa, suatu saat saya menjadi sukses, akan kubalas perbuatanmu Rafa” lirih Rifad
“Semoga Allah mempermudah semua perbuatanmu Rafa, kau sahabat terbaikku” lirih Reky

Momen tersebut adalah momen yang sangat perih karena pengorbanan yang dilakukan oleh Rafa sehingga Rifad dan Reky masih bisa bertahan dan bersekolah di Sekolah Islam Athirah Bone.


* * *

 

Keesokan harinya di sore hari, Rafa dijemput oleh kedua orang tuanya, Rifad dan Reky membantu membawakan barang-barang Rafa menuju depan Asrama. Rifad dan Reky semakin hancur hatinya saat harus berpisah dengan Rafa.
“Maaf nah kalau banyak salahku” ucap Rafa sambil tersenyum
“Nda ji bro justru kami yang meminta maaf karena berbuat salah ke kau” balas Rifad dengan nada sedih

“Baik-baik ko berdua disini nah, belajar yang betul, sama… harusko ikut kajian, karena kajian tidak burukji juga.” ujar Rafa

“Siap bro ku… kau juga hati-hati nah” serentak Rifad dan Reky

Bah, santaimo deluan ka dulu nah, daah!Assalamu’alaikum” pamit Rafa

“Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh” jawab Rifad dan Reky.
Hiks hiks tangisan Rifad dan Reky mulai terdengar, mereka berdua kembali ke asrama dan bersih-bersih. Rifad dan Reky akan terus mengikuti kajian hingga mereka tamat di SMA ini.

Malam Sabtu pun di mulai, kajian akan di adakan, Rifad dan Reky sangat antusias dalam mengikuti kajian ini. Mereka bahkan menjadi duta selalu duduk di depan saat kajian hingga tamat SMA.

 

* * *

 

15 tahun pun berlalu begitu cepat setelah kejadian yang dialami oleh Rifad dan Reky saat itu mereka duduk di bangku kelas 10 SMA. Mereka berdua kini telah berkeluarga dan menjadi sukses di suatu perusahaan besar. Namun, dibalik kesuksesannya itu, ia tidak pernah akan lupa atas jasa yang telah diberikan oleh sahabatnya dulu saat SMA.

Kali ini ia berinisiatif untuk membalas perbuatan sahabatnya dahulu dengan memberikannya sebuah hadiah untuk menepati janjinya.
kriing kriing suara telepon berbunyi
ya halo, dengan siapa ini?” ucap seseorang di dalam telepon tersebut.

“Saya Rifad bro, sahabatmu Reky bosku” ucap Rifad

Owwh, ada kepentingan apa bro?” tanya Reky
“Anu, ayo pergi ke rumahnya Rafa baru berikan sebuah hadiah” ajak Rifad

Owh Rafa, ayomi pale, nda pernahka juga dengar kabarnya itu anak, ketemuanki di depan rumahku nah” ucap Reky

“Oke bosku” balas Rifad

Rifad pun menuju ke rumah Reky sekaligus membawa sebuah hadiah yang begitu besar. Sesampainya mereka ke rumah Rafa, mereka berdua terkejut akibat mereka melihat sebuah papan karanagn bunga yang bertuliskan, “Turut Berduka Cita atas Wafatnya, Muhammad Rafa Dzikrullah”. Mereka yang meilhat papan tersebut, langsung turun dari mobil dan mengetuk sang rumah tersebut.
tok tok tok suara ketukan pintu terdengar cepat
“Assalamu’alaikum, permisi” ucap Rifad dengan sangat sedih
ckrek suara pintu terbuka

“Wa’alaikumsalam” jawab seorang perempuan yang tengah berkaca-kaca saat menampilkan wajahnya.

Perempuan tersebut langsung memeluk Rifad dan Reky yang ternyata ia adalah ibu dari Rafa. Rifad kemudian bertanya apa yang terjadi, lalu ibu Rafa menjelaskan bahwasanya Rafa telah mengalamai kecelakaan saat 5 hari yang lalu, kemudian ia di rawat di Rumah Sakit Hapsah, kemudian ia akhirnya tidak terselamatkan.

Mendengar hal itu, Rifad dan Reky sangat sedih sehingga tangisannya begitu pecah, karena sekali lagi mereka kehilangan sahabat mereka tercinta. Rifad dan Reky juga langsung mengingat salah satu kalimat dari seorang pemateri saat di SMA dulu,

“Setiap orang yang kita cintai, maupun itu keluarga, teman ataupun sahabat, pasti akan kembali pada Allah saat mati dan beruntunglah mereka yang dekat dengan Allah sepanjang hidupnya.

Rifad pun bertekad dalam hatinya

Insya Allah bro, kami akan terus berbuat kebaikan, sehingga kami berdua bisa menolongmu di akhirat kelak

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar