Boarding Story #42
Muhammad
Arkan Athaya
Trio
R Maut
Duk
duk suara mic terdengar seperti di pukul
“Keterlambatan menuju shalat maghrib tersisa lima menit lagi, sekali lagi keterlambatan tersisa lima menit lagi” ucap seorang pembina asrama yang sedang mengumumkan di mikrofon.
Rafa yang sedang
mandi pun terkaget lalu mempercepat mandinya. Karena mandi yang tergesa-gesa ia
salah memakai alat mandi yang seharusnya sabun digunakan di badan malah ia
memakainya di rambutnya.
“Awweh salahma,
biarmi deh tatkalami juga.”
gyuurr
Rafa membilas
tubuhnya dengan beberapa bilasan dengan gayung yang berisi air. Ia mandi sangat
cepat sehingga ia mandi tidak sampai lima menit, ya karena keterlambatannya
lima menit lagi. Setelah mandi, ia pun berlari ke kamarnya untuk berpakaian,
kemudian ia mendengar sebuah penyampaian lagi.
“Keterlamabatan
tersisa satu menit lagi”
“Aduh, mana
gamisku? Perasaan kutaruh di sini ji.” ucap Rafa bingung.
Rafa terus
mencari gamisnya yang hilang, sehingga keterlambatan tersisa 30 detik lagi.
“Owh ini pale,
kenapa tiba-tiba ada di bawah kasurku? Ah lupakan, telatka keknya ini deh”
ucapnya cemas. Kemudian sebuah pengumuman terdegar kembali.
“Oke, teman-teman
telah terlambat, jadi teman-teman akan di catat namanya dan akan diberi
konsekuensi pada esok hari” ucap pembina tersebut dengan nada tegas.
Rafa yang
mendengar hal tersebut, tidak membuatnya panik karena ia telah memikirkan sebuah
rencana agar lolos dari pencatatan tersebut. Tak lama kemudian pintu kamar Rafa
terbuka secara tiba-tiba kemudian masuk dua orang sahabat Rafa yang bernama
Rifad dan Reky. Mereka berdua langsung masuk ke kamar Rafa dan membahas cara
agar lolos dari pencatatan asrama.
“Ayomi, lewat
jendela miki saja dari pada kayak sebelumnya lewat belakang asramaki tetap ki
di dapat sama ustadz Rusman, untuk baikji ustadz sama kita’ jadi tidak na laporjiki.”
usul Rifad
“Bah, biar
terlihat smooth ki juga karena langsungki’ ada di koridor kalau lewat
jendela” tambah Reky.
“Yo pade, GASKEN
MI” ucap Rafa dengan penuh semangat.
Mereka bertiga
pun lewat jendela kamar Rafa untuk lolos dari pencatatan. Dimulai dari Rifad
yang keluar, kemudian disusul oleh Rafa. Tak lupa mereka memakai masker agar
tidak mudah di ketahui banyak orang. Dan ketika giliran Reky yang keluar, yang
pada saat itu Reky telah berada di jendela, seorang siswa sedang melakukan
pengecekan ke kamar Rafa lalu membuka pintu kamar dan mendapati Reky yang
sedang berada di luar jendela.
“woi siapa itu, berhenti!” teriak siswa tersebut
“Kejarma kalau
bisako!” sahut Reky.
“braak”
suara kaki Reky menghantam tanah dengan
sangat keras.
“Cepakko ada
Aiman mengecek, na dapatki nanti!” usul Reky dengan nada tergesa-gesa
Mereka bertiga
pun berlari menuju ke koridor sambil membuka masker mereka.
“Kaupa, jangko
terlalu terbuka kalau berteriak, ketahuan ki’ nanti” tegur Rifad
“Bah santaimo
bosqu, amanji itu” balas Reky dengan nada santai
Mereka semua
berjalan di koridor dengan santai sembari mendengarkan suara adzan yang terdengar
dimana-mana, menikmati langit yang mulai gelap dan di sisi lain masih terang
berwarna jingga pertanda terbenamnya matahari, serta angin sejuk yang meniup
wajah. Mereka bertiga sangat senang akibat lolos dari pencatatan yang berada di
Asrama. Mereka bertiga terkenal dengan sifat yang sangat suka melanggar, namun
mereka jarang sekali ketahuan oleh pembina. Mereka bahkan mendapat julukan
“Trio R Maut” dengan slogan “Tutor melanggar tanpa ketahuan, ada di kami”
Walaupun julukan ini sudah tersampaikan hingga ke telinga para pembina mereka,
tetapi rencana mereka sangat smooth untuk lolos dari pengawasan pembina, sehingga mereka
jarang untuk di hukum.
Saat mereka
bertiga terus berjalan di koridor sampai pada akhirnya dari kejauhan mereka
kaget melihat seorang perempuan berkerudung hitam, berbaju hijau gelap dan rok
abu-abu terang yang tengah duduk di dekat tangga Masjid menghadap depan
koridor, memegang sebuah buku dan pulpen
serta menuliskan sesuatu yang tidak diketahui apa yang ia tulis.
“Weh, siapa itu?
Kenapa kayak ada na pegang buku sama pulpen?” tanya Rafa dengan kebingungan.
“Iyo di’ masa
pencatatan itu, kukira pencatatan di Asrama ji yang ada? masa program
pencatatan baru lagi?” tambah Reky dengan nada cemas.
Saat mulai
mendekati ujung koridor, Rifad langsung tercengang ketika melihat
perempuan tersebut.
“Astaga,
Shofiyyah itu, teman kelasku” ucap Rifad
“Coba tanyaki
dulu bilang mencatat keterlambatanko?” usul Reky
Mereka pun
mendekati Shoffiyyah lalu Rifad pun bertanya “Kau yang catat keterlambatankah?”
“Bah saya yang
catat, kenapaikah?” Shofiyyah bertanya balik
“Aduh, jadi nu
catat ki bertiga ini ceritanya?” Rafa bertanya balik
Shofiyyah kemudian tersenyum jahat dan berkata “Iyalah kucatatko bertiga”
“AWWEH” serontak
mereka bertiga mengeluh karena mereka gagal dalam misinya kali ini.
Mereka bertiga
pun pasrah dan melanjutkan ke Masjid. Tak lupa mengambil air wudhu lalu masuk
ke dalam Masjid. Saat sudah berwudhu, Rafa bertanya kepada Rifad, “Hari apa
hari ini?”
Kemudian Rifad
menjawab “Hari Jum’at, kenapaikah?” tanya Rifad
“Berarti nda ada
Tahfidz deh” jawab Rafa
“Iyo iya cuman di
ganti sama kajian” tambah Rifad
“Oh iya di’
baruka ingat ada pale kajian hari ini” ucap Rafa baru ingat
“woi, ayomi
naikki ke atas, iqamat mi orang” seru Reky
“Yoi” Rafa dan
Rifad menjawab serentak.
Rafa, Rifad, dan
Reky pun melaksanakan Shalat Maghrib berjamaah bersama siswa lainnya. Semua
siswa terlihat sangat khusyuk dalam menjalankan ibadah Shalat Maghrib tersebut,
sayangnya pada saat itu mereka bertiga sengaja berada di shaf paling belakang,
karena mereka akan menjalankan misi selanjutnya…
* * *
“Assalamu’alaikum
Warahmatullah, Assalamu’alaikum Warahmatullah”
Semua siswa telah
selesai melaksanakan shalat maghrib secara berjama’ah yang pada saat itu di
imami oleh seorang siswa SMA yang duduk di bangku kelas 11. Semua siswa juga
melakukan dzikir bersama mulai dari kalimat istighfar, tasbih, tahmid, takbir,
hingga doa bersama yang di pimpin oleh siswa SMP kelas 8. Namun, berbeda dengan
“Trio R Maut” ini yang berada di shaf paling belakang, mereka sibuk dengan rencana mereka agar bisa lolos dari kajian
yang akan dilaksanakan pada malam ini.
Kajian selalu
dilaksanakan pada saat malam hari yakni malam Sabtu dan malam Ahad untuk
mengganti kegiatan tahfidz di malam Senin hingga malam Jum’at. Saat pelaksanaan
kajian, para siswa akan mengatur posisi duduknya yang dimana posisi duduk putra
berada di sisi kanan Masjid dan posisi duduk putri berada di sisi kiri Masjid.
Lalu di antara keduanya ada sebuah pembatas yang telah disediakan oleh pihak
GAMAIS (Organisasi Asrama). Untuk pematerinya telah di atur oleh GAMAIS yang
dimana pemateri tersebut bisa internal (seperti: pembina asrama, guru, dan
karyawan) ataupun eksternal (seperti: orang dari luar yang dipanggil, tokoh
terkenal, dsbg). Kajian juga dilaksanakan diantara waktu maghrib dan isya.
“Anu, bagaimana
kalau misalnya izin ke toilet miki’ saja baru kaburki, tapi satu-satuki’ minta
izin biar tidak ketahuan” bisik Rafa
“Bah bisaji itu,
bagaimana pendapatmu Reky?” tanya Rifad dengan berbisik
“Ikutaja’ saya”
balas Reky
Tiga menit
kemudian, terlihat seorang yang memakai almamater dangan berpakaian yang sangat
rapi pertanda ia seorang pemateri dan akan dibawakan oleh sang MC. Para trio
tersebut mulai melakukan aksinya, mereka datang satu persatu mendatangi pembina
yang sedang duduk di dekat tangga Masjid.
“Ustadz, bisa
izin ke toilet?” tanya Rafa
“Iya silahkan,
tapi jangan kelamaan nah” balas ustadz Rusman
Rafa pun lolos,
begitupun dengan Reky. Begitu sampai pada giliran Rifad, ia terhenti akibat
pertanyaan yang dilontakan oleh pembina tersebut.
“Kenapa bersamaan
ki’ izin dengan dua orang tadi?” tanya ustadz dengan heran
“Nda kutau juga
ustadz, kebetulanji kayaknya itu, hehe” balas Rifad
“Jangki’
lama-lama pale’ nah, karena maumi dimulai kajian ini” tutur ustadz
“Iye Ustadz”
jawab Rifad dengan gembira
Sesampainya di
bawah Masjid, ia bertemu dengan Rafa dan Reky yang telah menunggunya dari tadi.
“Kenapa lama
sekali ko?” tanya Rafa dengan heran
“Hufft… hampirki
tadi ketahuan” jawab Rafa
“Kenapa bisa?”
tanya Reky
“Karena na
tanyakka tadi ustadz, kenapa bisa bersamaan semuaki’ ke toilet, tapi saya
kujawab kebetulanji itu ustadz” cetus Rifad
“Baguslah, untung
nda ketahuanji” ujar Rafa
“Bah” ungkap Rifad
Mereka pun kabur
dari Masjid tanpa sepengetahuan siapapun. Pada saat berjalan, mereka masih
memikirkan mau kemana.
“Jadi, mau
kemanaki’ ini?” tanya Reky
“Hmm… bagaimana
kalau ke luarki jajan, kebetulan lagi bawaka’ uang ini Rp. 50.000,00” ajak
Rifad
“Boleh ji iya,
tapi harus ki’ hati-hati karena bar-bar sekali ini” jelas Rafa
“Kalau saya ikutja saya, asalkan traktir ka’
nah, hehe” sela Reky
“Bah ku traktir
ji ko” jawab Rifad dengan senyuman sambil menaikkan kedua alisnya
“Ayomi pade kita
jalankan MISI SELANJUTNYA!” ungkap Rafa dengan nada semangat
“GASKENMI!”
serontak Reky dan Rifad semangat
Pada akahirnya,
mereka menuju ke gerbang sekolah untuk membeli sebuah jajanan yang berada di Mini
Market yang tak jauh dari sekolah berada. Saat sudah berada di pos satpam, ia
meminta izin untuk dibiarkan keluar dari gerbang tersebut.
“Pak bisa keluar
sebentarji saja, ada barang yang harus kami beli disana pak” tanya Reky
“Hmm… boleh ji
iya nak, tapi asalkan cepat ki’ nah karena saya lagi itu yang di marahi kalau
ketahuanki” tutur pak satpam tersebut
“Iye pak, Insya
Allah nda lamaji pak” balas Reky
Mereka pun
dibukakan gerbang oleh pak satpam yang bernama pak Yono tersebut dan pergi
meninggalkan sekolah tersebut. Mereka sangat senang karena mereka bisa bebas
dari kajian tersebut, dan ini untuk yang pertama kalinya mereka keluar dari
luar lingkungan sekolah tanpa seizin pembina asrama mereka.
“Untung baikji
itu pak Yono, bisa ji diajak kerjasama” pinta Reky
“Bah kalau tidak,
terpaksa ki’ tadi itu lewat pagar ujungki’ panjati” terang Rifad
“Ayomi pade’
singgah ki dulu di Alfamart dulu, baru belikanki juga pak Yono sesuatu karena
sudahki na bantu” ajak Rafa
“Bah mauji
kubelikan” jawab Rafa
Mereka pun
akhirnya menikmati lolosnya dari kajian, ia bisa belanja sesuka hati tanpa ada
larangan dari siapapun. Saat diluar, banyak yang mereka singgahi, seperti mini
market, penjual, atau bahkan ke pasar malam. Hingga pada akhirnya 20 menit
telah berlalu.
“Wih, shalawat mi
Masjid disini, ayomi kembali deh” ajak Rafa
“Bah Ayomi”
serentak Reky dan Rifad
Mereka berlari
menuju gerbang sekolah kembali, sampai suatu ketika mereka telah sampai di
depan gerbang dan bertemu dengan pak Yono.
“Pak, ini minuman
untuk bapak” ucap Rafa sambil memberikan minuman kepada pak Yono
“Oh iye nak,
terima kasih banyak di” ujar pak Yono
“Sama-sama pak,
kami duluan ya pak” ucap Rafa
“Iye nak” ucap
Pak Yono
Mereka bertiga
pun berlari ke dalam sambil terburu-buru karena adzan yang berada disana telah
dikumandangkan. Mereka sangat tergesa-gesa ke Masjid sampai-sampai mereka
kesulitan mengatur nafasnya.
“Huh… huh…
capekku lari, untung tepat waktuki” ujar Rifad
“I-iyo bah,
untungji” ujar Reky
Mereka pun
mengambil air wudhu kemudian melaksanakan shalat isya secara berjamah di
Masjid. Setelah pelaksanaan shalat isya di Masjid, semua di arahkan kembali ke
asrama untuk melaksanakan kegiatan mandiri, seperti: belajar mandiri, membuka
laptop, mencuci baju, atau bersosialisasi dengan teman-teman. Kemudian “Trio R
Maut” ini memutuskan untuk tidur lebih awal akibat lelah sehabis keluar dan
bermain di luar lingkungan Sekolah.
* * *
Esok harinya,
semua aktivitas berjalan seperti biasanya. Mulai dari bangun tidur,
melaksanakan shalat tahajjud, lalu melaksanakan shalat shubuh berjamaah di
Masjid. Ketika selesai shalat shubuh, akan ada pembacaan nama-nama yang
terlambat saat kemarin. Seorang perwakilan dari GAMAIS pun naik ke mimbar dan
membacakan siapa saja yang terlambat.
“Baik, nama-nama
yang saya sebutkan ini adalah nama-nama yang terlambat saat kemarin. Lalu
konsekuensinya adalah membersihkan seluruh fasilitas yang ada di dalam Masjid
hingga sekitar luar Masjid.” ucap siswa tersebut
Nama-nama nya pun
di sebutkan satu per satu. Namun “Trio R Maut” ini kebingungan, karena nama
mereka bertiga ini tidak disebutkan saat pembacaan. Namun mereka tetap
bersyukur karena nama mereka tidak disebutkan dan mereka tidak mendapatkan
konsekuensi.
Saat seluruh
kegiatan Masjid selesai, seluruh siswa pun diarahkan untuk beres-beres di
asrama. Saat “Trio R Maut” ini berada di tangga Masjid, mereka
berbincang-bincang mengapa tidak sebut namanya tadi saat di mimbar padahal
kemarin mereka bertiga terlambat untuk datang ke Masjid.
“Hmm, moka coba
ketemu sama shofiyyah deh, kenapa bisa nda nacatatki’ bertiga” ucap Rifad
“Iyo bah,
tanyakanmi” Tambah Rafa dan Reky, tak lama kemudian…
“Eh, itu sana
Shofiyyah lagi duduki di gazebo” ujar Rifad
“Ayo pale kesana” ajak Rafa
Mereka bertiga
akhirnya memutuskan bertemu dengan Shofiyyah di gazebo.
“Eh Shofiyyah,
kenapa nda nucatat ki’ bertiga” tanya Rifad
“Iya, padahal
kemarin nu bilang bakal nu catat ki’ bertiga baru tadi nda di sebutkan namaku
bertiga” tambah Reky
“Hahahaha…” tawa
Shofiyyah sambil menggelengkan kepalanya
“Apanya yang
lucu?” tanya Rafa
Shofiyyah hanya
bisa tersenyum sambil mengatakan
“Untung lagi baek ja disitu, karena kasihan ka
liatko bertiga berlari lari sampai ke Masjid, baru kayak pasrahko bertiga terus
paling terakhirmo juga datang ke Masjid, hihihi…” ucap Shofiyyah sambil tertawa
kecil
“Owh, terima
kasih banyak nah Shofiyyah, untung adaji orang dalam hehe…” ucap Rifad sambil
tersenyum
“Bah, lain kali
cepat-cepat ko semua datang nah, karena nda mungkin ku tolong terus ko bertiga”
ujar Shofiyyah
“Yoi!” serentak
mereka bertiga
“Yasudah mauka ke
asrama dulu, mau beres-beres, daah! Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
jawab mereka bersamaan
Mereka bertiga
pun kembali ke asrama untuk beres-beres. Saat di koridor mereka menikmati
indahnya langit dengan matahari yang akan memancarkan sinarnya, terdengar
burung berkicau di langit lepas serta udara yang begitu segar di pagi hari.
Sekali lagi misi “Trio R Maut” ini berhasil lagi, mereka sangat senang akibat
keberhasilan misinya pada kali ini.
Saat sampai di
asrama, ustadz Rusman tiba-tiba menyuruh mereka bertiga ini untuk menghadap di
meja ustadz Rusman setelah mengganti pakaian shalatnya dan di beri waktu selama
3 menit. Saat selesai mengganti pakaiannya, mereka pun menghadap di meja ustadz
Rusman.
“Nak, jujurki’
kemanaki waktu kajian kemarin?” tanya ustadz Rusman dengan perlahan
Mereka terkaget
dan menghening akibat mendengar pertanyaan yang dilontarkan tersebut.
“Tidak saya marahi ji ki’ kalau jujurki’ nak, nda menggigitja juga” ucap ustadz
Rusman
“A-anu ustadz,
k-kami ke luar s-sekolah ustadz” jawab Rifad sambil menunduk ke bawah
“Begini nak, saya
tidak mau laporkan ini lebih lanjut ke pimpinan, karena saya tahu pasti ada
alasan kalian melakukan itu semua, cuman ingatki’ bahaya sekali itu di luar,
jangan sampai kalian di culik atau bahkan di pajak sama preman yang ada di luar
sana” kata ustadz Rusman
“Dan juga kalau kalian belum tahu aturannya, kalau kedapatanki keluar sekolah
tanpa seizin guru atau pembina, akan di DropOut atau di keluarkan dari
sekolah karena itu pelanggaran yang sangat berat nak.” tambah ustadz Rusman
Mereka hanya
terdiam sambil mendengarkan apa yang di ucapkan oleh ustadz Rusman
“Jadi mulai
sekarang jangan di ulang kembali yah” tutur ustadz Rusman
“Iye ustadz”
jawab mereka serentak
“Yasudah, kalian
bisa bersihkan kamarnya lalu berolahraga” ujar ustadz Rusman
Semuanya pun
bubar kecuali Rifad yang masih berdua dengan ustadz Rusman, kemudian Rifad
bertanya…
“Kalau boleh tahu
ustadz, darimanaki’ tahu saya keluar sekolah?” tanya Rifad sambil berbisik
“Anu nak, dari Aiman, na dengar bede’ rencana ta saat shalat maghrib kemarin”
bisik ustadz Rusman
“Oh iye ustadz,
terima kasih”
“Iye nak
sama-sama” jawab ustadz sambil tersenyum
Ternyata oh
ternyata, rencana mereka di dengar oleh Aiman saat selesai shalat maghrib, saat
itu Aiman memang berada di depan shaf mereka jadi wajar saja jika ia mendengar
rencana “Trio R Maut” tersebut.
Hari semakin
larut, kini Rafa, Reky, dan Rifad menuju Masjid lebih cepat dari biasanya. Kali
ini mereka keluar saat keterlambatan tersisa lima menit lagi, jadi mereka tidak
telat saat ke Masjid. Saat mereka berada di koridor, mereka masih membahas apa
yang terjadi saat pagi hari tadi.
“Ayo lagi keluar
bro, kali ini haruski lebih merahasiakan lagi, ajak Rifad
“Bah setujuka
saya, haruski lebih hati-hati lagi” pungkas Reky
“Deh nda nu
dengar tadi pagi apa nabilang ustadz Rusman kah? Bisa-bisaki’ di keluarkan dari
sekolah kalau kedapatanki” tutur Rafa
“Halah, alay ko,
na laporki kemarin Aiman itu bro” ujar Rifad
“Hmm… biar lagi,
nda mauja saya ikut deh” ucap Rafa
“Deh nda seru na
ini, kita’ mo berdua pade Reky” ajak Rifad
“Iyo ayomi” jawab
Reky
Adzan Maghrib pun
di kumandangkan, semua siswa sudah berada di Masjid dan bersiap untuk
melaksanakan shalat maghrib. Shalat maghrib pun dimulai hingga sekitar 15 menit
berlalu. Hingga tibalah saatnya, Rifad dan Reky melakukan aksinya. Mereka
berdua langsung turun tanpa izin dan hebatnya tidak ada satupun yang melihat
aksi kedua anak tersebut kecuali Rafa.
“Haduh sudah
ku kasih tau, nda mau mendengar, bahayanya itu anak berdua” dalam hati Rafa
Rafa yang saat
itu melihat temannya keluar dari Masjid, ia tidak mempedulikannya lagi, ia
dengan terpaksa harus mengikuti kajian, dan ingin mencari tahu, apa sih
sebenarnya manfaat dari kajian tersebut.
Di saat Rafa
sedang mengikuti kajian, Reky dan Rifad bersenang-senang berada diluar. Mereka
belanja segala macam, menyaksikan atraksi, atau bahkan mendapat teman baru di
luar sana.
Dua puluh menit
pun berlalu, mereka berdua pun bergegas pulang ke Asrama takut akan terlambat.
Namun tiba-tiba saja seseorang dengan postur badan yang tinggi yang sedang
menaiki motor, mendekati 2 orang remaja tersebut.
Ngiiing
suara rem motor berbunyi
"Apa yang
kalian lakukan di sini? Seharusnya kalian mendengarkan kajian malam ini” ucap
orang tersebut dan ternyata orang tersebut adalah Pak Bahri yang merupakan
kepala sekolah. Pak Bahri saat itu sedang membeli sebuah makanan yang tidak
jauh dari letak sekolah berada.
“Ehh… anu pak,
emm..” jawab Rifad tidak tenang sambil menyikut Reky dengan isyarat agar
membantunya
“Hari Senin nanti
kalian berdua menghadap di ruangan saya ya, di ruang guru” ucap Pak Bahri
dengan tegas
“Iya Pak”
serentak Rifad dan Reky
“Cepat, kembali
ke asrama sekarang juga!” tegas Pak Bahri
Mereka berdua pun
langsung melesat menuju gerbang Sekolah hingga ke Masjid. Ternyata masjid telah
dikumandangkan adzan, sehingga mereka langsung ke Masjid tanpa basa-basi.
Sesampainya di Masjid, mereka pun langsung menghampiri Rafa.
“Awweh matima
ini, di keluarkan ma” cemas Rifad
“Iyo, tamatmi
riwayat ta” tambah Reky dengan cemas juga
“Kenapa bisa?”
tanya Rafa
“Na dapatka’ saya sama Reky Pak Bahri we, baru nasuruhka menghadap hari senin”
jawab Rifad dengan nada sedih
“Aduh jadi
bagaimana ini?” tanya Rafa
“Nda taumi juga”
jawab Reky
“Hmm, nanti pi di
pikirkan itu shalat mi dulu” ajak Rafa
Mereka bertiga
pun langsung mengambil air wudhu dan langsung masuk kedalam Masjid lalu
melaksakan shalat sunnah rawatib. Kemudian seluruh siswa melaksanakan shalat
isya secara berjamaah. Saat pulang dari Masjid, mereka langsung ke asrama untuk
mengganti pakaian dan beraktivitas mandiri.
Sesampainya di
asrama, Rifad dan Reky langsung menceritakan hal tersebut kepada Rafa di
kamarnya.
“Hmm… bagaimana
jalan keluarnya di?” pikir Rafa
Beberapa detik
kemudian
“Hmm…Owh! ada
satu caraku untuk masalah ini” ucap Rafa dengan yakin
“Apa caranya?”
tanya Rifad
“Nanti nu liat
sendiri di hari Senin nanti, jammo cemas pasti berhasil ji ini, santaimi saja”
ujar Rafa
“Oke” Rifad dan
Reky menjawab bersamaan masih dengan nada cemas
Mereka bertiga
pun menjalani aktivitasnya di hari Ahad dengan seperti biasanya. Namun dalam
hati Rifad dan Reky masih ada rasa cemas yang selalu menghantuinya, mau ia
makan, mandi, apapun aktivitas yang mereka berdua lakukan, dari shubuh hingga
isya. Dan tibalah saat waktu untuk tidur namun, Rifad dan Reky masih gelisah
terhadap masalah yang mereka perbuat.
Senin yang begitu
cerah, namun tidak bagi Reky dan Rifad. Mereka terus gugup akibat kejadian 2
hari yang lalu yang tidak bisa ia lupakan, namun mereka tetap selalu di sugesti
oleh Rafa agar tidak panik karena sebuah rencana yang telah ia siapkan. “Trio R
Maut” ini pun berangkat ke sekolah bersama-sama dengan lebih awal.
“Aduh masih panikka bro” ucap Rifad dengan cemas
“Samaki’ bro”
tambah Reky
“Santai mo, jammo
panik hehe…” pinta Rafa
Hingga pada saat
mereka telah sampai di Sekolah, mereka melihat motor hijau yang sudah
terparkir, persis motor yang pak Bahri gunakan. Tak lama kemudian, Rafa
mengatakan ingin izin ke ruang guru untuk sebentar saja, Rifad dan Reky agak
kebingungan tapi mereka tetap mengiyakan izin Rafa tersebut.
Tok
tok tok suara pintu diketuk
“Iya silahkan
masuk”
“Ada kepentingan
nak? bisaki’ duduk di situ” tanya pak Bahri
Rafa pun menarik
kursi yang ada di depan pak Bahri, lalu memulai pembicaraan
“Jadi begini
pak….”
Rafa pun berbicara
dengan pak Bahri yang tidak diketahui apa yang mereka bicarakan. Mereka
berbicara sekitar 10 hingga 15 menit. Rifad dan Reky yang masih menunggu,
pernasaran apa yang dibicarakan oleh Rafa dengan pak Bahri.
Ciut
suara pintu terbuka
“Hehe… sekarang
giliran kau berdua di panggil” ucap Rafa sambil tersenyum
“Hmm… oke” ujar
Rifad dan Reky
Tok
tok tok suara pintu diketuk
“Iye nak masukki’
langsung saja duduk di situ” ucap pak Bahri
Mereka pun
langsung duduk di kursi yang tersedia
“Jadi langsung saja
intinya ya… kemarin saya sudah konfirmasi sama guru BK, lalu tadi Rafa sudah
datang tadi juga bicara sama saya.”
Gluk
Rifad dan Reky menelan sambil merinding
“Jadi
keputusannya…”
Ciut
suara pintu terbuka diiringi oleh Rifad
dan Reky yang keluar dari pintu
“RAFA…KENAPA KO
LAKUKAN SEMUA INI?!” ucap Rifad dengan mata yang berkaca-kaca
Ternyata saat
Rafa menghadap dengan pak Bahri ia mengatakan bahwasanya Rafa menyuruh Rifad
dan Reky untuk keluar sekolah dan juga Rafa mengaku bahwasanya ia lebih deluan
keluar sekolah di banding mereka. Sehingga keputusannya yaitu, Rafa akan di
keluarkan dari sekolah (Drop Out), sementara Rifad dan Reky akan
mendapatkan SP (Surat Peringatan) ke 3.
Dan akhirnya Rafa
hanya menjawab
“Karena, pas kajian 2 hari yang lalu, kuingat ada salah satu kata-kata
pematerinya nabilang bahwasanya, haruski terus membantu apapun yang kita
perbuat, pasti akan dibalas oleh suatu saat nanti oleh Allah SWT.”
Jawaban ini
memang sangat bagus, namun perbuatan yang ia lakukan sungguh di luar nalar.
“Awweh kau, pa terlalu egois namanya ini” ucap Reky dengan nada sedih
“Hehe… santai
saja, Insya Allah ada semuaji ini hikmahnya” tutur Rafa
“J-jadi, kapanko
dikeluarkan dari s-sini?” tanya Rifad dengan suara gemetar
“yaa… mungkin
besok pulangma Insya Allah, sudahmi ku tanyak orangtua ku semalam” ucap Rafa
Tangisan Rafa
mulai terpecah, begitu pula dengan Reky. Rifad dan Reky pun akhirnya memeluk
Rafa karena akan kehilangan sahabat terbaiknya itu.
“Seriuska ini Rafa, suatu saat saya menjadi sukses, akan kubalas perbuatanmu
Rafa” lirih Rifad
“Semoga Allah mempermudah semua perbuatanmu Rafa, kau sahabat terbaikku” lirih
Reky
Momen tersebut
adalah momen yang sangat perih karena pengorbanan yang dilakukan oleh Rafa
sehingga Rifad dan Reky masih bisa bertahan dan bersekolah di Sekolah Islam
Athirah Bone.
* * *
Keesokan harinya
di sore hari, Rafa dijemput oleh kedua orang tuanya, Rifad dan Reky membantu
membawakan barang-barang Rafa menuju depan Asrama. Rifad dan Reky semakin
hancur hatinya saat harus berpisah dengan Rafa.
“Maaf nah kalau banyak salahku” ucap Rafa sambil tersenyum
“Nda ji bro justru kami yang meminta maaf karena berbuat salah ke kau” balas
Rifad dengan nada sedih
“Baik-baik ko
berdua disini nah, belajar yang betul, sama… harusko ikut kajian, karena kajian
tidak burukji juga.” ujar Rafa
“Siap bro ku… kau
juga hati-hati nah” serentak Rifad dan Reky
Bah, santaimo
deluan ka dulu nah, daah!Assalamu’alaikum” pamit Rafa
“Wa’alaikumsalam
Warahmatullahi Wabarakatuh” jawab Rifad dan Reky.
Hiks hiks tangisan Rifad dan Reky mulai terdengar, mereka berdua kembali
ke asrama dan bersih-bersih. Rifad dan Reky akan terus mengikuti kajian hingga
mereka tamat di SMA ini.
Malam Sabtu pun
di mulai, kajian akan di adakan, Rifad dan Reky sangat antusias dalam mengikuti
kajian ini. Mereka bahkan menjadi duta selalu duduk di depan saat kajian hingga
tamat SMA.
* * *
15 tahun pun
berlalu begitu cepat setelah kejadian yang dialami oleh Rifad dan Reky saat itu
mereka duduk di bangku kelas 10 SMA. Mereka berdua kini telah berkeluarga dan
menjadi sukses di suatu perusahaan besar. Namun, dibalik kesuksesannya itu, ia
tidak pernah akan lupa atas jasa yang telah diberikan oleh sahabatnya dulu saat
SMA.
Kali ini ia
berinisiatif untuk membalas perbuatan sahabatnya dahulu dengan memberikannya
sebuah hadiah untuk menepati janjinya.
kriing kriing suara telepon berbunyi
“ya halo, dengan siapa ini?” ucap seseorang di dalam telepon tersebut.
“Saya Rifad bro,
sahabatmu Reky bosku” ucap Rifad
“Owwh, ada
kepentingan apa bro?” tanya Reky
“Anu, ayo pergi ke rumahnya Rafa baru berikan sebuah hadiah” ajak Rifad
“Owh Rafa,
ayomi pale, nda pernahka juga dengar kabarnya itu anak, ketemuanki di depan
rumahku nah” ucap Reky
“Oke bosku” balas
Rifad
Rifad pun menuju
ke rumah Reky sekaligus membawa sebuah hadiah yang begitu besar. Sesampainya
mereka ke rumah Rafa, mereka berdua terkejut akibat mereka melihat sebuah papan
karanagn bunga yang bertuliskan, “Turut Berduka Cita atas Wafatnya, Muhammad Rafa
Dzikrullah”. Mereka yang meilhat papan tersebut, langsung turun dari mobil dan
mengetuk sang rumah tersebut.
tok tok tok suara ketukan pintu terdengar cepat
“Assalamu’alaikum, permisi” ucap Rifad dengan sangat sedih
ckrek suara pintu terbuka
“Wa’alaikumsalam”
jawab seorang perempuan yang tengah berkaca-kaca saat menampilkan wajahnya.
Perempuan
tersebut langsung memeluk Rifad dan Reky yang ternyata ia adalah ibu dari Rafa.
Rifad kemudian bertanya apa yang terjadi, lalu ibu Rafa menjelaskan bahwasanya
Rafa telah mengalamai kecelakaan saat 5 hari yang lalu, kemudian ia di rawat di
Rumah Sakit Hapsah, kemudian ia akhirnya tidak terselamatkan.
Mendengar hal
itu, Rifad dan Reky sangat sedih sehingga tangisannya begitu pecah, karena
sekali lagi mereka kehilangan sahabat mereka tercinta. Rifad dan Reky juga
langsung mengingat salah satu kalimat dari seorang pemateri saat di SMA dulu,
“Setiap orang
yang kita cintai, maupun itu keluarga, teman ataupun sahabat, pasti akan
kembali pada Allah saat mati dan beruntunglah mereka yang dekat dengan Allah
sepanjang hidupnya.
Rifad pun
bertekad dalam hatinya
“Insya Allah
bro, kami akan terus berbuat kebaikan, sehingga kami berdua bisa menolongmu di
akhirat kelak”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar