Boarding Story #43
Andi Tenri Engka
Surat Buat Haris
Sekolah Islam Athirah Bone. Sekolah yang sangat menjunjung tinggal moral dan adab. Jika hal itu tidak ada dalam diri kita, maka lebih baik untuk tidak bersekolah disitu. Malik namanya. Seorang remaja laki laki berusia sekitar 13 tahun baru memasuki sekolah ini. Ia memiliki postur tubuh yang cukup tinggi, bahu lebar, rahang kuat dan memang tampan. Dibalik postur tubuhnya yang gagah, ia memiliki senyum yang sangat manis. He has an innocent eyes.
Malik itu lucu. Malik adalah seorang anak dari keluarga yang mampu. Keluarganya pun sederhana. Selama berada di sekolah Islam Athirah Bone, ada 1 mimpi yang sangat ingin ia realisasikan sepanjang perjalanannya di Athirah. Yaitu menjadi ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas). Ia merasa sanggup dan percaya pada dirinya. Secara, ia adalah anak yang cerdas. Public speakingnya juga bagus. Malik juga gemar dan antusias kalau urusan berorganisasi. Di kelas 8 nanti, ia bertekad untuk mencoba menjadi ketua MPK. Selain merasa pantas, ternyata Malik tak sebaik dan sebagus itu. Ia memiliki alasan lain. Malik ingin menjatuhkan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) di sekolah tersebut.Selain Malik, ada juga Haris. Haris
adalah anak yang cukup pintar. Tubuhnya tidak se gagah Malik, tapi ia tetap
tampan. Ia memiliki kulit tan dan mole di wajahnya yang kharismatik. Laki laki
kelahiran Bandung ini memiliki wajah yang sangat khas daerah asalnya. Haris pun
tak kalah dari Malik. Bagi orang yang sudah mengenal mereka pasti akan berkata,
“Mereka 11 12, pasti saingan.” Kalau Malik ingin menjadi ketua MPK, Haris ingin
menjadi ketua OSIS. Hari hari berlalu begitu cepat. Tak dirasa kini mereka
sudah menginjak kelas 8. Pendaftaran MPK dan OSIS pun dibuka. Tentu saja Malik
mendaftar MPK sedangkan Haris mendaftar OSIS.
Cukup lama proses daftar, tes,
wawancara, seleksi tersebut. Sampai pada akhirnya pengumuman mengenai kelulusan
pun keluar. Malik berhasil menempati posisi sebagai ketua MPK. Ia sangat bangga
pada dirinya sendiri. Malik pun teringat akan rencananya pada saat kelas 7. Setelah
mengetahui bahwa Haris yang menempati posisi sebagai ketua OSIS, ia pun mulai
mencari cari kesalahannya.
Menurut Malik, jika ketuanya sudah
tidak benar, maka akan berimbas kepada anggota lainnya. Maka dari itu Malik
ingin menjatuhkan Haris. Padahal, seharusnya Malik bekerja sama dengan Haris.
Menjalin hubungan pertemanan yang akrab sehingga OSIS dan MPK periode mereka
akan menjadi periode yang keren dan bagus di pandangan siswa siswi lainnya.
Serta untuk periode periode selanjutnya.
Selama setengah periode mereka
menjabat, belum ada hal buruk yang terjadi.
Pada suatu hari, Malik mendengar
pembicaraan di dalam ruangan OSIS MPK. Ternyata itu Haris yang sedang curhat
kepada salah satu anggota OSIS nya.
Malik mendengar Haris berkata, “Ya mau
mi bagaimana? Naksir ka sama Sasa. Secara Sasa itu sudah cantik, baik, rajin
lagi. Bagaimana tidak naksir ka? Mustahil juga kalau tidak ada sama sekali
orang yang suka sama dia. Pasti ada.”
Tunggu, siapa? Sasa? Sasa sekretaris
MPK? Malik akan mencari lebih dalam lagi.
Setelah berkali kali mencoba menguping,
Malik semakin tahu banyak hal.
Ternyata tak hanya Haris yang suka pada
Sasa. Namun Sasa juga sebaliknya. Malik pernah memergoki Sasa menitip surat
kepada salah satu anggota OSIS. Sepertinya untuk Haris. Ia memiliki mengikuti
gadis tersebut dan ternyata benar surat itu ditujukan pada Haris. Malik
bingung. Ia ingin memberitahu guru BK tentang hal tersebut tapi ia juga takut.
Sasa itu sekretarisnya. Sekretaris MPK. Ia memang ingin menjatuhkan OSIS. Tapi
kalau begini caranya, MPK nya juga pasti kena. Ia memutar otak. Mencoba
memikirkan cara lain. Apa yang harus ia lakukan? Malik benar benar bingung.
Sisi malaikatnya berkata, “Tidak apa. Lebih baik kamu beri tahu guru BK mu. Itu
melanggar aturan sekolah loh.”
Sedangkan sisi setannya berkata,
“Jangan, jangan beri tahu! Kamu juga bakal kena nanti.”
Sisi satunya berkata lagi, “Tidak apa.
Setidaknya kamu sudah berani. Kamu akan lebih aman jika memberitahu guru BK mu.
Percaya padaku.”
Malik terdiam. Ketika berada di asrama,
sepi. Yang lain sedang berolahraga.
Setelah per-rollingan kamar beberapa
hari lalu karena menginjak semester baru, Malik mendapatkan jatah sekamar
dengan Haris. Pantas saja setiap pulang rapat Haris pasti memasukkan sesuatu ke
dalam lemarinya. Atau tidak di balik sarung bantalnya. Malik nekat. Ia mengecek
lemari dan ranjang Haris. Betapa terkejutnya ia mendapati begitu banyak surat.
Berarti sudah lama mereka menjalin hubungan. Malik geram. Ia mengikuti sisi
malaikatnya. Ia akan memberitahukan kepada guru BK.
Keesokan harinya, di sekolah. Malik
tidak langsung ke kelas setelah jam istirahat. Ia mampir ke ruang BK sebentar.
“Assalamualaikum bu.”
“Waalaikumsalam. Iya Malik, sini duduk
nak. Kenapa?”
“Anu bu, em, minta maaf. Tapi mau ka
lapor sesuatu?”
“Hm? Ada apa?”
“Ada teman ku bu. Tidak tau pacaran
atau tidak. Tapi sering kasi surat begitu. Terus ada salah satu surat yang
menunjukkan pernyataan cinta. Ini si cowo confess i bu.”
“Bagaimana kronologinya kau bisa tau?”
“Awalnya tidak sengaja dengar saja bu.
Terus saya penasaran. Jadi saya coba cari tahu. Ternyata sudah lama mereka
melakukan itu, surat suratan. Saya coba cari suratnya. Minta maaf bu karena
saya lancang. Tapi ini juga saya lakukan demi kebaikan mereka.”
“Boleh ibu liat suratnya?”
“Ini bu.”
Malik menyodorkan 1 tas penuh isi surat
yang disimpan Haris. Salah satu surat tersebut berisi,
Guru BK tersebut terkejut. Ia pun
mengangguk dan berterima kasih kepada Malik.
Malik berterima
kasih kembali lalu pamit dan mengucap salam.
Siangnya, Haris
mendapatkan kabar bahwa ia dipanggil ke ruang BK sekarang.
Haris terkejut
sekaligus bingung. Ada apa?
Haris dengan
pakaian santainya pun tetap pergi ke ruang BK. Disana ia mendapati Sasa tengah
berdiri di depan ruang BK. Hendak mengetuk pintu.
Sasa melihat
Haris. Ia sama terkejutnya. Mereka seperti paham apa yang akan terjadi. Mereka
sudah tahu dengan semua ini.
“Haris..” suara
Sasa terdengar takut. Haris tahu itu.
Sasa adalah gadis
lemah lembut yang kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ia
hanya punya abangnya yang benar benar bersamanya. Ia butuh pelindung. Itu juga
salah satu alasan Haris menyukai Sasa.
Flashback
Haris mendapati
Sasa sedang menangis di sekitar rumput belakang asrama. Haris menghampirinya.
Sekedar penasaran.
“Kenapa kau
nangis? Cewe cengeng.”
Sasa mendongak dan
matanya bertemu dengan mata Haris. “Kau tida bakal paham. Tidak usah bertanya.
Haris berdecih,
“Saya tidak tau masalah mu apa. Tapi kalau nangis itu bisa bikin kau meluapkan
emosi mu tidak papa. Cape tidak papa Sa. Eh Sasa kan ya? Ya pokoknya itu lah.
Tapi jangan pernah kepikiran buat menyerah. Tadi dari jauh saya dengar bunuh
diri bunuh diri. Kau ini aneh aneh saja.”
“Mama sama bapak
bertengkar lagi. Tadi na telfon ka. Mau mi sidang perceraian. Dari dulu tidak
dapat ka kasih sayang dari mereka. Karena dari kecil bertengkar saja terus na
kerja. Cuma abangku saja yang betul betul sama saya. Yang bisa ku percaya. Tapi
dikasi masuk ka disini. Tidak bisa ka ketemu dia.”
Haris cukup
prihatin. Sejak itu ia merasa ingin melindungi Sasa. Ia menyukai Sasa melalui
hati lemah lembutnya. Namun cara dan waktunya salah.
Back to realita.
“Gapapa. Jawab
jujur saja. Lebih baik kalau jujur. Pasti hukumannya lebih ringan dari pada
bohong.” Sasa mengangguk lalu mereka masuk bersamaan.
“Loh? Oh kayanya
kalian sudah tau ya kenapa kalian saya panggil.” Haris dan Sasa berpandangan
satu sama lain. Kemudian mengangguk bersamaan.
“Kenapa bede?”
“Masalah asmara
bu.” Haris yang menjawab.
Guru BK tersebut
mengeluarkan semua surat yang diberikan Malik. Mereka terkejut. Dari mana guru
BK mereka mendapatkan semua surat itu?
“Ibu kecewa nak
sama kalian, jujur. Astaga nak. Haris? Kamu ketua OSIS loh. Kamu salah satu
role model disini. Kamu Sasa? Memang tidak terlalu diketahui tapi tetap saja
jabatan kamu sekretaris MPK. Nak Ya Allah, tidak malu ki?? Apa nanti na bilang
orang lain? Apa na bilang siswa siswi? Apa na bilang pimpinan? Apa na bilang
orang tuanya kalian? Bagaimana ibu bisa jawab nak?” jeda sedikit.
“Haris coba ceritakan
kenapa bisa kamu.” Haris menceritakan dengan detail.
“Oh mau sok jadi
pahlawan kesiangan?” Haris menggeleng, “Kamu Sasa?”
“Haris baik bu.
Saya dapat perlakuan yang tidak saya dapat dari orang tua saya. Apa lagi abang
saya tidak ada di sini. Haris menggantikan perannya selama disini bu. Haris
juga lucu. Kalau pulang terus chatan Haris, dia suka tenangkan Sasa kalau
dengar ribut ribut. Haris juga suka bikin lawakan yang bikin Sasa ketawa.” Sasa
menjawab dengan suara kecil dan lucu. Tapi ia seperti ingin menangis.
“Okei ibu paham.
Tapi bukan sekarang waktunya ya nak? Kalian masih terikat dengan nama Athirah.
Lebih baik disudahi dulu. Aturan tetap aturan. Tidak papa kan kalau ibu kasi
hukuman?” Keduanya mengangguk.
Mereka menerima
hukuman dengan lapang dada. Dari awal mereka sadar kalau itu salah.
Kini Haris harus
melepas jabatannya sebagai ketua OSIS dan digantikan oleh wakilnya. Sasa pun
begitu. Ia juga melepas jabatan sekretaris MPK dan digantikan oleh salah satu
anggotanya.
Sejak saat itu,
Malik cukup merasa bersalah. Ia juga tidak se antusias dulu ketika ada rapat
MPK. Entah apa yang terjadi padanya.
Suatu hari ada
yang memberitahu Haris bahwa yang cepu kepada guru BK itu Malik.
Suatu malam, di
asrama tepatnya di kamar mereka berdua, Haris mengajak Malik untuk ke pos
satpam. Ia meminta ditemani mengambil paket.
Sepanjang jalan,
perasaan Malik tidak enak. Di setengah jalan, Haris tiba tiba memukul Malik.
Malik yang mendapat serangan tiba tiba pun terkejut.
“WOI KENAPA?”
“KAU YANG CEPU TO?
KURANG AJAR KO MEMANG KAU!”
Pukulan itu
semakin parah. Haris semakin brutal. Ia membalas dendam kepada Malik malam ini.
“IYA SAYA! KENAPA?
TIDAK TERIMA KO?” Malik tidak membalas pukulan tapi ia membalas ucapan Haris.
“IYO. KENAPA KAH??
AMAN JI HIDUPKU NAH. TIDAK KU APA APA I KO MALIK. KENAPA KO BEGITU? APA ALASAN
MU? NDA MU SUKA KA? CEMBURU KO? HAHAHA.”
“TAI. IYA.”
terdiam. Haris menghentikan pukulannya dan melepaskan tangannya dari kerah baju
Malik. Ia terkejut. Benar benar terkejut.
“Iya Haris cemburu
ka. Jujur saya suka sama Sasa dari awal. Dari SD Ris, naksir memang ka sama
dia. Tapi dia tidak pernah tau kalau ada ka. Saya selalu bantu i pas SD. Tapi
dia tidak pernah tau. Saya disini juga karena ada dia. Mau ka dekati nanti.
Tapi kau yang dapat sekarang pake cara licik. Kau bikinkan dia masalah. Sasa
itu anak polos Ris. Dia anak baik. Om sama tante titip dia sama saya walaupun
anaknya tidak tau saya. Saya suka sama dia. SAYA SAYANG SAMA SASA HARIS!”
jatuh, bulir bening dari mata Malik itu terjatuh. Malik menangis.
Haris masih
terkejut. Ia sudah tak bisa berpikir jernih. Ada pembina asrama yang datang dan
langsung membawa Malik menuju UKS.
Hujan turun. Haris
masih terdiam dalam berdirinya. Kakinya lemas. Ia terduduk.
Haris datang ke
UKS asrama. Meminta maaf pada Malik.
“Tidak apa apa.
Maaf juga. Bakal ku kubur ji perasaan ku. Tidak bakal ku ambil ji dari kau.
Jaga Sasa nah. Dia dari kecil tidak pernah dapat orang baik kecuali abangnya.
Saya percaya sama kau. Nanti saya tanya om dan tante kalau Sasa dapat orang
baik. Nanti saya jaga dari jauh saja.” ucap Malik sambil tersenyum.
Untuk kedua
kalinya, Haris datang ke ruang BK.
Haris menyesal.
Benar benar menyesal. Kini hukumannya tidak main main. Ia di drop out dari
sekolahnya. Haris sudah tidak bisa berbuat apa apa. Maka ia rela. Ini memang
salahnya.
Kembalinya ke
asrama, Haris mulai membereskan barangnya. Malamnya ia telah dijemput. Haris
pulang.
*
Beberapa hari
kemudian, Malik telah keluar dari UKS. Meskipun tidak sembuh total, tapi ia
sudah bisa bersekolah.
Di sekolah ia
bertemu Sasa. Sasa menghampirinya. Malik tersenyum.
“Kenapa tidak
bilang?” Senyum Malik luntur. Apa katanya?
“Kenapa tidak
bilang kalau mama papa suruh kau jaga ka? Kenapa tidak bilang kalau itu dari
SD? Jadi selama ini yang kasi tau mama papa kalau Sasa ada masalah di sekolah
itu kau? Kenapa tidak bilang Malik? Kita bisa jadi teman!”
Diam. Keduanya
diam.
“Haris di d.o.
Salah Sasa..”
“No, it’s not you
fault. Dengar, itu udah keputusan sekolah. Bukan salah Sasa. Sasa masih bisa
chatan kan sama Haris. Tidak papa. Nanti di rumah masih bisa chat Haris. Kalau
libur juga bisa ketemu Haris? Nanti kita main bertiga, oke?” Sasa terdiam
sejenak kemudian mengangguk.
Keduanya
tersenyum.
Sejak malam itu,
Malik menghapus perasaannya untuk Sasa. Ia sudah setuju jika Sasa dengan Haris.
They deserve that.
Pada akhirnya,
Malik akan terus menjadi orang yang terus memendam. Malik akan terus menyimpan
perasaannya. Malik tidak akan pernah menyatakan perasaan tersebut. Yang
dilakukan Malik hanya belajar, melepaskan dan mengikhlaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar