Senin, 15 Mei 2023

Waktu_El Djundi

 Boarding Story #56

El Djundi Fakhri Syarif

 

WAKTU

 

Hari ini adalah hari Minggu, hari yang paling di tunggu anak Asrama. Setelah di tempa enam hari di Sekolah. Akhirnya watu ini tiba juga, waktu yang tepat untuk menyegarkan pikiran dengan cara melakukan hal hal yang menyenangkan. Seperti olahraga, tidur, baca buku, atau pun waktu yang tepat untuk melanggar seperti bermain laptop di dalam kamar.

Tapi aku adalah tipikal orang yang tak suka melanggar. “El, pagi ini kau mau ngapain” kata Achmad salah satu teman kamarku. “rencana sih mau tidur tapi baru ingat jam tujuh nanti aku ada eksulkul beladiri” jawabku sembari berbaring di ranjang. “Takhta kalau kamu” Tanya Achmad yang tak tau mau ngapain di pagi hari ini. “mungkin Cuma baca buku sampai tertidur” jawabnya.

Dan  tiba tiba saja sebuah kepala muncul dari jendela kamar yang tepat berada Di samping ranjang. Hal itu sontak membuat ku agak kaget “Achmad, mau main futsal…?” tanya Agung yang sementara nongol di jendela. Dia adalah anak di kelas dijuluki sebagai atlet PORSENI di balik semua itu dia adalah anak yang mahir dalam pelajaran matematika. “gas” kata Achmad sambil mengambil sepatunya di bawah ranjang dan bergegas keluar kamar.

Aku yang melihat achmad keluar kamar lalu kembali menoleh ke jendela dan Agung sudah menghilang saja. Tiiit…tiiit…tiiit alaram sudah berbunyi pertanda sudah jam tujuh pas. Aku segerah beranjak dari ranjang lalu mengambil tas berisi sarung tinju untuk ekskul beladiri nanti. Baru saja aku mau keluar dari kamar Takhta lalu meminta tolong untuk mengambilkan bukunya yang ada di lemari yang ada di dekat pintu kamar. “huh…dasar, tunggu aku mau keluar terus di minta tolongin untuk ambil buku” jawabku sambil senyum jahat.

Aku pun menganbilkan bukunya yang ada di lemarinya bagian bawah lalu memberikannya yang posisinya duduk bersilah di ranjang tingkat kedua. “ kitakan teman kamar” katanya sambil senyum. Aku lalu menuju ke tempat penyimpanan sepatu yang berada di bawah tangga di bagian depan asrama. Aku pun pergi menuju tempat latihan melewati corridor dan mesjid

 

“kamu ini selalu terlambat, alasanmu apa lagi” kata pelatihku dengan tegas dan menatapku dengan tatapan elang. “eeeehhh…oh,tadi ada teman minta tolong ambilin bukunya” kataku yang baru saja datang “memang kamu kesini jam berapa” Tanya sang mantan petinju professional itu. “tujuh pak” jawabku

“lain kali kau harus datang sebelum jam tujuh”

 “siap pak” kataku

 “kau juga nanti yang pasang matras” katanya sambil senyum lalu berbalik badan.

Latihan kali ini adalah sparring partner. Dan aku sangat pede dalam latihan kali ini. mengingat medali emas PORPROV cabor tinju telah kurebut bulan agustus lalu.

Segerah aku melakukan pemanasan yang sedikit tidak niat. Aku buru buru soalnya anggota ekskul yang lain suda memulai latihan. Aku lalu di hadapkan dengan lawan yang lebih muda dariku namanya Zulhajir. Dia anak kelas delapan ar-rauf.

Jelas saja aku meremehkannya. Karena dia adik kelasku dan dia baru latihan setahun. “EL…SIAP…HAJIR..SIAP MULAI!!!..” kata pelati pertanda sparring di mulai aku lalu berjalan cepat kearahnya dengan niat memberinya kejutan. Namun tak disangkah dia tidak kaget dengan sentakan itu.

Mungkin aku yang terlalu nafsu untuk menghabisinya. Aku melontarkan kombinasi pukulan keras namun dengan lincahnya dia menghindar. Tanpa berfikir lama ku lemparkan pukulan kanan lurus kearah wajahnya. Namun anak ini berkembang lebih cepat dari yang kukira.

   dia lalu menunduk dan melontarkan pukulan overhand kearah mulutku. Aku yang saat itu tidak penggunakan mouthguard sontak saja panik karena tanpa melihatnya pun aku sudah tahu bahwa mulutku ini berdarah.

“STOP !!!...” pelatih menyuruh kami untuk berhenti

“ maaf kak, ini sebotol air untuk menghilangkan darah dimulut kakak” katanya sambil menodongkan sebotol air.

   Ini sedikit membuatku kesal karena gangsi yang ada di dalam hatiku yang tidak terima bahwa adik kelasku memiliki teknik yang lebih hebat dariku. Dengan hati yang berat aku menerima air tersubut untuk berkumur dengan niat membersihkan dara yang ada di mulutku.

   “kau berkembang cepat sekali yah” ucapku setelah membuang air hasil kumur tadi.

   “nggak juga kak, saya hanya sering latihan diluar jam ekskul” jawabnya sambil senyum dengan mata agak sedikit sipit.

Aku kembali menuju keasrama selekas latihan tadi. Keringatku mengalir dari ujung kepala dan menetes di ujung dagu dan ujung jari jari. membuat titik yang banyak sepanjang jalan corridor menuju asrama.

    Sampai di asrama aku lalu melepas sepatu dan menaruhnya di tempat sepatu di bawah tangga. Lalu menuju ke kamar, menaruh tas di bawah ranjang lalu berbaring di lantai.

    Tatapan kosongku tertuju pada langit langit kamar sembari merenungkan kejadian tadi. Rasa tak terima, malu, dan amarah bercampur aduk di alam kepalaku dan membayangkan diriku seandainya aku yang mendominasi sparring tadi.

     Namun waktu tak bisa diulang kembali dengan berat hati aku menerima kejadian tadi dan mulai menutup mataku. Baru saja beberapa detik aku menutup manaku, aku merasakan seakan ada yang berjalan di telapak kakiku. Benda itu seperti benda yang selama ini ku hindari.

    Dia berjalan ke kiri dan ke kanan seperti mencari sesuatu dan sangat menggelitik. Karena sudah tidak tahanaku lalu membuka mata lalu melihat benda apa yang sedaritadi ada di kakiku.

    “SSRRRR….”benda itu berbunyi. Tampangnya cokelat kehitaman, lalu dia terbang mengarah ke ranjang atas yang berada di dekat pintu. Sontak aku lalu berdiri dan manjat untuk melihat benda apa sebenarnya itu.

   Yah, itu adalah si monster kecil. kecoa yang sedang hinggap di pipi kanan tahkta yang sedang tertidur. Segerah bulu kudukku berdiri membayangkan bagaimana jika aku di posisi Tahkta. Aku melihat ada buku yang tergeletak di dekat kaki Tahkta.

    Lalu menggunakan tangan kananku untuk meraihnya. Dengan perhitungan yang matang yang telah kupelajari dari dua guru matematika yang terkenal di smp islam athirah. Aku melempar buku tersebut ke kecoa itu. Dan yah, yang kena malah mulutnya tahkta dan kecoanya terbang lalu kabur ke ventilasi di atas pintu.

    Walaupun meleset namun itu cukup untuk member peringatan keras kepada si monster kecil untuk tidak macam macam kepadaku dan teman kamarku.

   “zzzzz…..ehh udah pulang bro, eeeehh kenapa kamu melihatku dari ujung kaki. Kamu homo yah!!!!....” fitnahnya yang baru saja bangun dari tidur cantiknya.

   “gak lah, kawan aku baru saja menyelamatkanmu dari kepanikan yang berlebih. Soalnya tadi ada monster kecil yang hinggap di pipi kananmu” jawabku dengan bangga dan dengan nada yang sedikit sombong.

    “ lalu dengan apa kau mengusirnya” Tanya dia

    “ dengan buku yang ada di samping wajahmu itu” jawabku sambil menunjuk buku yang ada di dekat kasurnya.

    “okehh”

    Mendengar jawaban tadi aku lalu beranjak kembali ke lantai lalu berbaring. Lalu mengankat tangan dan merenggangkan badan. Dan tiba tiba terdengar suara dai speaker “teman teman, jam telah menunjukkan jam sebelas lewat tigapuluh maka dari itu yang tidur silahkan bangun dan yang bangun silahkan untuk bergegas mandi dan pergi ke masjid”

    “AARRRGGGHHHHH” teriak ku karena jengkel terhadap apa saja yang terjadi hari ini.

    “kenapa bro?” Tanya tahkta yang kepalanya nongol di atas ranjang.

    “ehh, aku baik baik saja” jawabku malu.

   “shalat isha udah selesai terus besok senin. Ahh bikin stress saja lama lama jadi anak asrama, untumg sudah kelas sembilan jadi saya sudah tidak lama lagi disini” ujarku sementara pulang dari mesjid dan menuju asrama.

   Tiba tiba ada yang memagang pundakku daru belakang yang spontan bemberhantikan jalan ku yang sedikit lagi sampai ke asrama.

  “yang sabar saja, kelak nanti kalau lulus juga bakal rindu sama suasana suasana seperti ini” rupanya itu wakil kepala asrama, ustad supriadi yang akrab disapa ustad supe’.

   “ehh, maaf atas perkataan saya tadi. Soalnya hari ini saya ada serangkaian peristiwa yang tidang menyenangkan” kata ku sambil kaget yang sedari tadi tak menyadari kehadiran beliau yang berjalan di belakang ku.

   “iya, tidak apa apa karena allah itu maha membolak balik kan hati manusia. Kadang di berikan kesenangan dan kesedihan semata mata untuk mengetes iman hambanya.”

   “iya ustad, makasih atas ilmu yang di berikan malam ini semoga saya akan terus mengingat dan dapat menyebarkannya keorang orang agar dapat membawah berkah” jawabku yang sedang melakukan pencitraan didepan ustad agar terlihat seperti murid yang baik

  “iya tidak papa, kalau begitu saya diluan dulu nak”

   “ iya ustad” jawabku singkat

   Sesampainya diasrama aku lalu menuju ke kamarku yang berada di lorong istanbul lalu membaringkan badanku di ranjang. Sungguh melelahkan di hari yang santai.

  Anak anak yang lain mengganti pakaian shalat mereka menjadi pakaian santai lalu pergi untuk belajar dan menggunakan laptop. Namun aku hanya terbaring di ranjang dan masih menggunakan pakaian shalat.

   “el, kamu tidak mau bermain laptop” kata achmad yang baru datang di kamar

   “aku terlalu malas untuk hal yang seperti itu, mending tidur” kata ku sambil berbaring menatap langit langit ranjang kedua yang berada di atas ku

   “mana besok senin lagi”

   “oh iya, besokkan ada tugas fisika” kata agung yang berada di kamar sebelah.

   “ahh, malah di ingatkan” kata achmad yang menggerutu.

   “ ya alhamdulillah kalau saya ngiatkan, kau malah marah” balas agung.

  “bagaimana kalau kita pura pura sakit saja” ucap achmad yang seperti mendapatkan titik terang dari permasalahan ini. Mendengar hal tersebut aku merasa bimbang antara mau meng iyakan ajakanter sebut atau tidak. Soalnya aku orang yang tidak suka melanggar.

   “ malah pura pura sakit, kalau tidak mau dimarahi guru kerja lah” kata agung dengan nada tinggi.

   “ yah kamu bisa santai tidak” tegur achmad

   “ yang dikatakan agung tidak salah sih” kataku

   Pada akhirnya mereka berdua mengerjakan tugas tersebut di kamarku. Memang perseteruan di antara dua kawanku tadi kadang terjadi. Namun itu wajar di kehidupan asrama.

 

   Pembina lalu membangunkan kami untuk shalat tahajjud. Aku lalu pergi ke wc untuk mencuci mukan dan mengambil wudhu. Lalu aku membangunkan teman temanku yang masih tidur di kamar dan berganti pakaian dengan jubah abu abuku.

   Di perjalanan ke masjid aku merasakan seperti ada hal yang terlupakan aku lalu kembali ke kamar. Di berdiri sejenak sembari mengingat ingat apa yang terlupakan. Namun sepertinya tidak ada, aku lalu kembali berjalan menuju ke masjid.

   Di perjalanan aku merasah gelisah seperti ada hal yang penting terlupakan. Namun aku menghiraukan hal tersebut. Sesampainya di mesjid aku melaksanakan shalat tahajjud berjamaah dan dilanjutkan dengan mengaji dan shalat subuh berjamaah.

   Setelah shalat ada kultum yang wajib diikuti semua siswa dan siswi. Kultumpun di jalan kan. Sebagian dari kami ada yang mendengar dan ada yang tidur. Aku yang biasanya tertidur kali ini tak merasakan ngantuk dikarenakan rasa cemas yang seakan memeluk erat diriku.

   Kultum telah selesai kita lalu beranjak dari mesjid ke dapur unruk sarapan. Aku sudah berada di dapur sembari mengantri untuk mengambil makanan. Menu hari ini adalah nasi goreng dan nugget ayam. Menu yang kusukai , aku lalu mengambil menu dan pergi ke ruang makan putra yang ada di depan dapur.

   Walaupun namanya rang makan namun tenmpat tersebut cenderung lebih terbuka dan seperti bukan ruangan. Namun itu bukan masalah bagiku yang jadi masalah adalah rasa kecemasan yang ada di dalam diriku yang entah apa penyebabnya. Aku lalu menuju ke meja yang mayoritas di sana adalah anak kelas sembilan.

   Aku melihat takhta yang di sebalahnya ada tempat kosong.namun sebelum makan aku sempat bengong

   “ bro, ada masalah apa dalam hidupmu?” tanya tahkta

   “ tidak , cuma ada sedikit rasa cemas” jawabku

   Aku lalu makan sambil menatap ke arah hutan yang terlihat karena dinding riang makan yang hanya setinggi perut orang dewasa. Menu makanan yang yang enak itu habis tanpa ada rasa nikmat di lidahku.

   Aku lalu pergi untuk mencuci alat makan ku di wastafel yang ada di samping dapur bersama teman temanku. Perjalanan pulangku ke asrama di jalani dengan bercerita.

   “ ehh, dari kalian ada yang belum mengerjakan tugas fisika?” tanya salah satu dari lima orang yang ada di kelompok jalan kami.

   Mendengar kalimat tersebut mukaku sedikit pucat karena aku beru sadar. Bahwa aku ketiduran semalam dan tidak sempat mengerjakan tugas fisika tersebut.

   mengingat guru fisikaku yang agak galak. Namanya adalah pak jamal dia adalah guru fisika lulusan oxford university. Hal tersebut membuat dirinya disegani di sekolah islam athirah ini.

   Sesampainya di asrama aku menyimpan sendalku di tempat sepatu yang seharusnya bukan disitu tempatnya. Aku lalu menuju ke kamar agung yang berada tepat di samping kamarku.

   “gung, nanti kalau guru cari bilang saja saya lagi sakit kepala dan sedang dirawat di uks. Okeh" kataku sambil tergesah gesah.

   “ tadi malam kamu kelihatan sehat kok, masa tiba tiba sakit” tanya heran.

   “ sudah, ikuti saja perintah ku” jawabku.

   Aku lalu ke kamar dan mengganti pakaian dan pergi menuju uks yang berada di lantai dua asrama kedatangan ku sebenarnya bukan untuk memulihkan diri. Namun untuk menghindari betapa tidak enaknya di keluarkan dari kelas fisika karena tidak mengerjakan tugas.

  Sesampainya di depan uks aku lalu membuka pintu dan melihat sudah ada beberapa orang yang tidur di ranjang yang berbeda beda. Salah seorang diantara mereka ada noufal, farras, dan satu orang yang tak terduga yaitu tahkta teman kamarku sendiridan sisanya adalah kakak kelas.

   Aku lalu melihan ada salah satu ranjang kosong yang berada di pojok ruangan. Dan pergi untuk berbaring atas nya.

   Ini adalah kedua kalinya aku melanggar peraturan setelah tadi menaruh sendal di tempat sepatu. Dang sekarang aku berbohong bahwa diriku sedang sakit untuk menghindari hukuman.

   Hal ini cukup mengecewakan dariku sendiri yang notabennya adalah orang yang tidak suka melanggar.

   Tiba tiba ada seseorang masuk. Orang itu menggunakan rompi berwana krim da terdapat logo palang merah indonesia di dada kanannya. Dia adalah ustad agus selaku kepala uks dan kehadirannya disini yaitu untuk mengabsen siapa siapa saja yang sedang sakit beserta keluhannya.

   Kami pun di bangunkan untuk pengabsenan tersebut. Alasan kami pun beragam ragam ada yang diare, sakit perut, kaki keseleo, dan sakit kepala seperti alasan ku yang ku sampaikan kepada ustad agus. Setelah itu kami pun kembali istirahat.

   Pada jam sebelas tiga puluh kami dibangunkan lagi oleh ustadz agus untuk makan siang dan shalat dzuhur. Aku pun pergi melihat menu makanan yang di sediakan ustadz agus di teras yang berada di samping ruang uks.

   Menu siang ini adalah ikak dempo. Merupakan ikan tuna yang di keringkan menggunakan asap lalu disiram kuah. Aku yang alergi ikan tuna menggugurkan niatku untuk makan.

   “ el, kamu tidak makan?” tanya tahkta yang duduk di pojok teras.

   “ tidak dulu dehh, saya masih kenyang” jawabku

   Aku lalu pergi ke wc uks untuk berwudhu yang ada di depan ruang uks. Setelah berwudhu aku lalu mengambul sejadah yang di sediakan di lemari uks. Lalu ke teras untuk melaksanakan shalat sendiri dikala temanku sedang makan.

   Setelah shalat aku pun teringat bahwa aku memiliki beberapa snack di lemari kamarku. Aku pun berinisiatif untuk keluar dari area uks untuk mengambil snack yang ada di kamarku. Alaupun tahu bahwa siswa yang sudah terdaftar di uks tidak di perbolehkan keluar dari area uks selama dua puluh empat jam.

   Namun aku menghiraukan peraturan tersebut. Dan turun melalui tangga batu yang ada di depan teras untuk menuju ke kamarku yang ada di lorong istanbul

   Sesampainya di kamar aku pun mengambil mengambil snackku yang ada di lemari Lalu pergi keluar dari kamar. Pas aku sudah berada di depan kamar aku pun menutup pintu kamarku. Tapi pada saat hendak ingin pergi aku melihat pintu kamar agung yang dalam keaadan terbuka. Melihat hal tersebut tanpa berfikir panjang aku pergi menutup pintu kamar agung.

   “el, kamu lagi apa?” mendengar hal tersebut aku terpaku di tempat lalu aku membalikkan kepalaku kearah kiri dan sudah melihat ustadz agus yang memergokiku yang sedang keluar dari uks.

   “eeh, saya hanya ingin mengambil snack di kamar saya” kataku sembari menunjukkan kripik kentang yang ada di tangan kiriku.

   “cepat kembali” jawabnya dengan nada rendah yang tegas.

   “baik ustadz” kataku sambil berjalan keluar dari lorong melewatinya.

   Sesampainya di ruang uks aku pun duduk di pinggir ranjang dan melahap snack yang aku ambil tadi di kamar.

   “ el, dari mana kau mendapatkannya” tanya tahkta.

   “ dari kamar” jawabku singkat

   “ kamu melanggar yah?” tanya dia lagi

   “ mungkin, begitulah. Tapi aku sangat lapar jadi terpaksa deh”

   Setelah habis melahap semua isi snack tadi aku lalu membuang bungkusnya di bawah ranjang dan berbaring di kasurku untuk tidur.

   Pada keesokan harinya aku sudah keluar dari uks, setelah menghabiskan waktu seharian menghindar dari tugas fisika yang lupa ku kerjakan. Walaupun terdengar konyol namun aku merasah legah dengan hal ini.

   Aku pun bergegas berangkat untuk pergi kesekolah untuk belajar seperti hari sekolah pada umumnya. Sesampainya di kelas aku lalu meminta bantuan pada salah satu temanku untuk membantu mengerjakan tugas fisika kemarin sebelum jam tafhidz dimulai. Dan tugas itu selesai pas setelah jam tafhidz di mulai.

   Pembina tafhidz kami pun datang dan mulai mengajar. Dia adalah ustadz saransi, bagiku dia adalah pahlawan karena berkatnya nilai tahfidz dan tahsinku meningkat pesat. Aku pun mengikuti tafhidz dengan perasaan yang tenang karena tugas fisika yang ku kerjakan juga sudah selasai.

   Selesai tafhidz aku pergi ke ruangan pak jamal berniat untuk menyetorkan tugas fisikaku.

   “kemarin kamu kemana?” tanyanya dengan lembut.

   “maaf pak kemarin saya sakit kepala setelah shalat subuh sehinggah mengharuskan saya ke uks untuk beristirahat” jawabku.

   “ohh, kalau begitu yasudah ini tugasmu” kata nya sambil menyodorkan tugas yang sudah di periksa.

   Aku pun merasah aneh dengan sifat pak jamal yang sangat ramah. Biasanya kalau lambat kerja tugas, tugasnya tidak akan di terima. Namun aku tak peduli dengan hal itu. Aku lalu pergi bersiap untuk mata pelajaran selanjutnya.

  Mata pelajaran pertama selesai dan waktu menunjukkan jam sembilan tiga puluh. Saatnya untuk istirahat aku lalu keluar dari kelas dengan niat untuk mencari udara segar di selasar sekolah.

   “ el, kamu di panggil sama bu yenny di ruang bk” kata achmad yang menghampiriku yang sedang berjalan.

   “kenapa aku dipanggil” tanyaku ke achmad.

   “ saya tidak diberitahu kanapa kamu dipanggil. Yang penting saya hanya di amanahkan untuk memanggil kamu.

   Tanpa berfikir panjang aku pergi menuju ruang bk. Sesampainya di depan ruang bk akau melepas sepatuku lalu menyusunnya di samping pintu. Aku lalu masuk ke dalam untuk memenuhi panggilan bu yenny selaku guru bk. Aku pun disuruh duduk di kusi depan meja bu yenny.

    “ananda el kemarin sakit yah?” tanya bu yenny kepadaku

   “ iya bu, ini saya di panggil ke ruang bk karena apa yah?” jawabku lalu bertanya balik.

   “ waktu ananda sakit, ananda sempat keluar dari uks yah?” tanya bu yenny tanpa menjawab pertanyaan ku tadi.

   “ iya bu, saya keluar dari area uks untuk mengambil snack yang ada di lemari saya”

  “ jadi begini ada salah satu teman ananda yang kehilangan jam tangannya di waktu ananda sedang sakit. dan saya dapatkan info dari ustadz agus bahwa ananda el sempat keluar dari area uks. Sehinggah menaruh kecurigaan kepada kami bahwa anandalah pelakunya” kata bu yenny

   Aku yangmendengar hal itu dibuat kaget dan panik mengingat niat ku keluar area yaitu hanya ingin mengambil snack untuk mengganjal perunku yang sedang lapar.

   “ maaf bu tapi itu bukan saya!, niat saya hanyalah untuk mengambil snack yang ada di lemari bu” jawabku dengan nada yang sedikit tinggi.

   “ maaf nak namun untuk sementara ananda menjadi tersangka karena hanya itu bukti yang ada”

   Mendengar hal itu mataku mulai berkaca dan aku berdiri lalu berjalan keluar dari ruang bk. Aku lalu menuju ke wc yang ada di samping ruang bk untuk mencuci muka dan menyembunyikan tangisku.

   Di kamar wc aku merenung atas kejadian tadi. Apakah ini balasan atas semua pelanggaran yang aku lakukan? Atau ujian dari yang maha kuasa. Karena tak ingin jatuh dalam keterpurukan aku memutuskan untuk mencuci muka lagi lalu pergi ke kelas.

   Saat di kelas aku menceritakan semuanya pada tahkta dan achmad berharap mereka dapat membantuku. Dan mereka berdua kaget mendengar apa yang ku katakan namun ini adalah fakta.

   Aku merasah bahwa beberapa hari ini adalah hari hari buruk ku. Tahkta dan achmad pun cukup bingung dengan cara apa mereka dapat membantuku. Emreka percaya bahwa aku bukanlah pelakunya namun mereka pun tak tahu dengan cara apa mereka membuktikannya.

   Jam mata pelajaran selanjutnya akan di mulai dan kami memutuskan untuk menunda dulu pembahasan kami.

   Setelah shalat dzuhur aku dan siswa lainya pergi ke dapur untuk makan siang dan aku mengambil makanan di dapur dan ke ruang makan dan duduk di sebelah tahkta, makan dan membahas masalah ku tadi.

   “ el, aku baru ingat bukan cuma kamu yang keluar dari area uks” kata tahkta yang tiba tiba berhenti menyuapkan nasi ke mulutnya.

   “ beneran?” tanyaku.

   “ tapi aku tak ingat orangnya siapa. Dia turun ke lantai bawah lewat tangga yang dekat lorong andalusia, tangga yang berbeda dengan yang kamu lalui” lanjut dia

   “ berarti tujuan nya kelorong bawahkan seperti aku”

   “ bisa jadi” jawabnya singkat.

   “tapi sebelum ustadz agus memergokiku aku sempat melihat pintu kamar agung yang terbuka. Mungkin saja dia sempat masuk ke kamar agung” terangku.

   “ gak tahu juga sih, jangan sampai kita menuduh orang lain yang bukan oknum. Nanti mereka akan merasakan apa yang kamu rasakan sekarang ini” kata tahkta.

   Kami terlalu fokus membahas masalahku sehinggah tak menyadari bahwa ruang makan telah sepih.

   Waktu menunjukkan pukul tiga empat sembilan dan kami telah melaksanakan shalat ashar berjamaah. Aku pun bergegas turun dari mesjid dan pulang ke asrama. Di asrama aku lalu menuju ke kamarnya agung dan menanyakan apakah iya kehilangan barangnya.

   “ saya tidak kehilangan apa apa, tapi kakak kamar saya kehilangan jam tangannya” kata agung

   “ kalau egitu kakak kamar kamu mana?” tanyaku.

   “ dia belum datang, mungkin sebentar lagi” jawabnya

   Setelah agung mengatakan itu kakak kamarnya agung pun datang. Aku pun menyampaikan maksud tujuan ku datang yaitu menanyai ciri ciri jam tangan yang hilang itu.

    “ memang adik tahu dimana jam tangan itu” tanya kakak itu

   “ tidak kak, cuman saya yang jadi tersangka atas pencurian jam tangan tadi”

   “ohh, iya kah? maaf yah” kata kakak itu

     tidak apa apa kak, saya juga sedang mencari si pelaku untuk membuktikan bahwa saya bukanlah pelaku”

   Setelah mengetahui ciri ciri jam tangan tadi aku lalu ke kamarku. Legah rasanya setelah mengetahui akhirnya mendapatkan petunjuk. Namun tahkta dan achmad belu datang sehigga tak ada tempat untuk menceritakan hal ini.

   Sembari menunggu, pun aku berbaring di ranjang. Rasa legah seakan menyelimutiku di sore yang cerah itu. Cahaya matahari sore masuk dari jendela kamarku yang berada di samping ranjang. Kupikir masalah ini akan berlangsung lama terhadap diriku.

     Namun tetap saja ini semua belum berakhir. Masih ada beberapa misi yang haru diselesaikan. Tapi yang penting adalah mencari si pelaku yang telah mengotori nama baikku ini. Untung saja di asrama kita di tidak boleh berkelahi, kalua saja tidak maka sudah kupastikan bogem mentah akan mendarat di pipi kirinya. Tak peduli dia kakak atau adik kelasku.

    Pas lagi enak enaknya menghayal tiba tiba aku mendengar suara pintu kamarku yang terbuka. Dan aku yakin itu pasti tahkta dan achmad.

    “ bro, kamu harus dengar tentang info yang baruku dap-“ jawabku yang sudah yakin itu mereka pas pintu itu baru terbuka sepertiga.

    Namun aku salah. Sekarang pintu itu sudah terbuka Sembilan puluh derajat dari titik awalnya.

   “ info..info..info, info apaan? Kamu habis ngegibah yah?. Siapa yang kamu gibah? Pembina yah?”

    Yah, itu adalah ustadz arisman Pembina asramaku yang sedang melakukan pengecekan sore untuk memastikan tidak ada siswa yang melakukan tidur sore.

    “ eeh, tidak ustad. Lagi pula saya mau bergibah dengan siapa disini cumin saya sendiri. Hehehe” jawabku sambal cengengesan.

   “ yaudah kalau begitu sana pergi cari kegiatan. Dari pada nanti kamu ketiduran di ranjang” kata ustadz arisman lalu meninggalkan kamarku dalam keadaan pintu terbuka.

   “ kalau waktu waktu begini, bagusnya ngapain yah? Mungkin mandi. Waktu juga sudah mau masuk waktu maghrib.

   Aku pun turun dari ranjang lalu mengambil handuk di jemuran handuk yang ada pas di bawah jendela kamarku dan pergi ke kamar mandi.

   Seusai mandi aku pergi ke kamarku untuk berganti pakaian. Aku pun berjalan dari selasar wc ke Lorong dan menuju ke kamar. Pintu pun ku buka, dan melingat tahkta dan achmad telah terbaring di ranjang mereka.

   “ kalian habis dari mana, terlihat sangat Lelah” tanyaku pada achmad yang berada di ranjang bawah.

   “ tidak juga, tadi seusai shalat ashar aku tidur di masjid soalnya kalu di asrama aka nada pengecekan tidur sore. Pas bangun aku melihat tahkta yang tidur tidak jauh dariku. Aku pun langsung berdiri dan pergi membangunkan tahkta. Dan kami pun turun dari masjid. Dan tanpa kami sadari ternyata ustadz supriadi telah mengetahui hal tersebut” cerita achmad.

   “ lalu kalian di apakan”

   “ kami di suruh jalan bebek mengitari masjid sepuluh kali. Mana ada putrinya lagi” jawab tahkta.

   “ iya kakiku terasa sangat pegal” kelu achmad

   Jam menunjukkan pukul Sembilan limabelas. Waktunya jam istirahat, aku tahkta dan achmad memutuskan untuk ke selasar kelas dan menceritakan informasi yang terkait soal jam tangan kakak kamarnya agung yang kemarin lupa untuk ku beri tahu mereka. Kami melakukan hal sambil jalan santai pula.

    “ insyaallah, pelakunya akan segerah kita temukan dan memperbaiki namamu” kata tahkta.

   “ makasih, kalian memang yang terbaik” kataku memuji

   “ memang sudah seharusnya, apa lagi kita tidak akan lama lagi akan menjadi alumni di sekolah ini. Jadi sudah sepantasnya kita membantumu untuk meninggalkan kesan yang baik sesame alumni” ujar achmad.

   “ kamu kayak orang paling bijak saja berkata seperti itu” jawabku dengan maksud bercanda.

   RIIINGGG…alaram masuk kelas telah berbunyi kami bertigapun masuk ke kelas untuk mengikutu mata pelajaran selanjutnya. Begitupun dengan siswa siswa yang lain mereka juga masuk ke kelas mereka masing masing.

   Suara sepatu yang terhentak pelan di lantai menandakan bahwa para siswa sedang berjalan cepat menuju kelas mereka dan tidak ingin terlewatkan pembelajaran semenit pun. Sungguh sekolah yang sangat sibuk. Itu yang dikatakan warga yang tiggal di dekat area sekolah islam athirah bone.

   Tapi ini semualah yang membuat sekolah ini menjadu salah satu yang terbaik di Sulawesi selatan.

   Seusai pembelajaran aku dan teman kelasku memutuskan untuk pergi ke dapur untuk makan siang Bersama. Dan setelah makan kami pun terpisah menjadi beberapa kelompok. Ada yang ke gazebo dekat masjid untuk nongrong, ada yang ke bawah masjid untuk bermain tenis meja, dan ada yang masuk ke masjid untuk tidur. Semua itu dilakukan pada saat waktu kosong di sela sela waktu selesainya pembelajaran dan waktu menuju shalat dzuhur.

   Aku sendiri masuk ke masjid untuk tidur dimana ini berguna untuk menyegarkan Kembali badanku agar dapat khusyuk pada saat shalat dzuhur. Aku pun menutup mataku dan berusaha untuk menuju ke alam bawah sadarku. Yah dan itu berhasil.

   Aku tertidur untuk beberapa menit kedepan sebelum bunyi jam digital di masjid berbunyi dan membangunkan kami yang sedang tertidur. Aku dan siswa yang lain pun turun dan menuju ke tempat wudhu yang berada di bawah masjid.

   Aku lalu menangantri untuk mengambil air wudhu. Antrian ini tidak terlalu Panjang hanya sekitar dua sampai tiga orang saja setiap kerannya. Dan total ada dua puluh empat keran yang ada di tempat wudhu putra.

   Dan sekarang adalah giliranku untuk berwudhu. Aku lalu melakukan Gerakan wudhu dan di aliri oleh air yang mengalir sedang. Seusai berwudhu aku lalu menjauh dari keran agar orang lain dapat mengambil air wudhu juga.

   Dan tanpa tak di sengaja aku menabrak seseorang. Menyadari hal tersebut akupun lalu meminta maaf. Orang itu adalah cleaning service baru di asrama kami, Namanya pak kamil. Dan ada sesuatu barang yang jatuh dari tas pinggangnya. Menyadari hal tersebut aku pun lalu mengambilkan barang tersebut

   Dan aku pun tak percaya atas benda apa yang telah ku lihat. Yang itu adalah jam tangan milik kakak kamarnya agung. Ciri cirinya sama persis seperti yang dikatakan oleh kakak kamarnya. Aku yang dalam posisi bertekuk lutut hendak mengambil jam tersebut terdiam sejenak.

   Lalu pak kamil langsung mengambil jam tersebut.

   “ tidak apa apa nak, lain kali hati hati yah” katanya lalu pergi mengambil air wudhu.

   aku lalu pergi naik ke masjid dan melaksanakan qobliyah dzuhur sebelum iqamah di kumandangkan dan di lanjutkan shalat dzuhur berjamaah. Setelah shalat, berdoa, dan shalat badiyyah dzuhur dilakukan.

   Aku dan siwa lainnya pun turun. Aku lalu menemui tahkta dan achmad yang sedang memasang sepatu di tangga pinggiran masjid. Aku lalu menceritakan kejadian yang baru saja kualami.

   “ wah, parah sih ini” ujar tahkta.

   “ mau langsung lapor?” ujar achmad.

   “ arghhhh, tidak tau ahh” kataku.

   Aku lantas bingung apa yang harus aku lakukan. di satusisi aku ingin memperbaiki nama baik ku di bk dan di sisi lain aku tidak ingin membuat orang lain kehilangan pekerjaannya.

   “ laporin saja, dari pada ada korban selanjutnya” kata achmad

   “ iya dehh el, saya setuju dengan pendapat achmad”

   Dan akhirnya pada saat itu juga kami memutuskan untuk pergi ke ruang bk dan menceritakan semuanya pada bu yenny selaku guru bk. Aku sebenarnya agak berat untuk melakukan hal demikian. Namun demi ketentraman sekolah islam athirah bone, hal ini harus dilakukan.

   Dan setelah melaporkan hal tersebut aku pun meminta maaf kepada bu yenny karena telah berbicara di depannya dengan nada tinggi. Karena diriku yang menjadi tersangka di tempo hari.

   Waktu menunjukkan pukul empat pas. Daun daun yang sudah tua berjatuhan dari pohonnya dan menutupi rumput yang sedang berteduh di bawahnya.cahaya sore yang cerah namun tidak sepanas siang menyinari lapangan.

 Namun aku heran kenapa tidak siswa yang bermain futsal dilapangan. Padahal aku dan achmad sudah siap dengan stelan olahraga kami. Kami lalu bermain penalty kick untuk mengisi waktu sore, dengan bergantian menjadi penendang dan menjadi kipper.

   Agak bosan sih, dan kami memutuskan untuk lomba sprint memutari masjid.

   “ el, kayaknya kamu menyerah saja deh. Soalnya aku kan yang tercepat di Angkatan dan kamu ke dua” kata achmad ngejek.

   “ helleh, omong kosong. Kita liat saja dulu” jawabku sambil senyum.

   Kami lalu mengambil posisi start yang enak.

   “ el, kamu yang hitung yah” seru achmad

   “ okeh kalau begitu maumu. Satu… dua… tigaaa!!!!”

 SSYUUUNG kami berdua melesat seperti senjata api yang sedang memntahkan peluru. Pada kali ini achmad mendominasi karena posisinya yang berada di lingkaran terkecil jalanan masjid.

   “hikss…hikss” suara tangis yang tersedud seduh yang berasal dari seseorang yeng terlihat sdang menangis di penggiran masjid

   Fokusku lalu terhenti padahal baru saja seperdua putaran masjid. Aku lalu berjalan menuju dia. Pria tua itu menunduk kebawah dan menutupi wajahnya dengan telapak tangannya yang sudah basah.

   Pas ia kudekati aku baru sadar itu adalah pak kamil yang sudah di pecat atas perbuatannya. Aku yang seolah olah tak tahu apa apa pun mendekatinya dan bertanya.

   “Bapak kenapa” tanyaku yang sebenarnya sudah tahu jawabannya.

   “ hey el, liat kan aku masih yang tercepat” kata achmad yang baru saja menyelesaikan sprintnya .

  Aku tak menghiraukan perkataan achmad barusan. dan sedang menunggu tangis pak kamil redah dan menjawab pertanyaanku yang sudah ada jawabannya.

   “bapak kenapa?” achmad langsung paham situasi dan berpura pura.

   Tangis pak kamil pun redah dan mulai mengangkat kepalanya.

   “ tidak nak, tidak apa apa. Bapak hanya habis di pecat karena telang menganbil barang yang bukan milik bapak” kata pak kamil dengan suara yang serak

   Aku yang melihat kondisinya merasah iba mengingat bahwa mencari pekerjaan bukan lah hal yang muda bagi orang yang tua seperti dia.

   “ memang barang tersebut untuk apa yah pak kalau boleh tahu” tanya achmad.

   “ aku mengambilnya hanya untuk di jual, dan uangn hasil jualan tersebut untuk membeli sebuah motor untuk anakku yang sekarang duduk di bangku kelas satu sma. Dirinya yang mempertahankan gengsi ingin memiliki motor seperti teman temannya, menjadi mogok makan dan belajar. Alhasil aku tak bisa berbuat apa apa karena gajiku hanya cukup untuk makan sehari hari. Makanya aku mencuri barang mewah yang kutemukan di asrama pada saat kerja. Namun aku berjanji pada saat sudah memiliki uang aku akan menggantinya” curhat pak kamil

   Aku yang mendengar itu terdiam dan melihat kearah telapak tanganku. Perasaan sesal dan sedih mengikat diriku erat sekali hinggah setetes cairan penyesalan keluar dari mata kiriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar