Selasa, 27 Agustus 2019

Jalan Terbaik_Oleh Eva Sulfianti




Yeaaa, hari ini sangat senang rasanya dapat kembali ke Athirah selama tiga hari libur asrama. Cuaca yang sangat mendukung untuk melakukan aktivitas yaitu packing karena aku sudah tidak sabar lagi untuk kembali ke sekolah. Sekitar jam 16.30 aku sudah berangkat dari rumah tanteku, aku sangat menikmati perjalanan pulang ini kadang kadang melewati perumahan, sawah yang padinya sudah siap untuk di panen. Di temani dengan sinar mentari yang menampakkan wajahnya dan memberikan senyumannya yang begitu indah.
Tak lama kemudian aku pun memasuki kawasan Panyula dan gerbang kokoh sudah nampak di hadapanku. Akhirnya aku bisa lagi bertemu dengan sekolahku, teman temanku, guru guruku yang selama tiga hari ini sangat kurindukan. Motor yang di gunakan oleh sepupuku pun memasuki kawasan Athirah. Semua pandangan tersorot dan tertuju kepadaku baik orang tua siswa, siswa Athirah, dan mungkin juga pohon pohon  tatapnnya tertuju padaku.
“Kabur Indra,”teriak Fathur 
Aku mendengar Fathur  berteriak  tapi sayangnya aku tidak mendengarnya dengan jelas. Setiba di asrama aku langsung menuju ke kamarku dan perasaan sangat senang yang membuatku tidak merapikan baju bajuku terlebih dahulu, aku langsung menuju ke kamar teman temanku melampiaskan rindu, tapi sudah setenah jam aku di sini aku belum melihat orang yang dari setadi aku cari cari. Aku rasanya ingin bertanya tetapi di liputi juga oleh rasa malu.
Aku harus menunggu sampai ada kabar tentangnya tapi aku yakin pasti dia sudah kembali.
“kringgggggg......”suara bel berbunyi yang menandakan maghrib akan tiba.
Aku langsung bergegas menuju ke mushallah.
“Eva, katanya Indra kabur?”tanya Nasriya kepadaku.
“haaaaa,kabur?”kagetku mendengar Nasriya mengatakan hal itu.
“Kamu belum tau, Indra tadi memang sempat datang , tapi pas udah taro barang di kamarnya dia langsung lari dan sempat pak Hasrul ngejar bahkan sampai kak Dills nahan, tapi Indra malah mukul kak Dills.”jelas Nasriya panjang lebar
Aku sangat tidak percaya dengan ucapan Nasriya, tetapi Nasriya juga tidak mungkin bohong mengenai hal itu dan juga berarti yang sempat kulihat di pertigaan dekat lampu merah yang memakai baju Ar-Rahim futsal Indra dan pada saat Fathur berteriak bisa jadi Fathur mengatakan “kabur, indra”. Aku merasa sangat sedih tapi buat apa aku sedih dia juga hanya temanku bukan apa apaku.
Entah mengapa aku langsung mengingat semua perlakuannya di kelas kadang membuat kesal, kadang  juga jahil, dan kadang membuat kita tertawa.  Dan aku sangat  tidak bisa melupakan kejadian pada saat dia mengambil kunci kelas dan mengunci aku dan Nasriya, dan ganjarannya adalah mentraktirnya karena kebetulan hari itu OSIS SMA menjual minumam dan snack. Dan satu hal lagi  yaitu pada saat ia menyuruhku untuk memberikan Elok cokelat kaena Indra pernah menyukai Elok sebelumnya. Walaupun pada saat yang sama aku juga menyukai Indra tetapi ternyata ia menyukai orang lain tapi aku tidak pernah mengungkapkannya karena aku tau acaran dalam Islam itu tidak boleh.
Mengapa Indra bisa memilih keputusan seperti itu, tetapi mungkin menurutnya itu adalah jalan yang terbaik” ujarku dalam hati.
Aku berusaha untuk melupakannya tapi pasti ada saja yang Selalu membuatku mengingatnya sangat sulit untuk melupakan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar