Yeaaa, hari ini sangat senang
rasanya dapat kembali ke Athirah
selama tiga hari libur asrama. Cuaca yang sangat mendukung untuk melakukan
aktivitas yaitu packing karena aku sudah tidak sabar lagi untuk kembali ke sekolah. Sekitar jam 16.30 aku
sudah berangkat dari rumah tanteku, aku sangat menikmati perjalanan pulang ini
kadang kadang melewati perumahan, sawah yang padinya sudah siap untuk di panen.
Di temani dengan sinar mentari yang menampakkan wajahnya dan memberikan
senyumannya yang begitu indah.
Tak
lama kemudian aku pun
memasuki kawasan Panyula dan gerbang kokoh
sudah nampak di hadapanku. Akhirnya aku bisa lagi bertemu dengan sekolahku,
teman temanku, guru guruku yang selama tiga hari ini sangat kurindukan. Motor
yang di gunakan oleh sepupuku pun memasuki kawasan Athirah. Semua pandangan
tersorot dan tertuju kepadaku baik orang tua siswa, siswa Athirah, dan mungkin juga pohon
pohon tatapnnya tertuju padaku.
“Kabur
Indra,”teriak Fathur
Aku
mendengar Fathur berteriak tapi sayangnya aku tidak mendengarnya dengan
jelas. Setiba di asrama aku langsung menuju ke kamarku dan perasaan sangat
senang yang membuatku tidak merapikan baju bajuku terlebih dahulu, aku langsung
menuju ke kamar teman temanku melampiaskan rindu, tapi sudah setenah jam aku di
sini aku belum melihat orang yang dari setadi aku cari cari. Aku rasanya ingin
bertanya tetapi di liputi juga oleh rasa malu.
Aku
harus menunggu sampai ada kabar tentangnya tapi aku yakin pasti dia sudah
kembali.
“kringgggggg......”suara
bel berbunyi yang menandakan maghrib akan tiba.
Aku
langsung bergegas menuju ke mushallah.
“Eva,
katanya Indra kabur?”tanya Nasriya kepadaku.
“haaaaa,kabur?”kagetku
mendengar Nasriya mengatakan hal itu.
“Kamu
belum tau, Indra
tadi memang sempat datang , tapi pas udah taro barang di kamarnya dia langsung
lari dan sempat pak Hasrul ngejar bahkan sampai kak Dills nahan, tapi Indra
malah mukul kak Dills.”jelas Nasriya panjang lebar
Aku
sangat tidak percaya dengan ucapan Nasriya, tetapi Nasriya juga tidak mungkin
bohong mengenai hal itu dan juga berarti yang sempat kulihat di pertigaan dekat
lampu merah yang memakai baju Ar-Rahim futsal Indra dan pada saat Fathur
berteriak bisa jadi Fathur mengatakan “kabur, indra”. Aku merasa sangat sedih
tapi buat apa aku sedih dia juga hanya temanku bukan apa apaku.
Entah
mengapa aku langsung mengingat semua perlakuannya di kelas kadang membuat
kesal, kadang juga jahil, dan kadang
membuat kita tertawa. Dan aku sangat tidak bisa melupakan kejadian pada saat dia
mengambil kunci kelas dan mengunci aku dan Nasriya, dan ganjarannya adalah
mentraktirnya karena
kebetulan hari itu OSIS SMA menjual minumam dan snack. Dan satu hal lagi yaitu pada saat ia menyuruhku untuk
memberikan Elok cokelat kaena Indra pernah menyukai Elok sebelumnya. Walaupun
pada saat yang sama aku juga menyukai Indra tetapi ternyata ia menyukai orang
lain tapi aku tidak pernah mengungkapkannya karena aku tau acaran dalam Islam
itu tidak boleh.
“Mengapa Indra bisa memilih
keputusan seperti itu, tetapi mungkin menurutnya itu adalah jalan yang terbaik” ujarku dalam hati.
Aku
berusaha untuk melupakannya tapi pasti ada saja yang Selalu membuatku
mengingatnya sangat sulit untuk melupakan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar