Selasa, 02 Mei 2023

Asa yang Hampir Musnah_Abid Al Bahy Fitzmuslim

 

Boarding Story #27

Abid Al Bahy Fitzmuslim

 

Asa yang Hampir Musnah

 

Senin pagi, Disebuah desa kecil bernama Palattae langit seolah tersenyum cerah menyelimuti seluruh desa. Pagi itu di sebuah SMA kecil yang terletak ditengah tengah desa, tampak semua orang bersemangat dengan kegiatannya masing  masing. SMA itu memiliki lapangan yang berbentuk persegi panjang, yang terbentang luas dari ujung ke ujung yang bertempat di halaman belakang sekolah. Lapangan itu juga seringkali menjadi tempat berkumpul para siswa.

SMA itu terletak tepat di tengah-tengah sawah sehingga tak heran jika banyaknya debu gabah yang selalu menghiasi sudut-sudut kelas. Suasana kelas yang pengap dan berantakan. Lantai kelas yang terbuat dari semen yang menambah kesan pengap  dari kelas tersebut. Langit-langit yang tidak dilapisi plafon menambah suasana panas kelas.

“..MAANNGGG!!..” teriak seorang wanita paruh baya dengan nada kesal sambil berjalan ke arah ujung ruangan kelas. Sementara itu diujung ruangan tersebut, tampak anak laki-laki yang tengah terlarut dalam mimpinya diatas meja kayu. Mendengar teriakan yang tak jauh darinya, seorang anak laki-laki bernama Rosman itu tiba tiba terbangun dengan raut wajah datar seolah tidak terjadi apa apa. “ada apa bu?”, ucapnya setengah sadar. “masih nanya kamu ada apa?!, ini masih pagi mang, kalo mau tidur ya dirumah!! Sini ikut ibu!”, ucap guru yang bernama Bu Fatimah itu sembari menarik tangan Rosman menuju ke ruang guru BK.

Hari itu Rosman kembali berurusan dengan guru BK, Rosman yang kerap disapa Omang itu memang terkenal disekolahnya dengan sifatnya yang malas dan menganggap masa bodoh terhadap urusan sekolahnya. Sehingga tak heran jika Ruang Bimbingan konseling sudah menjadi kelas kedua bagi Omang.

Selesai sekolah omang tidak langsung pulang, melainkan langsung mengunjungi warnet langganannya, dia bahkan rela tidak jajan demi bisa menghabiskan waktu diwarnet setiap harinya. Sejak SMP Omang memang memiliki ketertarikan yang amat besar dengan komputer atau laptop dia bahkan bisa menghabiskan waktu berjam jam hanya untuk mengotak atik computer.

Sepulangnya dirumah Omang mendapat perlakuan yang tidak jauh berbeda dengan disekolah. Oman tiba dirumah disambut dengan omelan sang ibu yang sangat marah sekaligus khawatir padanya. “Manggg!! Ini sudah jam berapa nak?! Kamu dari mana saja? Ibu dengar tadi pagi kamu masuk ruang BK lagi?! Mau sampai kapan kamu seperti ini, bapakmu itu kerja seharian biar kamu bisa sekolah yang baik mang!”, tutur sang ibu dengan nada tinggi dan sedikit khawatir. “maaf bu, omang ketiduran dikelas,” ucap omang dengan rasa bersalah. “ya sudah, kamu cepat mandi dan ganti baju jangan sampai bapakmu tahu, bisa bisa dia marah besar kalau kamu bikin masalah lagi disekolah” kata sang ibu.

Omang tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah kecil dengan ekonomi yang terbilang kurang dari kata cukup. Ayahnya bekerja serabutan hingga pulang larut malam tiap harinya untuk menafkahi keluarganya, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang mengurusi kedua anaknya.

Esok harinya, di sekolah, tibalah saat dimana hasil ujian minggu lalu diumumkan. Semua siswa tampak penasaran dengan hasil ujiannya, beberapa tampak sangat puas dan senang, namun sebaliknya sebagian yang lain terlihat sedih dan kecewa tidak terkecuali Omang yang lagi dan lagi mendapat nilai terendah dari semua siswa di angkatannya. “aishh, kalau ketahuan bapak pasti bakal dimarahin habis habisan, pokoknya kertas ini harus kusembunyikan sepulang ke rumah nanti”, gumam Omang dalam hati. Omang memang terkenal sebagai siswa yang sangat tidak berbakat bahkan tidak satupun dari mata pelajaran sekolah yang membuatnya tertarik atau bersemangat.

Sepulang sekolah hari itu, seperti biasanya omang langsung menuju ke warnet untuk mengotak atik computer kesayangan yang sering disewanya. Omang yang tanpa sadar ternyata memiliki bakat dalam hal programming, dia bahkan bercita cita menjadi seorang programmer professional. Hal itulah yang membuatnya selalu menghabiskan waktu berjam jam dengan komputer di warnet.

Suatu hari Ketika sedang asyik mengakses internet, Omang membaca sebuah iklan yang berisi informasi kompetisi programming. Melihat itu, seketika muncul gejolak dalam hatinya untuk ikut mendaftar namun karena membutuhkan biaya pendaftaran Omang akhir akhir ini mulai menabung sedikit demi sedikit sembari menghabiskan waktunya untuk belajar lebih banyak tentang programing, bahkan tidak jarang dia keluar rumah diam diam untuk begadang semalaman di warnet hanya demi bisa belajar programming.  Hal itulah yang membuatnya sering tidak bisa fokus bahkan tertidur dikelas saat pelajaran berlangsung.

Jam di warnet menunjukkan pukul 17.00, Omang yang panik kemudian buru buru pulang ke rumahnya. Sesampainya dirumah, Omang terdiam sejenak lalu menghela nafas sambil bergumam “ah, syukurlah, aku baru ingat sore ini ibu sedang mengikuti acara mingguan di masjid, setidaknya hari ini aku selamat dari omelan ibu”. Omang yang merasa lelah kemudian langsung berganti pakaian lalu tanpa pikir panjang merebahkan badanya dikasur dan terlelap seketika.

Hari itu bapak ternyata pulang ke rumah lebih awal. Bapak yang melihat kamar Omang begitu berantakan kemudian masuk dan merapikan kamar anaknya itu. Esok harinya bertepatan dengan haari libur nasional, Omang yang bangun agak telat kemudian menuju ke dapur, anehnya bapak yang biasanya keluar mencari pekerjaan bahkan di hari libur sekalipun sekarang sudah duduk di meja dapur bersama ibu Omang. Seolah mereka menunggu seseorang sejak tadi. “Omang, bapak dan ibu mau tanya apa tidak ada yang mau kamu sampaikan pada bapak atau ibu kamu?” tanya bapak dengan raut wajah yang tampak sangat serius, “g..gga..aada kok pak? Memangnya kenapa bapak tiba tiba tanya begitu?” jawab Omang dengan sedikit gugup dan bingung. “Terus ini apa Mang!” ujar bapak dengan nada kesal sembari menunjukkan beberpa lembar kertas yang dipegangnya.

Omang seketika terdiam dan mulai sadar dengan kertas yang ditunjukkan sang bapak. “ma..maaf pak, O..Omang takut” ujarnya dengan rasa bersalah sembari menunduk dalam. “MAAF APANYA MANG!, Selama ini kamu ngapain aja?!! Bapak capek capek kerja biar kamu bisa sekolah yang baik, tapi ini apa?! Nilai ujian kamu ga ada yang lulus mang!” ucap bapak dengan marah yang tak terbendung lagi, “kalau semalam bapak tidak beresin kamar kamu, bapak ga tau sampai kapan kamu mau bohong sama orang tuamu sendiri! Apalagi bukan cuma sekali mang! Bapak selalu nyuruh kamu supaya giat belajar! Tapi kamu ngapain?! TIAP HARI MAIN WARNET!! MAU JADI APA MANGG!?” tambah bapak dengan emosi sejadi jadinya.

Omang yang melihat Bapaknya yang marah besar dan ibunya yang menangis sejadi jadinya, tidak bisa berbuat apa apa, semua sarafnya seakan membeku, dia hanya bisa diam terpaku dan menyadari kesalahan besarnya selama ini.

Sementara itu sang bapak yang sejak tadi meluapkan emosi dengan sejadi jadinya tiba tiba runtuh seketika, membuat ibu dan Omang sangat Panik. “Mang..!! Cepat telpon ambulan, sepertinya penyakit bapak kambuh!!”.

Hari itu adalah hari yang paling buruk, Omang merasa sangat bersalah dan terpukul dengan kejadian yang menimpa dirinya dan Ayahnya.

Semenjak hari itu, Ayah omang jatuh sakit dan harus dirawat berbulan bulan, sementara Omang harus putus sekolah untuk membantu ibunya bekerja serabutan dan mencari penghasilan untuk kehidupan keluarganya.

Setahun Berlalu, Ayah Omang sudah kembali bekerja seperti biasanya sementara Omang mulai kembali bersekolah dengan baik, ia tak lagi pernah mengunjungi warnet dan mulai berusaha serius di sekolahnya. Hingga di tahun terakhir sekolah, semua siswa mulai bersiap menghadapi ujian akhir sekolah, Omang yang memang tidak memiliki pemahaman yang baik dalam mata pelajaran sekolah, meskipun sudah berusaha sebaik mungkin untuk belajar tetap saja tidak mampu mendapatkan nilai yang maksimal di ujian akhir sekolahnya. Hal itupun membuatnya sulit diterima di Universitas negri manapun,

Omang terus terusan menyalahkan dirinya yang tidak memiliki bakat apapun dan selalu masa bodoh dengan urusan sekolahnya. Hingga akhirnya disaat saat dimana dia hampir putus asa untuk melanjutkan pendidikannya. Omang menemukan selembar brosur yang tertempel di sebuah tiang. Brosur itu berisi informasi pendaftaran Universitas terbuka yang terdengar asing bagi Omang. Setelah membaca brosur tersebut, seolah sebuah cahaya masuk dan menerangi hatinya membuatnya memiliki sebuah harapan baru.

Omang yang sadar akan dirinya yang memiliki keterampilan yang cukup tinggi dalam bidang komputer membuatnya tertarik untuk mendaftar di Universitas tersebut. Sangat besar harapan Omang untuk masuk ke Universitas itu, berharap nantinya lebih mudah mendapatkan jalan kedepannya dalam mencapai kesuksesan.

Omang merasa sangat khawatir, perasaannya campur aduk. Namun tak lama, sebab yang ia harapkan berujung dengan baik. Omang lulus dan diterima di Universitas tersebut. Sangat bangga dan mulai yakin akan dirinya yang juga ternyata memiliki kemampuan khusus dibidangnya.

Orang sangat berbeda dibanding saat SMA, kini ia tak lagi bermalas malasan. Belajar degan sungguh sungguh dan tentunya giat dan juga rajin. Omang tak mau menyiakan kesempatan yang ia peroleh. Memiliki prinsip yang baik membuatnya tak goyah dalam menempuh pendidikannya dengan baik dan benar. Ia ingin membuktikan pada dirinya sendiri dan tentu orang terkasihnya, orang tua bahwa kekecewaan yang sudah ia berikan akan berbalas dengan kesuksesan.

4 tahun berlalu, dengan kesungguhannya kini Omang lulus dari Universitas tersebut. Ia kemudian mencoba mencari pekerjaan untuk melanjutkan perjalanannya. Mendengar berita dari sebuah Sekolah yang berada di Panyula, Sekolah Islam Athirah Bone yang tengah mencari tenaga kerja atau karyawan dalam bidang komputer, Omang tak pikir panjang. Ia segera melengkapi berkas berkasnya lalu kemudia mendaftar ke Sekolah tersebut.

Kehidupan Omang kini berubah 180 derajat, ia diterima bekerja di Sekolah tersebut. Omang sangat bangga akan pencapaiannya. Sekarang ia memiliki pekerjaan tetap dan tentunya dibidang yang memang ia geluti selama ini. Sekolah Islam Athirah Bone menjadi saksi perjalanan panjang Omang dalam mencapai kesuksesan dan menjadi bukti bahwa usaha tak pernah mengkhianati hasil juga tak ada manusia di dunia ini yang tak memiliki kemampuan. Manusia diciptakan dengan kekurangan dan juga kelebihan, semua bisa dicapai dengan kesungguhan.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar