Senin, 15 Mei 2023

Boarding Life_Kaysan

 

Boarding Story #51

Muhammad Izzat Shafran Yusran

 

Boarding Life

 

Orang bilang, asmara di asrama itu menyenangkan dan sangat indah. Tetapi kayaknya tidak, buktinya aku tidak tertarik sama sekali untuk mencobanya. Drap, drap, drap. Suara kaki para siswa asrama yang sedang menikmati minggu paginya dengan berlari mengitari lapangan di depan asrama. Aku berlari bersampingan dengan Rita, teman asrama yang sama-sama berasal dari Lampung. Drrrtt… Drrrtt… ponsel Rita berbunyi di tengah keasyikan kita berlari. Kami pun berhenti. Namun, setelah ia membalas sms yang dia dapatkan tadi, ia langsung ingin pamit pergi.

 

“An, gue pergi ke kantin ya, ada janji sarapan sama Bobby. Lanjut sendiri gak apa-apa kan?”

“Hufff, oke deh..”

“Makannya jangan betah jadi jomblowati,”

“Hisss… apaan sih, gue mah mau free dulu,”

“Hhhh up to you lah… gue duluan ya?”

Rita berlari menuju kantin, pandanganku terus mengikuti Rita yang berlari bahagia ke kantin setelah ia sampai di sana dan bertemu Bobby, Aku pun melanjutkan lari pagiku yang belum mencapai target. Namun.. BRUKK!!!! “Oh, sorry, sorry…” suara seorang pria yang menabrakku tadi. Aku memandang tubuhnya dari ujung kaki ke ujung kepala, aku tidak pernah melihat pria ini. Apa dia anak baru? Kayaknya nggak mungkin. Tapi.. kok nggak pernah lihat ya?

“Hey,” melambai-lambaikan tangannya untuk menyadarkanku.

“Oh, apa?” Sedikit linglung.

“Sorry, tadi nabrak..”

“Oh.. gak apa-apa kok. Oh ya.. ke kantin yuk, sarapan pagi,”

“Oke..”

Kami berdua pun ke kantin. Dia sedikit bingung saat masuk kantin. Aku sempat mencurigainya kalau dia ini anak baru. Tapi… sudahlah.

“Mau pesen apa? Aku pesenin.”

“Terserah kamu aja.” Setelah itu kami makan makanan kami.

“Oh iya, nama kamu siapa?”

“Uhukkk!!! kamu nggak tahu aku?”

Menggeleng.

“Emm.. namaku Ani, kamu?”

“Rama,”

“Kok aku nggak pernah lihat kamu ya? Apa kamu anak baru? Sekolah di mana?”

“Aku nggak pernah ke luar kamar asrama kecuali sekolah. Aku sekolah di SMA 3,”

“Oh… pantes, soalnya aku sekolah di SMA 1.”

Kemudian kami berbincang bincang. Hari demi hari kami semakin akrab, kami bertukar nomor telepon, dan dia juga sering mengundangku ke asramanya untuk makan bersama. Wajar saja dia tidak pernah ke luar kamar, karena bahan makanannya banyak dan masakannya enak banget. Malam hari yang sangat ramai. Ya, inilah malam minggu di asrama, hampir semua pasangan siswa di asrama ke luar kamarnya. Ditambah lagi, malam minggu ini bulan purnama bersinar terang menerangi indahnya suasana. Untuk pertama kalinya aku ke luar kamar saat malam minggu. Aku dan Rama berjalan-jalan sambil mengobrol mengitari lapangan asrama yang di sekelilingnya banyak lampu-lampu berkilauan yang menyala di setiap malam minggunya. Setelah lelah berjalan-jalan, kami pun duduk di pagar semen asrama.

“An..?”

“Hmm…”

“Aku sayang sama kamu…”

Hah? Aku terkejut dan merinding mendengarnya. Ini pernyataan cinta yang tidak biasa. Pernyataan itu sukses membuatku melongo dan terbelalak mata.

“Aku juga,” ucapan itu terlontar begitu saja dari bibirku.

“Terima kasih Ani, aku bakal jadi yang terbaik,” hendak merangkul pundakku.

“Eitz,” menghindar. Dia tersenyum dan mencubit hidungku.

Hari semakin larut, kami pun kembali ke kamar kami masing-masing. Tak terasa, setahun sudah kami menjalani hubungan. Ternyata benar, asmara di asrama itu menyenangkan. Kami sarapan pagi bersama, saling berjemputan jika akan berangkat sekolah, saling bantu mengerjakan tugas, ke luar kamar saat malam minggu, saling memandang dari kamar yang berseberangan, dan banyak lagi. Tetapi tak terasa juga kalau kita sudah kelas 12, dan sebentar lagi kita akan berpisah. Entah kami akan berlanjut dengan LDR, atau cukup sampai di sini. Aku tidak tahu, tergantung Rama saja. Siang hari yang terik, kami pulang sekolah bersama.

“An, nggak lebih dari sebulan lagi kita LDRan nih,”

“Huuufff.. emangnya kamu mau LDRan?”

“Mau lah,”

“Kirain…”

“Emm kamu ini,” mencubit hidungku.

 

Sebulan kemudian, kita telah melewati segala ujian. Dan kini tiba saatnya pulang. Aku sudah mem-pack semua barangku. Hanya tinggal membawanya ke mobil bus asrama jurusan Aceh. Aku menunggunya untuk mengucapkan salam terakhir. Akhirnya, datang juga yang sedari tadi ku tunggu-tunggu. Aku tersenyum lebar menatapnya.

“Rama…”

“Ani, aku janji bakal jaga hatiku,”

“Aku juga.” Kemudian rama hendak memelukku, namun aku menghindar.

“Eitz,” kataku sambil menggoyangkan jari telunjukku. Dia pun menepuk jidatnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Bye,” mencubit hidungku.

“Bye..” melambaikan tangan.

Kami pun berpisah menuju bus kami masing-masing. Asmara di asrama, ini benar-benar menyenangkan. Aku menyesal telah menolak banyak pria yang menembakku. Tapi aku bersyukur, kalau aku tidak menolak mereka, aku tidak akan mendapatkan Rama. Yah.. ini belum berakhir tetapi hanya menuju ke babak yang baru, dari asmara di asrama, menjadi asmara di antara mantan anak asrama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar