Kamis, 11 Mei 2023

HP Lorong_Izzat

 Boarding Story #50

Muhammad Izzat Shafran Yusran

HP Lorong

 

Ucang adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang berasal dari  Luwu Timur dan dia berusia  12 tahun, sebentar lagi dia akan lanjut ke Pendidikan SMP. Walaupun dia berasal dari keluarga sederhana tetapi orang tuanya menginginkan agar anak keduanya ini mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Orang tuanyapun menyekolahkan dia di SMP Islam Athirah Bone. Mau tak mau Ucang harus berpisah dengan keluarganya walaupun dia belum siap untuk bersekolah asrama dan lokasinya cukup jauh dari tempat tinggalnya . Setelah melakukan persiapan mulai dari perlengkapan di asrama dan di sekolah, Ucang kemudian berangkat ke Athirah Bone.

Di sore hari pada saat welcoming day, Ucang tiba di SMP Islam Athirah Bone dan dia pun berpamitan dengan kedua orang tuanya. Ibunyapun berkata “Jaga diri baik-baik ya nak, jaga kesehatan dan selalu semangat untuk belajar.” Ucang pun berkata “iya bu.” Setelah berpamitan dengan ibunya, diapun kembali ke asrama. Di asrama, Ucang mulai berkenalan dengan teman sekamarnya dan belajar untuk mengatur barang-barangnya. Mulai dari pakaian di lemari samapi dengan Menyusun buku di rak.

Di minggu pertama, Ucang sudah mulai mengikuti kegiatan keasramaan dan kegiatan sekolah tetapi tidak bisa menghilangkan rasa rindunya dengan keluarga dan rumah. Tapi dia tetap berusaha bersabar agar kerasan di asrama. Di asrama, disediakan fasilitas agar siswa dapat menghubungi orangtuanya. Demikian pula Ucang, dia juga setiap malam menghubungi orangtuanya menggunakan fasilitas yang ada yaitu handphone lorong. Tetapi dengan menelpon tidak menghilangkan rasa rindunya terhadap keluarga, karena handphone lorong hanya bisa digunakan pada malam hari saja sesudah melaksanakan shalat isya dan shalat lail. Seiring berjalannya waktu Ucang tidak mampu menahan rasa rindunya tersebut sehingga muncul di pikirannya niat untuk mengambil handphone lorong tersebut tanpa sepengetahuan guru pembina di asrama, agar dia dapat terus menghubungi orang tuanya selain waktu yang telah ditentukan.

Pada suatu malam disaat guru dan siswa lain sedang tinggal di masjid untuk melakukan shalat lail, Ucang merasa tidak semangat karena rindu kepada orangtuanya. Diapun berencana kabur ke asrama untuk mengambil handphone lorong tersebut. Setelah memikirkan beberapa saat, Ucang akhirnya keluar dari masjid secara diam-diam. Tanpa sengaja, Ucang bertemu dengan siswa yang menjaga di gerbang asrama. Siswa yang menjagapun berkata “Ucang kau ingin kemana?” Ucangpun menjawab, “aku ingin ke toilet, kebelet.” Dia kemudian menyelinap ke kamar guru pembina yang ada di asrama untuk mengambil handphone lorong tersebut, setelah itu dia sembunyi di toilet untuk  menelpon ke orang tuanya. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya Ucang menelpon ibunya. “Halo ibu,” kata Ucang setelah telponnya di angkat. “Ini siapa?” jawab ibu Ucang. Kemudian Ucang menjawab, “ini  Ucang bu.” “Ada apa anakku, menelpon tiba2, apakah Ucang sehat-sehat saja?” “Iya bu, saya sehat-sehat saja,” jawab Ucang. “Alhamdulillah, kalau anakku sehat-sehat saja.” “ Ucang harus semangat terus karena sementara berjuang menuntut ilmu,” lanjut ibu Ucang. “Tapi kok kamu bisa menelpon di waktu sholat?” Ibu bertanya. “Aku ambil telpon ini di kamar ustadz bu.” Kemudian ibu bertanya “apakah kamu sudah meminta izin pada pembina asrama nak?”  Kemudian Ucang menjawab, “Tidak bu aku mengambilnya sembunyi-sembunyi.”  Ibunyapun kemudian menasehati Ucang, “Ucang, kejujuran adalah modal utama menjalani hidup, jadi anakku harus belajar dan membiasakan diri untuk jujur. Jadi lain kali jangan melakukan kebohongan dan kembalikan handphonenya ke guru pembina yang ada di asrama! Guru pembina pasti akan membantu kalau Ucang mempunyai kendala atau lagi rindu” Kemudian Ucang menjawab “iya bu.”

Kemudian Ucang mengembalikan handphone lorong tersebut ke guru pembina di asrama dan mengakui bahwa dia telah mengambilnya tanpa izin ketika semua orang sedang melaksanakan shalat lail di masjid. Kemudian guru menasihati Ucang tentang kejujuran dan berjuang dalam menuntut ilmu. Kemudian guru pembina berkata, “ok tidak masalah karena kamu sudah jujur tetapi kamu harus tetap diberi tambahan amal ibadah sebagai sanksi perbuatan yang kamu lakukan.” Kemudian Ucang berkata “baik ustadz,  saya akan menerima semua sanksi yang diberikan karena perbuatan saya.” Gurupun menjawab “sanksi yang kamu terima dikurangi karena kamu sudah jujur dengan perbuatanmu, sanksi tersebut ialah menghapal hadits tambahan yang berjumlah 15 hadits.”  “Baik Ustadz” Jawab Ucang. Pak gurupun berkata “Saya memberi kesempatan Ucang selama satu setengah bulan, laksanakan hukuman dengan sungguh-sungguh, renungi kesalahan yang telah diperbuat danlain kali jangan berbuat kebohongan yah.” “Baik ustadz,” jawab Ucang.

Setelah itu Ucangpun merasa lebih lega karena dia telah mengakui kesalahan yang dia telah lakukan dan jujur mengakui kesalahannya. Ucang berjanji pada dirinya sendiri agar tidak melakukan kesalahan yang sama yaitu berbohong. Dan bertangunggung jawab serta melaksanakan sanksi yang diberikan pak guru pembina dengan sebaik-baiknya. Karena kesungguhannya memperbaiki kesalahan maka Ucang berhasil menyelesaikan hukumannya sebelum tenggang waktu yang ditentukan. Seiring waktu Ucang juga berhasil mulai beradaptasi dengan lingkungan asrama dan mengikuti jadwal yang telah ditentukan oleh sekolah termasuk jadwal menelpon.

 

 

-Muh.Izzat Shafran Yusran-

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar