Boarding Story #50
HP Lorong
Ucang adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang berasal dari Luwu Timur dan dia berusia 12 tahun, sebentar lagi dia akan lanjut ke Pendidikan SMP. Walaupun dia berasal dari keluarga sederhana tetapi orang tuanya menginginkan agar anak keduanya ini mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Orang tuanyapun menyekolahkan dia di SMP Islam Athirah Bone. Mau tak mau Ucang harus berpisah dengan keluarganya walaupun dia belum siap untuk bersekolah asrama dan lokasinya cukup jauh dari tempat tinggalnya . Setelah melakukan persiapan mulai dari perlengkapan di asrama dan di sekolah, Ucang kemudian berangkat ke Athirah Bone.
Di
sore hari pada saat welcoming day, Ucang tiba di SMP Islam Athirah Bone dan
dia pun berpamitan dengan kedua orang tuanya. Ibunyapun berkata “Jaga diri
baik-baik ya nak, jaga kesehatan dan selalu semangat untuk belajar.” Ucang pun
berkata “iya bu.” Setelah berpamitan dengan ibunya, diapun kembali ke asrama.
Di asrama, Ucang mulai berkenalan dengan teman sekamarnya dan belajar untuk
mengatur barang-barangnya. Mulai dari pakaian di lemari samapi dengan Menyusun
buku di rak.
Di
minggu pertama, Ucang sudah mulai mengikuti kegiatan keasramaan dan kegiatan
sekolah tetapi tidak bisa menghilangkan rasa rindunya dengan keluarga dan rumah.
Tapi dia tetap berusaha bersabar agar kerasan di asrama. Di asrama, disediakan
fasilitas agar siswa dapat menghubungi orangtuanya. Demikian pula Ucang, dia
juga setiap malam menghubungi orangtuanya menggunakan fasilitas yang ada yaitu handphone
lorong. Tetapi dengan menelpon tidak menghilangkan rasa rindunya terhadap
keluarga, karena handphone lorong hanya bisa digunakan pada malam hari
saja sesudah melaksanakan shalat isya dan shalat lail. Seiring berjalannya
waktu Ucang tidak mampu menahan rasa rindunya tersebut sehingga muncul di
pikirannya niat untuk mengambil handphone lorong tersebut tanpa sepengetahuan
guru pembina di asrama, agar dia dapat terus menghubungi orang tuanya selain
waktu yang telah ditentukan.
Pada
suatu malam disaat guru dan siswa lain sedang tinggal di masjid untuk melakukan
shalat lail, Ucang merasa tidak semangat karena rindu kepada orangtuanya.
Diapun berencana kabur ke asrama untuk mengambil handphone lorong tersebut. Setelah
memikirkan beberapa saat, Ucang akhirnya keluar dari masjid secara diam-diam. Tanpa
sengaja, Ucang bertemu dengan siswa yang menjaga di gerbang asrama. Siswa yang menjagapun
berkata “Ucang kau ingin kemana?” Ucangpun menjawab, “aku ingin ke toilet, kebelet.”
Dia kemudian menyelinap ke kamar guru pembina yang ada di asrama untuk
mengambil handphone lorong tersebut, setelah itu dia sembunyi di toilet untuk menelpon ke orang tuanya. Setelah berpikir
beberapa saat akhirnya Ucang menelpon ibunya. “Halo ibu,” kata Ucang setelah
telponnya di angkat. “Ini siapa?” jawab ibu Ucang. Kemudian Ucang menjawab, “ini Ucang bu.” “Ada apa anakku, menelpon tiba2,
apakah Ucang sehat-sehat saja?” “Iya bu, saya sehat-sehat saja,” jawab Ucang. “Alhamdulillah,
kalau anakku sehat-sehat saja.” “ Ucang harus semangat terus karena sementara
berjuang menuntut ilmu,” lanjut ibu Ucang. “Tapi kok kamu bisa menelpon di
waktu sholat?” Ibu bertanya. “Aku ambil telpon ini di kamar ustadz bu.” Kemudian
ibu bertanya “apakah kamu sudah meminta izin pada pembina asrama nak?” Kemudian Ucang menjawab, “Tidak bu aku
mengambilnya sembunyi-sembunyi.” Ibunyapun kemudian menasehati Ucang, “Ucang,
kejujuran adalah modal utama menjalani hidup, jadi anakku harus belajar dan
membiasakan diri untuk jujur. Jadi lain kali jangan melakukan kebohongan dan
kembalikan handphonenya ke guru pembina yang ada di asrama! Guru pembina
pasti akan membantu kalau Ucang mempunyai kendala atau lagi rindu” Kemudian
Ucang menjawab “iya bu.”
Kemudian
Ucang mengembalikan handphone lorong tersebut ke guru pembina di asrama dan
mengakui bahwa dia telah mengambilnya tanpa izin ketika semua orang sedang
melaksanakan shalat lail di masjid. Kemudian guru menasihati Ucang tentang
kejujuran dan berjuang dalam menuntut ilmu. Kemudian guru pembina berkata, “ok
tidak masalah karena kamu sudah jujur tetapi kamu harus tetap diberi tambahan
amal ibadah sebagai sanksi perbuatan yang kamu lakukan.” Kemudian Ucang berkata
“baik ustadz, saya akan menerima semua
sanksi yang diberikan karena perbuatan saya.” Gurupun menjawab “sanksi yang
kamu terima dikurangi karena kamu sudah jujur dengan perbuatanmu, sanksi
tersebut ialah menghapal hadits tambahan yang berjumlah 15 hadits.” “Baik Ustadz” Jawab Ucang. Pak gurupun berkata
“Saya memberi kesempatan Ucang selama satu setengah bulan, laksanakan hukuman
dengan sungguh-sungguh, renungi kesalahan yang telah diperbuat danlain kali
jangan berbuat kebohongan yah.” “Baik ustadz,” jawab Ucang.
Setelah
itu Ucangpun merasa lebih lega karena dia telah mengakui kesalahan yang dia
telah lakukan dan jujur mengakui kesalahannya. Ucang berjanji pada dirinya
sendiri agar tidak melakukan kesalahan yang sama yaitu berbohong. Dan
bertangunggung jawab serta melaksanakan sanksi yang diberikan pak guru pembina
dengan sebaik-baiknya. Karena kesungguhannya memperbaiki kesalahan maka Ucang
berhasil menyelesaikan hukumannya sebelum tenggang waktu yang ditentukan.
Seiring waktu Ucang juga berhasil mulai beradaptasi dengan lingkungan asrama
dan mengikuti jadwal yang telah ditentukan oleh sekolah termasuk jadwal
menelpon.
-Muh.Izzat
Shafran Yusran-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar