Boarding Story #31
Ahmad Hidayat Nurwahid
Dangerous Upstair
Perkenalkan
nama saya Anas. Saya adalah seorang siswa kelas 6 Sekolah dasar Islam terpadu
yang berada di luwuk banggai, Sulawesi Tengah. Saya sangat menggemari olahraga
futsal. Biasanya setiap sore saya sering bermain futsal bersama teman teman
saya. Tetapi jelang waktu 2 bulan sebelum ujian sekolah, orang tua saya
bersikeras untuk melarang saya untuk bermain futsal karena saya di suruh untuk
fokus belajar.
Dalam
waktu 2 bulan kedepan saya akan melakukan yang namanya ujian sekolah. Padahal 1
pekan kedepan saya akan mengikuti lomba futsal bersama teman teman saya yang di
laksanakan oleh universitas muhammadiya luwuk banggai. Orang tua saya sudah
tidak mengizinkan saya untuk bermain futsal untuk sementara waktu. Maka saya
lebih memilih untuk fokus dalam belajar.
Saat
ini saya sedang fokus untuk belajar karena kurang lebih 2 bulan kedepan
saya akan melakukan yang namanya ujian sekolah. 2 pekan setelah ujian sekolah
dilaksanakan saya akan melaksanakan yang namanya munaqosya (ujian tahfiz).
Setelah
saya melakukan ujian sekolah, saya harus fokus lagi untuk muroja’ah hafalan
Al-Qur’an yang telah saya hafal. Jika saya tidak mengikuti yang namanya ujian
tahfidz maka saya tidak akan bisa mengikuti yang Namanya penamatan. Jika saya
tidak mengikuti penamatan maka saya tidak bisa mendapatkan ijazah dan saya
tidak lulus sekolah. Oleh karena itu saya ingin memperbanyak murojaah hafalan
saya.
2
bulan kemudian..
Tidak
terasa ujian sekolah dan ujian tahfidz telah selesai di laksanakan. Setelah ini
saya akan mengikuti penamatan. Setelah penamatan kami para siswa kelas 6 akan
diberikan libur yang lumayan panjang. Di sinilah saya menyiapkan segala
keperluan saya yang saya butuhkan untuk SMP. Contohnya alat tulis dan alat alat
yang lainnya. Tidak lama lagi saya akan mengikuti penamatan.
1
bulan jelang penamatan di laksanakan, ibu saya sering bertanya kepada saya, “di
mana kamu mau lanjut SMP?”
Saya
pun sering menjawab, “Saya mau lanjut di mtsn luwuk banggai saja ma. Saya ingin
sekolah bersama teman-teman sd saya yang lain.”
Saya
sudah berapa kali saya mengatakan hal itu kepada orang tua saya.
Namun
orang tua saya selalu berkata, “Kami tidak mau liat kamu sekolah di madrasah
tsanawia negri karena kami mau anaknya menjadi seorang penghafal Al-Qur’an.
Kami juga tidak mau melihat anaknya menjadi anak yang tidak bisa mengaji dan
tidak bisa menjaga pergaulannya bersama teman temannya. Apalagi kami tau kalo
siswa-siswa yang di sekolahkan di madrasah tsanawia negri (mtsn) itu adalah
anak anak yang memiliki pergaulan yang sangat tidak baik. Guru guru yang
mengajar di sekolah tersebut tidak bisa membimbing siswa/siswinya denga baik.
Itu yang bikin kenakalan siswa/siswi yang bersekolah di sekolah itu meningkat.
Mereka tidak pernah di ajarkan oleh gurunya tetang adab adab sopan santun. Tidak
hanya di madrasah tsanawia negri (mtsn) tetapi teman-teman yang berada di
lingkungan sekitar rumah kamu juga adalah anak-anak yang memiliki akhlak yang
tidak baik. Mereka sangat kurang mendapatkan perhatian atau bimbingan dari
orang tuanya sehingga pergaulan anak-anak mereka menjadi tidak baik.”
Setelah
percakapan tersebut, orang tua saya memilih untuk mendaftarkan saya ke sekolah
yang berbasis boarding. Dikarenakan sekolah saya berbasis boarding, maka saya
harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru saya. Saya rela merantau demi
mencari ilmu. Orang tua saya memaksa saya untuk sekolah di sekolah yang
berbasis boarding ini. Sebenarnya saya tidak ingin bersekolah di sekolah ini
tetapi orang tua saya bersikeras untuk menyekolahkan saya di sekolah boarding.
Jadi terpaksa saya masuk ke sekolah ini.
1
setengah bulan setelah penamatan, saya pun diantar oleh orangtua saya ke
sekolah baru saya yang berada di Bone, Sulawesi Selatan. Sekolah itu bernama
SMP ISLAM ATHIRAH BONE.
Saya
pun menjalani kehidupan saya dengan penuh paksaan dari orangtua saya. Berhubung
sekolah saya berbasis boarding, maka saya harus berpisah dengan orang tua saya.
Setelah
saya di antar oleh orangtua saya, orang tua saya pun langsung menghubungi wali
kelas saya agar wali kelas saya dapat
membantu saya untuk beradaptasi dengan lingkungan baru saya.
Orangtua
saya pun sudah ingin kembali ke kampung halaman saya. Sebelum orangtua saya
kembali, mereka berpesan kepada saya, “Anas jangan jadi anak nakal. Anas harus
berubah. Jangan membantah sama pembinanya. Anas harus betah di sekolah barunya.
Anas harus memperbaiki sikap Anas supaya Anas bisa menjadi orang yang hebat.”
Tetapi
perilaku saya di asrama tidak sesuai dengan apa yang di harapkan oleh orang tua
saya. Sehingga orang tua saya sering mengkoching saya agar saya dapat berubah.
Tetapi saya merasa bahwa saya sangat susah untuk berubah sehingga perilaku saya
terhadap pembina asrama sangat susah untuk saya ubah.
Saya
sangat berharap agar saya dapat membahagiakan orangtua saya agar orang tua saya
bengga kepada saya. Tetapi hal itu hanya menjadi angan angan bagi saya sehingga
hal itu tidak sesuai dengan apa yang saya dan orangtua saya harapkan.
Saya
menjadi anak yang nakal dan menjadi anak yang bandel kepada pembina asrama atau
guru-guru yang ada di sekolah.
Di
asrama
Setelah
kurang lebih 2 bulan setelah saya di masukkan ke dalam asrama. Saya pun mulai
beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman teman saya yang baru. Saya pun
mulai di ajarkan oleh kakak kelas saya bagaimana adab sopan santun terhadap
guru atau penbina yang ada di sekolah.
Bimbingan
dari kakak kelas saya itu sangat bagus sehingga membuat perilaku sayapun mulai
membaik.
Suatu
hari saat saya telah pulang sekolah. Saya langsung bergegas kembali ke asrama
dan langsung mengganti baju saya. Saya juga langsung bergegas untuk pergi
ber-olahraga. Kebetulan pada hari itu adalah hari ekskul futsal SMP.
Pada
hari ekskul itu pelatih saya memberitahukan kepada saya dan teman-teman saya
bahwa akan di adakan seleksi pemain untuk mengikuti lomba futsal. Sebelum
seleksi dilaksanakan, pelatih saya memberitahukan kepada saya dan teman-teman
saya bahwa jelang 2 bulan ke depan akan dilaksanakan lomba futsal antar
sekolah. Dengan semangatnya saya pun langsung menunjukkan skill-skill
tersembunyi saya saat seleksi di laksanakan.
Hal
ini membuat teman-teman dan pelatih saya yang menghadiri seleksi pada hari itu
kagum. Saat seleksi telah usai di laksanakan pelatih saya pun langsung
memberitahukan kepada kami siapa saja yang lulus untuk mengikuti perlombaan
tersebut. Teryata nama saya masuk ke dalam daftar nama nama pemain yang akan di
ikut sertakan dalam perlombaan tersebut.
setelah
nama-nama tersebut telah di sebutkan oleh pelatih saya. saya pun langsung
semangat untuk melakukan segala hal termasuk mengerjakan tugas tugas yang di berikan
oleh guru mapel.
saya
pun langsung bergegas untuk Kembali ke asrama untuk bersih bersih dan bersiap
siap untuk berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
saat saya telah selesai melakukan shalat berjamaah di masjid sayapun langsung
bergegas Kembali menuju ke asrama untuk mengganti baju saya.
Setelah
itu saya langsung bergegas untuk menghubungi orangtua saya dan memberikan kabar
bahwasanya saya lulus dalam seleksi untuk mengikuti pertandingan futsal antar
sekolah. setelah saya selesai menelfon orangtua saya, saya pun langsung
bergegas mengambil laptop saya.
Kesempatan
ini saya gunakan untuk mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru mapel yang
ada di sekolah. Saat saya sudah mengambil laptop, saya pun langsung menuju ke
tempat belajar yang ada di lantai 2 asrama untuk mengerjakan tugas-tugas yang
di berikan oleh guru mapel yang ada di sekolah.
pada
saat saya sedang mengerjakan soal-soal yang di berikan oleh guru-guru mapel,
seketika listrik yang ada di asrama tiba-tiba padam di karenakan listriknya
belum di bayar.
listrik
yang ada di asrama padam dan jaringanya pun hilang. saya pun langsung mengamuk
di tempat belajar sehingga pembina saya yang melihat saya waktu itu menegur
saya dan menyuruh saya untuk menyimpan laptop saya di ruang laptop, karena
jaringan di asrama juga sudah padam.
Maka
saya pun langsung membereskan peralatan peralatan yang saya gunakan dan
membereskan area tempat belajar. setelah saya membereskan area tempat belajar,
saya pun langsung menuju ke ruang laptop untuk mengumpulkan laptop saya.
saat
saya sedang menuruni anak tangga tiba-tiba teman saya yang ada di belakang saya
mengagetkan saya sehingga saya kaget dan lompat dari atas tangga.
Saya
mendarat di tangga kaki yang salah, yang di mana kaki kanan saya berada di
ujung anak tangga. Sayapun tidak bisa menjaga keseimbangan badan saya sehingga
membuat saya terjatuh dan terguling-guling sampai bawah.
Teman
saya yang mengagetkan sekaligus melihat saya pada waktu itu langsung melaporkan
kejadian itu kepada pembina saya yang ada di asrama.
setelah
teman saya melaporkan kejadian itu kepada pembina asrama, dengan sigapnya
pembina itupun langsung melaporkan kejadian itu kepada ustadz agus salim atau
kepala unit Kesehatan sekolah.
ustadz
agus salim pun langsung bergegas menjemput saya di sekolah dan langsung
bergegas membawa saya ke rumah sakit karena kepala saya mengalami pendarahan
yang hebat.
kejadian
itu membuat saya mengalami koma selama 3hari. setelah saya siuman dari
koma, saya melihat pembina asrama dan ustaz agus salim yang pada waktu itu
sedang menemani saya di rumah sakit duduk di samping Ranjang saya.
Saya
pun bertanya, “apa yang terjadi sama saya ustaz?”
ustaz
agus salim pun menjelaskan peristiwa apa yang terjadi kepada saya pada waktu
itu.
setelah
di jelaskan, saya pun bertanya kepada pembina asrama saya, “ustaz, sudah ki
hubungi orang tua ku?”
“Belum
pi nak.”
“Minta
tolong pale kita kabari ustaz.”
setelah
pembina asrama melaporkan kejadian itu kepada orang tua saya, pada hari itu
juga Orangtua saya langsung bersiap siap dan langsung memesan tiket menuju
makassar.
Ketika
orangtua saya sampai di makassar, mereka langsung memesan mobil rental menuju
bone.
setelah
orangtua saya sampai di bone, orangtua saya langsung menuju ke rumah sakit
hanya untuk melihat saya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
2
hari setelah saya siuman dari koma saya ,orang tua saya pun berinisiatif untuk
meminta izin kepada sekolah agar saya bisa di istirahatkan di rumah.
sesampainya
saya di rumah orangtua saya pun langsung memberikan saya kamar yang sangat
bagus dan juga memanggilkan saya seorang dokter yang di tugaskan untuk merawat
saya di rumah.
Pada
suatu hari, orang tua saya datang ke kamar. Mereka bertanya, “Kenapa bisa
begini si nak?”
“Waktu
itu saya lagi main laptop di lantai 2. Tiba tiba mati lampu. Saya mau turun
untuk turun simpan laptop di ruang laptop. Tapi waktu sampai di tangga, tiba
tiba dikasi kaget ka sama temanku. Loncat ka dari tangga. Ternyata mendarat ku
salah tempat. Baru di tangga itu posisinya ada yang retak sedikit. Makanya
jatuh terguling guling. Terus yang parahnya itu dibagian kepala yang kena
pendarahan. Begitu hehe.”
Orang
tua ku geleng geleng kepala melihatku. Sambil tersenyum mamaku berkata, “Lain
kali hati hati ya. Kalau kaget, pegangan di pegangan tangga. Jangan refleks
lompat. Mama kaget tiba tiba dapat telfon begitu.” ucap mamaku yang ku balas
anggukan.
Hari
hari di rumah terasa begitu membosankan. Ku rasa juga keadaan ku sudah tidak
seburuk itu. Maka aku meminta kepada mamaku untuk dikembalikan ke asrama. Aku
rindu temanku, aku juga takut banyak ketinggalan pelajaran. Tunggu, oh tidak.
Lomba ku! Tapi tak apa. Masih ada 1 bulan. Aku pasti bisa.
Begitu
mamaku mendatangi kamarku, aku berkata kepadanya, “Ma, Anas sudah lumayan
baikan. Kapan Anas masuk sekolah.”
Mama
terlihat sedang terdiam, berpikir. “Tunggu akhir pekan saja ya? Tanggung.” aku
mengangguk.
Akhir
pekan pun datang, aku sudah selesai mengemas barangku. Aku siap kembali ke
sekolah.
Perjalanan
yang cukup panjang dan lama, sampai akhirnya aku telah sampai. Yang ku tangkap
pertama kali adalah temanku yang
mengagetkanku saat itu, “Anas, aku minta maaf ya. Harusnya aku tidak
mengejutkanmu.” Aku menggeleng sambil tersenyum, “Tidak papa.”
Dia
pun membantu ku masuk ke asrama. Aku disambut oleh pembina asrama dan beberapa
teman ku. Aku bahagia.
Aku
sudah mendingan sejak saat itu. Aku pun mulai menjalani aktivitas seperti
biasanya. Sekolah, tahfidz, olahraga, dan lain lain. Aku senang aku sudah
sembuh.
Suatu
malam, aku sedang memainkan laptop ku di lantai 2. Lagi lagi mati lampu. Aku
mencoba turun untuk menyimpan laptop. Ketika dihadapkan dengan tangga, aku mencoba
pelan pelan untuk turun. Aku memegang gagangnya dan mengecek anak tangga. Jaga
jaga aku akan salah pijak. Aku sampai di tangga paling bawah. Aku selamat. Aku
pun menyimpan laptop ku di ruang laptop dan menuju kamarku untuk beristirahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar