Selasa, 02 Mei 2023

Dangerous Upstair_Ahmad Hidayat Nurwahid

 

Boarding Story #31

Ahmad Hidayat Nurwahid

Dangerous Upstair

 

Perkenalkan nama saya Anas. Saya adalah seorang siswa kelas 6 Sekolah dasar Islam terpadu yang berada di luwuk banggai, Sulawesi Tengah. Saya sangat menggemari olahraga futsal. Biasanya setiap sore saya sering bermain futsal bersama teman teman saya. Tetapi jelang waktu 2 bulan sebelum ujian sekolah, orang tua saya bersikeras untuk melarang saya untuk bermain futsal karena saya di suruh untuk fokus belajar.

Dalam waktu 2 bulan kedepan saya akan melakukan yang namanya ujian sekolah. Padahal 1 pekan kedepan saya akan mengikuti lomba futsal bersama teman teman saya yang di laksanakan oleh universitas muhammadiya luwuk banggai. Orang tua saya sudah tidak mengizinkan saya untuk bermain futsal untuk sementara waktu. Maka saya lebih memilih untuk fokus dalam belajar.

Saat ini saya sedang fokus untuk belajar karena kurang lebih  2 bulan kedepan saya akan melakukan yang namanya ujian sekolah. 2 pekan setelah ujian sekolah dilaksanakan saya akan melaksanakan yang namanya munaqosya (ujian tahfiz).

Setelah saya melakukan ujian sekolah, saya harus fokus lagi untuk muroja’ah hafalan Al-Qur’an yang telah saya hafal. Jika saya tidak mengikuti yang namanya ujian tahfidz maka saya tidak akan bisa mengikuti yang Namanya penamatan. Jika saya tidak mengikuti penamatan maka saya tidak bisa mendapatkan ijazah dan saya tidak lulus sekolah. Oleh karena itu saya ingin memperbanyak murojaah hafalan saya.

2 bulan kemudian..

Tidak terasa ujian sekolah dan ujian tahfidz telah selesai di laksanakan. Setelah ini saya akan mengikuti penamatan. Setelah penamatan kami para siswa kelas 6 akan diberikan libur yang lumayan panjang. Di sinilah saya menyiapkan segala keperluan saya yang saya butuhkan untuk SMP. Contohnya alat tulis dan alat alat yang lainnya. Tidak lama lagi saya akan mengikuti penamatan.

1 bulan jelang penamatan di laksanakan, ibu saya sering bertanya kepada saya, “di mana kamu mau lanjut SMP?”

Saya pun sering menjawab, “Saya mau lanjut di mtsn luwuk banggai saja ma. Saya ingin sekolah bersama teman-teman sd saya yang lain.”

Saya sudah berapa kali saya mengatakan hal itu kepada orang tua saya.

Namun orang tua saya selalu berkata, “Kami tidak mau liat kamu sekolah di madrasah tsanawia negri karena kami mau anaknya menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Kami juga tidak mau melihat anaknya menjadi anak yang tidak bisa mengaji dan tidak bisa menjaga pergaulannya bersama teman temannya. Apalagi kami tau kalo siswa-siswa yang di sekolahkan di madrasah tsanawia negri (mtsn) itu adalah anak anak yang memiliki pergaulan yang sangat tidak baik. Guru guru yang mengajar di sekolah tersebut tidak bisa membimbing siswa/siswinya denga baik. Itu yang bikin kenakalan siswa/siswi yang bersekolah di sekolah itu meningkat. Mereka tidak pernah di ajarkan oleh gurunya tetang adab adab sopan santun. Tidak hanya di madrasah tsanawia negri (mtsn) tetapi teman-teman yang berada di lingkungan sekitar rumah kamu juga adalah anak-anak yang memiliki akhlak yang tidak baik. Mereka sangat kurang mendapatkan perhatian atau bimbingan dari orang tuanya sehingga pergaulan anak-anak mereka menjadi tidak baik.”

Setelah percakapan tersebut, orang tua saya memilih untuk mendaftarkan saya ke sekolah yang berbasis boarding. Dikarenakan sekolah saya berbasis boarding, maka saya harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru saya. Saya rela merantau demi mencari ilmu. Orang tua saya memaksa saya untuk sekolah di sekolah yang berbasis boarding ini. Sebenarnya saya tidak ingin bersekolah di sekolah ini tetapi orang tua saya bersikeras untuk menyekolahkan saya di sekolah boarding. Jadi terpaksa saya masuk ke sekolah ini.

1 setengah bulan setelah penamatan, saya pun diantar oleh orangtua saya ke sekolah baru saya yang berada di Bone, Sulawesi Selatan. Sekolah itu bernama SMP ISLAM ATHIRAH BONE.

Saya pun menjalani kehidupan saya dengan penuh paksaan dari orangtua saya. Berhubung sekolah saya berbasis boarding, maka saya harus berpisah dengan orang tua saya.

Setelah saya di antar oleh orangtua saya, orang tua saya pun langsung menghubungi wali kelas  saya agar wali kelas saya dapat membantu saya untuk beradaptasi dengan lingkungan baru saya.

Orangtua saya pun sudah ingin kembali ke kampung halaman saya. Sebelum orangtua saya kembali, mereka berpesan kepada saya, “Anas jangan jadi anak nakal. Anas harus berubah. Jangan membantah sama pembinanya. Anas harus betah di sekolah barunya. Anas harus memperbaiki sikap Anas supaya Anas bisa menjadi orang yang hebat.”

Tetapi perilaku saya di asrama tidak sesuai dengan apa yang di harapkan oleh orang tua saya. Sehingga orang tua saya sering mengkoching saya agar saya dapat berubah. Tetapi saya merasa bahwa saya sangat susah untuk berubah sehingga perilaku saya terhadap pembina asrama sangat susah untuk saya ubah.

Saya sangat berharap agar saya dapat membahagiakan orangtua saya agar orang tua saya bengga kepada saya. Tetapi hal itu hanya menjadi angan angan bagi saya sehingga hal itu tidak sesuai dengan apa yang saya dan orangtua saya harapkan.

Saya menjadi anak yang nakal dan menjadi anak yang bandel kepada pembina asrama atau guru-guru yang ada di sekolah.

Di asrama

Setelah kurang lebih 2 bulan setelah saya di masukkan ke dalam asrama. Saya pun mulai beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman teman saya yang baru. Saya pun mulai di ajarkan oleh kakak kelas saya bagaimana adab sopan santun terhadap guru atau penbina yang ada di sekolah.

Bimbingan dari kakak kelas saya itu sangat bagus sehingga membuat perilaku sayapun mulai membaik.

Suatu hari saat saya telah pulang sekolah. Saya langsung bergegas kembali ke asrama dan langsung mengganti baju saya. Saya juga langsung bergegas untuk pergi ber-olahraga. Kebetulan pada hari itu adalah hari ekskul futsal SMP.

Pada hari ekskul itu pelatih saya memberitahukan kepada saya dan teman-teman saya bahwa akan di adakan seleksi pemain untuk mengikuti lomba futsal. Sebelum seleksi dilaksanakan, pelatih saya memberitahukan kepada saya dan teman-teman saya bahwa jelang 2 bulan ke depan akan dilaksanakan lomba futsal antar sekolah. Dengan semangatnya saya pun langsung menunjukkan skill-skill tersembunyi saya saat seleksi di laksanakan.

 

Hal ini membuat teman-teman dan pelatih saya yang menghadiri seleksi pada hari itu kagum. Saat seleksi telah usai di laksanakan pelatih saya pun langsung memberitahukan kepada kami siapa saja yang lulus untuk mengikuti perlombaan tersebut. Teryata nama saya masuk ke dalam daftar nama nama pemain yang akan di ikut sertakan dalam perlombaan tersebut.

setelah nama-nama tersebut telah di sebutkan oleh pelatih saya. saya pun langsung semangat untuk melakukan segala hal termasuk mengerjakan tugas tugas yang di berikan oleh guru mapel.

saya pun langsung bergegas untuk Kembali ke asrama untuk bersih bersih dan bersiap siap untuk berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid. saat saya telah selesai melakukan shalat berjamaah di masjid sayapun langsung bergegas Kembali menuju ke asrama untuk mengganti baju saya.

Setelah itu saya langsung bergegas untuk menghubungi orangtua saya dan memberikan kabar bahwasanya saya lulus dalam seleksi untuk mengikuti pertandingan futsal antar sekolah. setelah saya selesai menelfon orangtua saya, saya pun langsung bergegas mengambil laptop saya.

Kesempatan ini saya gunakan untuk mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru mapel yang ada di sekolah. Saat saya sudah mengambil laptop, saya pun langsung menuju ke tempat belajar yang ada di lantai 2 asrama untuk mengerjakan tugas-tugas yang di berikan oleh guru mapel yang ada di sekolah.

pada saat saya sedang mengerjakan soal-soal yang di berikan oleh guru-guru mapel, seketika listrik yang ada di asrama tiba-tiba padam di karenakan listriknya belum di bayar.

listrik yang ada di asrama padam dan jaringanya pun hilang. saya pun langsung mengamuk di tempat belajar sehingga pembina saya yang melihat saya waktu itu menegur saya dan menyuruh saya untuk menyimpan laptop saya di ruang laptop, karena jaringan di asrama juga sudah padam.

Maka saya pun langsung membereskan peralatan peralatan yang saya gunakan dan membereskan area tempat belajar. setelah saya membereskan area tempat belajar, saya pun langsung menuju ke ruang laptop untuk mengumpulkan laptop saya.

saat saya sedang menuruni anak tangga tiba-tiba teman saya yang ada di belakang saya mengagetkan saya sehingga saya kaget dan lompat dari atas tangga.

Saya mendarat di tangga kaki yang salah, yang di mana kaki kanan saya berada di ujung anak tangga. Sayapun tidak bisa menjaga keseimbangan badan saya sehingga membuat saya terjatuh dan terguling-guling sampai bawah.

Teman saya yang mengagetkan sekaligus melihat saya pada waktu itu langsung melaporkan kejadian itu kepada pembina saya yang ada di asrama.

setelah teman saya melaporkan kejadian itu kepada pembina asrama, dengan sigapnya pembina itupun langsung melaporkan kejadian itu kepada ustadz agus salim atau kepala unit Kesehatan sekolah.

ustadz agus salim pun langsung bergegas menjemput saya di sekolah dan langsung bergegas membawa saya ke rumah sakit karena kepala saya mengalami pendarahan yang hebat.

 

kejadian itu membuat saya mengalami  koma selama 3hari. setelah saya siuman dari koma, saya melihat pembina asrama dan ustaz agus salim yang pada waktu itu sedang menemani saya di rumah sakit duduk di samping Ranjang saya.

Saya pun bertanya, “apa yang terjadi sama saya ustaz?”

ustaz agus salim pun menjelaskan peristiwa apa yang terjadi kepada saya pada waktu itu.

setelah di jelaskan, saya pun bertanya kepada pembina asrama saya, “ustaz, sudah ki hubungi orang tua ku?”

“Belum pi nak.”

“Minta tolong pale kita kabari ustaz.”

setelah pembina asrama melaporkan kejadian itu kepada orang tua saya, pada hari itu juga Orangtua saya langsung bersiap siap dan langsung memesan tiket menuju makassar.

Ketika orangtua saya sampai di makassar, mereka langsung memesan mobil rental menuju bone.

setelah orangtua saya sampai di bone, orangtua saya langsung menuju ke rumah sakit hanya untuk melihat saya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

2 hari setelah saya siuman dari koma saya ,orang tua saya pun berinisiatif untuk meminta izin kepada sekolah agar saya bisa di istirahatkan di rumah.

sesampainya saya di rumah orangtua saya pun langsung memberikan saya kamar yang sangat bagus dan juga memanggilkan saya seorang dokter yang di tugaskan untuk merawat saya di rumah.

Pada suatu hari, orang tua saya datang ke kamar. Mereka bertanya, “Kenapa bisa begini si nak?”

“Waktu itu saya lagi main laptop di lantai 2. Tiba tiba mati lampu. Saya mau turun untuk turun simpan laptop di ruang laptop. Tapi waktu sampai di tangga, tiba tiba dikasi kaget ka sama temanku. Loncat ka dari tangga. Ternyata mendarat ku salah tempat. Baru di tangga itu posisinya ada yang retak sedikit. Makanya jatuh terguling guling. Terus yang parahnya itu dibagian kepala yang kena pendarahan. Begitu hehe.”

Orang tua ku geleng geleng kepala melihatku. Sambil tersenyum mamaku berkata, “Lain kali hati hati ya. Kalau kaget, pegangan di pegangan tangga. Jangan refleks lompat. Mama kaget tiba tiba dapat telfon begitu.” ucap mamaku yang ku balas anggukan.

Hari hari di rumah terasa begitu membosankan. Ku rasa juga keadaan ku sudah tidak seburuk itu. Maka aku meminta kepada mamaku untuk dikembalikan ke asrama. Aku rindu temanku, aku juga takut banyak ketinggalan pelajaran. Tunggu, oh tidak. Lomba ku! Tapi tak apa. Masih ada 1 bulan. Aku pasti bisa.

Begitu mamaku mendatangi kamarku, aku berkata kepadanya, “Ma, Anas sudah lumayan baikan. Kapan Anas masuk sekolah.”

Mama terlihat sedang terdiam, berpikir. “Tunggu akhir pekan saja ya? Tanggung.” aku mengangguk.

Akhir pekan pun datang, aku sudah selesai mengemas barangku. Aku siap kembali ke sekolah.

Perjalanan yang cukup panjang dan lama, sampai akhirnya aku telah sampai. Yang ku tangkap pertama kali adalah temanku  yang mengagetkanku saat itu, “Anas, aku minta maaf ya. Harusnya aku tidak mengejutkanmu.” Aku menggeleng sambil tersenyum, “Tidak papa.”

Dia pun membantu ku masuk ke asrama. Aku disambut oleh pembina asrama dan beberapa teman ku. Aku bahagia.

Aku sudah mendingan sejak saat itu. Aku pun mulai menjalani aktivitas seperti biasanya. Sekolah, tahfidz, olahraga, dan lain lain. Aku senang aku sudah sembuh.

Suatu malam, aku sedang memainkan laptop ku di lantai 2. Lagi lagi mati lampu. Aku mencoba turun untuk menyimpan laptop. Ketika dihadapkan dengan tangga, aku mencoba pelan pelan untuk turun. Aku memegang gagangnya dan mengecek anak tangga. Jaga jaga aku akan salah pijak. Aku sampai di tangga paling bawah. Aku selamat. Aku pun menyimpan laptop ku di ruang laptop dan menuju kamarku untuk beristirahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar