Selasa, 02 Mei 2023

Ustad Udin_akhta Aliy

 Boarding Story #1

Takhta Aliy Tenritappu Syach Bharanusa

 

Ustad Udin

 

Sudirman Amin, atau biasa dipanggil Udin oleh keluarga dan teman-teman dekatnya. Seorang alumni pondok pesantren. Setelah bertahun tahun menjalanji hidup di pondok, akhirnya dia dapat melihat dunia luar dengan status sebagai seorang mahasiswa.

Saat ini, Udin sedang mencari pekerjaan yang akan dia jalani sambil kuliah. Dia telah mencari tempat untuk mewujudkan hal tersebut, selama kurang lebih 2 bulan. Tentu susah untuk menemukan pekerjaan dengan status sebagai mahasiswa. Namun siapa sangka, hal yang dicari-cari itu datang dengan sendirinya.

Pada suatu hari, Udin bertemu kembali dengan teman lamanya saat di pondok. Dia adalah Romi, mereka bertemu di warkop yang selalu dikunjungi Udin sepulangnya dari kuliah. Udin dan Romi bertukar kabar untuk waktu yang cukup lama. Romi menceritakan tentang dirinya setelah lulus dari pondok, begitupun dengan Udin. Setelah Udin bercerita tentang dirinya yang sedang mencari pekerjaan, Romi langsung mengajak Udin untuk menjadi imam di masjid yang sedang mencari imam.

“Ada kutau masjid baru dibangun, lagi cari imam bede.”

“Dimana itu?”

“Di dekat rumahnya sepupuku, mauka pergi besok buat daftar.”

“Deh, ikutka pale.”

“Bah, besokpi. Samaki pergi.”

“Iyanah, panggilka.”

Di keesokan harinya, Udin dan Romi pergi ke masjid tersebut untuk mengajukan diri sebagai imam. 2 hari kemudian mereka dinyatakan lulus. Udin ditugaskan untuk mengimami sholat maghrib di hari Senin, Rabu dan Jumat. Sementara Romi mendapat bagian pada maghrib di hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Untungnya, jadwal kuliah dan jadwal imamnya tidak tolak menolak.

6 bulan telah berlalu sejak Udin menjadi alumni pondok persantren. Tak jarang Udin merasa rindu dengan suasana di pondok. Tentu saja, suasana itulah yangg telah mewarnai hidupnya selama bertahun-tahun. Rasanya seperti ingin kembali ke masa-masa itu.

Di suatu hari Rabu siang, Udin mendapat panggilan telfon dari Romi.

“Assalamualaikum, Udin”

“Waalaikumsalam, iya. Kenapa?”

“Bisako isi jadwal imam sebentar maghrib? Lagi diluar kotaka ini, nda bisaka isi.”

“Bah, bisaji.”

“Okemi, makasih banyak nah. assalamulaikum”

“Iya, walaikumsalam”

Setelah sholat maghrib, Udin melihat Ustadznya saat dipondok menjadi makmumnya, Ustadz Sapri. Ustadz Sapri telah pindah dari pondok Udin ke Sekolah Islam Athirah Bone, bertahun-tahun sebelum Udin lulus. Di sana ia adalah seorang wakil kepala sekolah di bidang keasramaan dan tahfidz. Kemudian Udin menghampirinya untuk menyetorkan hafalannya.

“Assalamulaikum Ustadz..” Ucap Udin sambil menyalimi tangan Ustadznya

“Waalaikumsalam”

Kemudian Udin menyampaikan niatnya untuk menyetorkan hafalan

“Daftarmaki saja dulu coba di Sekolah Islam Athirah Bone. Saya duluan ya.”

“Oh, iye Ustadz”

Udin menjadi bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

Keesokan harinya Udin terus menimbang-nimbang ajakan Ustadz Sapri kemarin hingga kurang fokus mengikuti kuliahnya. Setelah menimbang-nimbang Udin akhirnya memutuskan untuk mendaftar. Setelah daftar, Udin harus melalui beberapa tes. Dan pada akhirnya, 3 bulan kemudian Udin dinyatakn lulus sebagai seorang pembina asrama di Sekolah Islam Athirah Bone.

Udin akan mulai menjadi pembina di asrama Sekolah Islam Athirah Bone 1 bulan kemudian.

Saat Udin mulai menjadi pembina, Udin sempat terkejut dengan suasana di Sekolah Islam Athirah Bone yang begitu berbeda dengan pondoknya dulu. Di sini, Udin harus kembali beradaptasi dengan suasana, peraturan dan lain lain yang sangat berbeda dengan pondoknya dulu.

Hal ini tentu menjadi hal yang cukup sulit bagi Udin karena sangat berbeda dengan yang telah ia lalui selama bertahun tahun. Namun, Udin tidak memiliki mempermasalahkan hal ini. Melihat anak anak yang menerapkan budaya-budaya Sekolah Islam Athirah Bone seperti 5S atau Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun dan juga 5R atau Rapi, Rajin, Rawat, Ringkas, Resik selalu cukup untuk membuat Udin senang.

5 bulan berlalu. Udin, atau Ustadz Udin telah meneyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah maupun asrama. Kini, dia menjadi salah satu pembina yang paling di gemari sekaligus di segani oleh anak-anak. Ustadz Udin tahu kapan harus serius dan kapan waktu bercanda.

Pembina asrama di Sekolah Islam Athirah Bone juga diamanahi menjadi pembina tahfidz. Baik pembina asrama putra maupun asrama putri. Namun, tidak semua pembina tahfidz adalah pembina asrama. Tak jarang di laksanakan forum pembina asrama maupun pembina tahfidz. Melalui forum tersebutlah Ustadz Udin menemui sang pujaan hati, Ustadzah Ayu.

Rahayu nama lengkapnya, biasa dipanggil Ayu. Adalah seorang pembina asrama dan pembina tahfidz. Umurnya lebih tua dibandingkan dengan Udin. Dia juga telah bekerja di Sekolah Islam Athirah Bone lebih lama dari Udin. Hal ini tidak membuat Udin ragu dengan perasaannya kepada Ayu. Perasaan yang muncul perlahan-lahan namun pasti.

Sangat sulit bagi Udin untuk membendung semua rasa ini. Rasanya, semua yang dia lihat dapat mengingatkannya dengan Ayu. Parasnya, hatinya, suaranya saat melantunkan ayat-ayat al-quran dan juga pengetahuannya yang mendalam tentang al-quran. Terbayang di kepala Udin untuk melamar dan menikahi Ayu. Dan tak lama kemudian hal ini menjadi keputusan konkret.

Akhirnya, Udin berencana untuk melamar Ayu. Sebelumnya, dia meminta restu kepada wakil direktur sekolah islam athirah bone, Pak Rizki. Pak Rizki mencoba untuk meyakinkan Udin akan keputusannya ini. Untungnya, Pak Rizki bersedia untuk membantu Udin. Pak Rizki lah yang pergi menemui keluarga Ayu untuk melamar Ayu. Keluarga Ayu setuju dan ingin bertemu dengan Udin. Pergilah Udin menemui keluarga Ayu. Respon dari keluarga Ayu sangatlah positif.

Semua prosesi lamaran dan nikahan berlangsung lancar, meskipun Udin merasa agak gugup pada beberapa bagian. Kini Udin tidak sendiri lagi dalam menjalani hidupnya, dia akan menjalani sisa hidupnya bersama dengan Ayu.

Udin harus membagi waktu untuk kepentingan asrama dan untuk keluarga kecilnya. Udin dan Ayu tidak merasa keberatan dengan hal ini. Karena baik Udin maupun Ayu adalah pembina asrama sehigga waktu kerja mereka tidak jauh berbeda. Jadi, mengatur waktu untuk keluarga kecil dan kepentingan asrama bukanlah hal yang mengganggu.

Kini dan seterusnya Udin akan menjalani sisa hidupnya bersama dengan Ayu. Mereka juga telah dikaruniai seorang anak. Dia juga masih menjadi pembina yang digemari oleh anak-anak.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar