Boarding Story #28
Andi Ahmad Fauzan
Osaka’s Case
“Terima kasih bibi”ujarku
dalam bahasa jepang setelah transaksi dengan hana-san sebagai kasir.
“Sama sama” katanya
sambil tersenyum.
Aku baru saja membeli
keripik kentang dan greentea kalengan di minimarket dekat universitasku yang
kebetulan sedang diskon bulanan.Aku kebetulan kenal baik dengan Hana-san. Aku
kemudian berjalan pulang menuju apartemenku yang berjarak sekitar 3km. Ohya namaku
Budi Mitra Sujasa, biasa dipanggil budi aku merupakan seorang mahasiswa
semester 4 jurusan matematika terapan di Osaka University. Aku berasal dari
kota Malang, Indonesia. Aku punya hobi nonton film, sudah ribuan film yang
telah kunonton dari kecil. Mulai dari film lokal, amerika, china, jepang,
bahkan hingga film korea.
Aku memiliki teman
dekat sekaligus teman seapartemenku. Ya, aku memiliki teman seapartemen untuk
berhemat biaya apartemen(biayanya dibagi dua). Kebetulan ia adalah teman sejurusanku di sini, namanya Ismail Abdus
Salam, panggilannya Abdul dia berasal dari mesir. Sebelum aku ke jepang, aku
telah mempelajari bahasa inggris dan jepang selama 1,5 tahun. Aku dapat masuk
di sini didukung karena aku pernah menjuarai osn matematika dan mengikuti
IMO(International Mathematical Olympiad) walaupun hanya sebagai partisipan.
Di kampusku aku merasakan persaingan yang
benar benar ketat. bagaimana tidak, hanya siswa unggulan saja yang mampu masuk
di universitas ini. Apalagi Jepang merupakan negara dengan rata rata IQ
tertinggi di dunia menurut banyak sumber. Serta jepang juga menerapkan sistem
pembelajaran yang memfokuskan siswanya untuk menggali potensi diri mereka sejak
dini sehingga tak perlu mempelajari banyak bidang dan hanya mempelajai bilang
yang mereka sukai saja.
Pagi ini aku telah
siap melangkah menuju kampus, sepatu pun telah kukenakan. Kulihat jam tanganku,
30 menit lagi keterlambatan masuk kampus. 30 menit merupakan waktu yang lumayan
lama, kebetulan aku belum sarapan, jadi aku sempat untuk membeli onigiri dan
air putih botolan. Aku tiba di kampus 5 menit sebelum keterlambatan, aku harus
buru buru karena jarak dari gerbang menuju ruang belajar agak jauh. Aku
kebetulan berpapasan dengan Kaito-kun di koridor, dia juga seharusnya belajar
bersamaku di kelas, namun aku cukup heran mengapa dia tak buru-buru padahal
waktu sisa sedikit. Aku menyempatkan menyapanya.
“Ohayou
Kaito-kun(selamat pagi)” ucapku dengan tersenyum dan mengangkat tangan setinggi
bahu.
Namun yang
mengherankan, dia tak menghiraukanku dan malah berjalan lebih cepat. mukanya terihat
pucat pasi, seperti orang yang belum makan selama berhari hari. padahal
biasanya dialah orang yang paling ambisius dan senang masuk kelas, dia juga
merupakan orang dengan IPK kedua tertinggi di angkatanku. Namun aku tak sempat
menanyakannya. “Paling cuma gak enak badan” kataku dalam hati
Aku karena aku terlalu terburu buru agar tak
ketinggalan kelas. Aku melihat kembali jam tanganku, pembelajaran seharusnya
telah berlangsung 2 menit. Aku hanya berharap semoga aku tidak kena marah oleh
dosenku. Jepang amat menjunjung tinggi kedisiplinan, maka setiap mahasiswa
wajib datang tepat waktu dan akan terkena hukuman walau terlambat 1 menit saja.
Nasib baik untukku
hari ini. Ternyata dosenku tidak jadi mengajar hari ini dan menyampaikan surat
tertulisnya yang beserta permohonan maafnya atas hari ini. Hari ini kita juga
tak diberi tugas, sebagai perminta maafan dari dosennya. Aku pun keluar dari
ruangan serta sempat berpapasan dengan beberapa mahasiswa dan mahasiswi, hanya
kelasku yang jamkos. Aku menunggu mata kuliah selanjutnya sambil jajan di
kantin. Aku memesan takoyaki. Aku merogoh handphone yang ada di kantongku. Aku
baru melihat LINE ku, di Jepang, LINE lebih umum dipakai dibanding Whatsapp
yang marak digunakan di Indonesia. Ternyata ada pengumuman di grub angkatan
bahwa jam 9 malam kita disuruh untuk menghadiri acara ulang tahun
universitasku, dan semua wajib mengikuti acara tersebut.
Akhirnya mata
kuliah terakhir pun berakhir. Aku pun pulang kembali ke apartemen menggunakan
kereta bawah tanah. Kebetulan aku bertemu Abdul di stasiun, kami pun pulang
dengan kereta yang sama. Seperti biasanya, aku pergi ke minimarket untuk
membeli beberapa snack dan minuman dingin. Abdul tak membeli di minimarket, dia
pun jalan duluan menuju apartemen. Seperti biasa, aku membayar makanan dan
minumanku di kasir serta melihat senyum kasirnya.
Aku pun kembali ke
apartemen. Abdul sedang duduk santai di sofa
“Apakah kamu ingin
ke acara bentar malam?” Tanya abdul sambil menatap mataku.
“tentu saja,
bukankah acara tersebut wajib untuk diikuti?” jawabku sambil bertanya balik.
“hmm, begini, aku
ingin titip izin ke kamu untuk tidak mengikuti acara malam ini, dikarenakan ada
suatu hal yang harus kukerjakan dan amat mendesa, kuharap kamu dapat
menyampaikan izinku ini” ujarnya dengan wajah penuh harap
“apa hal yang
membuatmu begitu terdesak sehingga tak dapat menghadirinya?” tanyaku kembali
“maaf aku tak
dapat mengatakannya” ujarnya
Aku cukup bingung
dengan kelakuan Abdul kali ini. Biasanya dia adalah orang yang terbuka kepadaku
dan kita juga telah saling percaya membicarakan hal hal privasi masing masing,
namun entah mengapa baru kali ini setelah 2 tahu bersama dia menutup diri dan
menyembunyikan alasannya.
“okelah akan aku
lakukan” kataku mengiayakan.
Ia pun langsung
siap siap dan pergi keluar apartemen. Ia terlihat terburu buru. Aku sempat
beristirahat terlebih dahulu sambil memainkan handphoneku, jam 7 sore.masih ada
2 jam menuju acara. Temanku yang bernama ahira ditunjuk sebagai ketua panitia.
Ia mengingatkan kembali tentang jadwal acaranya dan mengirimkan rundown acara
malam ini. Acara dimulai dengan pidato oleh kizai-kun kemudian penampilan video
kumpulan prestasi oleh lulusan osaka university dilanjutkan dengan sepatah kata
oleh rektor universitas dan diakhiri oleh beberapa penampilan dari mahasiswa
dan mahasiswi.
Tak terasa waktu
telah menunjukkan 8.15 pm dan aku siap siap menuju sebuah gedung yang telah
disiapkan untuk malam ini. Ada beberapa hiasan ketika masuk ke gedung dan
banner hari ulang tahun universitasku. Acaranya bertempat di ballroom lantai 3. Aku menaiki lift dan menuju ke
ruangannya. Di ruangan itu ada tempat di depan untuk penampilan dan ada 3 layar
di belakang tempat penampilan agar yang dibelakang juga dapat menonton. Acara
itu dihadiri oleh ribuan mahasiswa. Penunjukan pidato dan video pun selesai.
Kami kaget dengan penampilan rektor yang perlahan turun dari atap tempat
penampilan dengan lantai yang turun secara pelahan bak lift terbuka yang
menurunkan penumpang. Rektor tampil berwibawa dengan menggunakan jas abu abu
dalaman kemeja putih dengan celana hitamnya.
Ia menyampaikan
sepatah kata, namun di tengah tengah perkataan rektor, kami kaget bukan
kepalang, bagaimana tidak, ada tembakan dengan suara yang minim karena senjata
tersebut mengenakan peredam suara. Kami tak tahu darimana asal tembakan
tersebut. Di depan mata kami, melihat rektor terbunuh! Belum sempat kita
menyadarinya, listrik seluruh gedung dimatikan. Sontak semua berseru heboh dan
dengan teriakan demi teriakan. Di saat orang lain berlarian menuju bawah ingin
keluar dari gedung, aku lebih memilih untuk mencari pembunuhnya. Aku berlari
menuju ruang cctv khusus lantai 3 untuk mengecek cctvnya.
Walau mati lampu,
ruang cctv tetap akan menyala dikarenakan ada pembatas nya dan ruangan ini
adalah ruangan krusial yang tak boleh padam listriknya. Aku sempat dicegat oleh
penjaga pintu luar dari ruangan cctv tersebut. Aku pun pura pura pulang dan
mengambil sebuah kaleng dari tempat sampah lalu melemparnya ke samping dari
penjaga tersebut. Disaat dia menyecek apa yang baru saja dilemparkan, aku
langsung masuk ke ruangan tersebut. Aku terkaget begitu aku masuk pengawas cctv
sudah tewas di tempat duduknya dengan luka sabetan di leher dan darah yang
bercucuran di bajunya. Aku langsung mengecek rekaman cctv beberapa menit yang
lalu. Ternyata rekamannya telah dihapus tanpa jejak sekalipun. Aku pun keluar
dari ruangan.
“mengapa engkau
bisa masuk ke dalam?” kata penjaganya.
Aku lantas berlari
dan ternyata penjaganya lamban larinya dan aku dapat kabur darinya. Listrik
telah dinyalakan kembali, seluruh gedung lengang. Tak ada yang tinggal disini
selain aku dan beberapa pengawas cctv. Anehnya aku merasa bahwa cukup familiar
dengan aroma dari penjaga ruangan tersebut. Aku kembali ke ballroom untuk
mengecek kembali. Aku mendapati di kursi baris ke 5 dari depan beberapa bubuk
mesiu yang kurasa merupakan sisa dari penembakan tadi. Aku pun menanyakan
kepada petugas siapa yang duduk di sini.
“pak, siapa yang
duduk di sini saat acara?” tanyaku kepada petugas yang menjaga ruang cctv tadi.
“Oh tadi di sana
adalah kizai-kun” katanya.
“terima kasih,
pak” ujarku
Aku tak langsung
percaya bahwa kizai adalah pembunuhnya, aku menanyainya lewat handphoneku.
“halo kizai”
“oh halo budi-kun”
“apa yang kamu
dapati tadi di acara?”
“aku sedang
dibelakang panggung penampilan ketika acara sambil menyiapkan penampilan teman
teman yang lain”
Aku lantas
mematikan handphoneku. Jika kalkulasiku benar, pelakunya ada 2 orang dan salah
satu pelakunya ada di baris ke 5. Aku juga merasakan bahwa peluru yang mengenai
rektor merupakan peluru pistol dan
peluru tersebut menembus badannya, berarti peluru tersebut mengenainya dengan
kecepatan tinggi. Hal ini mendukung bahwa pelaku bukan dari barisan belakang.
Aku merasakan
sebuah kejanggalan, kizai kun memang panitia dari acara ini, jadi tak mungkin
dia pelakunya dan panitia memang dikmpulkan dibelakang panggung. Aku sampai
kepada sebuah kesimpulan, penjaga ruangan tersebut adalah pembunuhnya! Tak
salah lagi, dia cukup blunder dengan menyalahkan kizai-kun yang merupakan
panitia. Namun aku tak mengetahui siapa penjaga ruangan cctv tersebut.
Instingku
mengatakan bahwa pembunuhnya akan pergi keluar dari jepang, aku lantas
memanggil pihak kepolisian untuk mencari pembunuh tersebut. Aku bersama belasan
polisi pergi ke bandara untuk menciduk pelakunya. Tak lama kami mendapatinya
sedang diperjalanan menuju gate 6 penerbangan ke Prancis!
“aku telah
mengetahuinya,kaito dan hana-san”kataku berseru
“ada apa? Aku tak
melakukan apapun, mengapa ada banyak polisi di sini!” balasnya
“kamu tak perlu
mengelak, kamu adalah orang yang menyamar sebagai penjaga ruangan cctv dan kamu
adalah pemilik kursi baris ke 5 yang dimana kutemukan bubuk mesiu di bawahnya,
sementara kamu melakukan hal tersebut, hana-san menuju ruangan kelistrikan
mematikan listrik seluruh gedung, lantas kamu berlari menuju ruangan cctv dan
membunuh pengawas dan menghapus rekaman cctvnya, lalu kamu mengambil baju dari
penjaga depan ruangan, namun satu hal yang tak kau sadari, kamu masih memiliki
bau khas dari parfummu yang tak dapat kamu hilangkan, sehingga kamu lah
pelakunya” ujarku menjelaskan
“hahaha,
penyelidikan yang benar benar hebat, kufikir aku tak akan ketahuan namun
ternyata kamu benar benar serius bahkan mengalahkan penyelidikan dari
kepolisian” ucapnya
“aku hampir
menuduh abdul ternyata dia sedang di bandara untuk kembali ke mesir menjenguk mamanya
yang sedang kritis, dan hana san juga tak bertugas hari ini, aku juga baru
mengetahui bahwa hana san bukan merupakan orang jepang dan ternyata adalah
orang prancis yang menikah dengan orang jepang sehingga kaito lebih mirip orang
jepang. Namun, aku tak mengetahui, apa motif mu mengapa kamu membunuh pak
rektor?” ucapku menanyakan balik
“yah sudahlah aku
telah ketahuan, aku emlakukan hal tersebut dikarenakan ayahku merupakan dosen
yang mengajar di hari itu dipecat, sehingga kita tak belajar di hari itu, aku
pun belum makan beberapa hari dikarenakan ibuku belum mendapatkan gaji dari
bosnya. Pak rektor telah memecat ayahku dikarenakan pak rektor menemukan dosen
yang lebih baik dari ayahku, ayahku pun bunuh diri karena kehilangan
pekerjaannya. Aku pun mengusulkan untuk membunuh rektor, ibuku yang sudah lelah
pun menyetujuinya dan kami pun ingin kembali ke rumah nenekku di prancis untuk
menghilangkan jejak namun ternyata kamu mengetahuinya” katanya dengan panjang
lebar menjelaskan”
Beberapa polisi
pun maju untuk memborgol Hana-san dan Kaito-kun untuk dipenjarakan, sebagai tindakan
pembunuhan berencana dan pidana penjara selama 7 tahun untuk Kaito-kun dan 10
tahun untuk Hana-san. Namun, tak sampai di situ
“aku telah tak
memiliki harapan hidup, cobalah buka koperku” ujar Kaito-kun
Seorang polisi
membukanya ternyata mendapati isinya adalah sebuah bom pewaktu yang tersisa 7
detik lagi! Beberapa polisi langsung kabur dan Kaito pun ingin bunuh diri,
namun aku langsung menyeretnya pergi menjauh dari kopernya dan ada beberapa polisi yang menyeret Hana-san
pergi. Untungnya kami mampu menyeretnya 15 meter sehingga bomnya hanya mengenai
radius 10 meter dari tempat koper tersebut meledak. Terjadi kerusakan di gate 6
akibat ledakan tersebut. Tak ada korban jiwa dan kaito bersama ibunya pun
dibawa ke kantor polisi dan mereka pun dihukum sesuai perbuatan mereka
Hari hari pun
barjalan normal, walau ada beberapa orang yang tak terima pak rektor dibunuh
terutama dari keluarga korban yang ditinggalkan. Rektor kami pun berganti dan
kami melanjutkan kuliah seperti biasanya. Dan aku pun mendapat apresiasi dari
pihak kepolisian dan pihak universitas sehingga aku mendapatkan beasiswa s2 di
universitas ini dan piagam penghargaan dari kepolisian jepang dan uang hadiah
senilai 50000 yen atau sekitar 5 juta rupiah. Tak sia sia aku menonton film dan
anime yang membuatku terinspirasi, terutama dari anime detective conan karya
Gosho Aoyama
Tak terasa, bulan
demi bulan terlalui, hari kelulusan pun tiba. Aku, Budi Mitra Sujasa secara
resmi menjadi Budi Mitra Sujasa S.Mat jurusan matematika terapan. Ada banyak
sorakan, banyak pujian telah menyelesaikan prodi s1 ku ini. Aku mendapatkan IPK
4 atau maksima cumlaude, hanya 3 orang diangkatanku yag mendapatkan gelaran
ini. Aku pun mengambil kembali prodi s2 di osaka university agar nanti dapat
kembali ke indonesia untuk menjadi dosen. Abdul pulang ke jepang 2 pekan
setelah kejadian tersebut dan dia juga lulus bersama namun ia memilih pulang ke mesir melanjutkan kuliahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar