Selasa, 02 Mei 2023

Osaka’s Case_Andi Ahmad Fauzan

 

Boarding Story #28

Andi Ahmad Fauzan

Osaka’s Case

 Hari itu kota Osaka terlihat ramai oleh para pekerja yang baru saja pulang dari kantornya. Pancaran cahaya sore di musim gugur menyelimuti hari. Jam tanganku menunjukkan pukul 05.30 sore waktu setempat yang berarti jam 03.30 sore di Indonesia.

“Terima kasih bibi”ujarku dalam bahasa jepang setelah transaksi dengan hana-san sebagai kasir.

“Sama sama” katanya sambil tersenyum.

Aku baru saja membeli keripik kentang dan greentea kalengan di minimarket dekat universitasku yang kebetulan sedang diskon bulanan.Aku kebetulan kenal baik dengan Hana-san. Aku kemudian berjalan pulang menuju apartemenku yang berjarak sekitar 3km. Ohya namaku Budi Mitra Sujasa, biasa dipanggil budi aku merupakan seorang mahasiswa semester 4 jurusan matematika terapan di Osaka University. Aku berasal dari kota Malang, Indonesia. Aku punya hobi nonton film, sudah ribuan film yang telah kunonton dari kecil. Mulai dari film lokal, amerika, china, jepang, bahkan hingga film korea.

Aku memiliki teman dekat sekaligus teman seapartemenku. Ya, aku memiliki teman seapartemen untuk berhemat biaya apartemen(biayanya dibagi dua). Kebetulan ia adalah teman  sejurusanku di sini, namanya Ismail Abdus Salam, panggilannya Abdul dia berasal dari mesir. Sebelum aku ke jepang, aku telah mempelajari bahasa inggris dan jepang selama 1,5 tahun. Aku dapat masuk di sini didukung karena aku pernah menjuarai osn matematika dan mengikuti IMO(International Mathematical Olympiad) walaupun hanya sebagai partisipan.

 Di kampusku aku merasakan persaingan yang benar benar ketat. bagaimana tidak, hanya siswa unggulan saja yang mampu masuk di universitas ini. Apalagi Jepang merupakan negara dengan rata rata IQ tertinggi di dunia menurut banyak sumber. Serta jepang juga menerapkan sistem pembelajaran yang memfokuskan siswanya untuk menggali potensi diri mereka sejak dini sehingga tak perlu mempelajari banyak bidang dan hanya mempelajai bilang yang mereka sukai saja.

Pagi ini aku telah siap melangkah menuju kampus, sepatu pun telah kukenakan. Kulihat jam tanganku, 30 menit lagi keterlambatan masuk kampus. 30 menit merupakan waktu yang lumayan lama, kebetulan aku belum sarapan, jadi aku sempat untuk membeli onigiri dan air putih botolan. Aku tiba di kampus 5 menit sebelum keterlambatan, aku harus buru buru karena jarak dari gerbang menuju ruang belajar agak jauh. Aku kebetulan berpapasan dengan Kaito-kun di koridor, dia juga seharusnya belajar bersamaku di kelas, namun aku cukup heran mengapa dia tak buru-buru padahal waktu sisa sedikit. Aku menyempatkan menyapanya.

“Ohayou Kaito-kun(selamat pagi)” ucapku dengan tersenyum dan mengangkat tangan setinggi bahu.

Namun yang mengherankan, dia tak menghiraukanku dan malah berjalan lebih cepat. mukanya terihat pucat pasi, seperti orang yang belum makan selama berhari hari. padahal biasanya dialah orang yang paling ambisius dan senang masuk kelas, dia juga merupakan orang dengan IPK kedua tertinggi di angkatanku. Namun aku tak sempat menanyakannya. “Paling cuma gak enak badan” kataku dalam hati

Aku  karena aku terlalu terburu buru agar tak ketinggalan kelas. Aku melihat kembali jam tanganku, pembelajaran seharusnya telah berlangsung 2 menit. Aku hanya berharap semoga aku tidak kena marah oleh dosenku. Jepang amat menjunjung tinggi kedisiplinan, maka setiap mahasiswa wajib datang tepat waktu dan akan terkena hukuman walau terlambat 1 menit saja.

Nasib baik untukku hari ini. Ternyata dosenku tidak jadi mengajar hari ini dan menyampaikan surat tertulisnya yang beserta permohonan maafnya atas hari ini. Hari ini kita juga tak diberi tugas, sebagai perminta maafan dari dosennya. Aku pun keluar dari ruangan serta sempat berpapasan dengan beberapa mahasiswa dan mahasiswi, hanya kelasku yang jamkos. Aku menunggu mata kuliah selanjutnya sambil jajan di kantin. Aku memesan takoyaki. Aku merogoh handphone yang ada di kantongku. Aku baru melihat LINE ku, di Jepang, LINE lebih umum dipakai dibanding Whatsapp yang marak digunakan di Indonesia. Ternyata ada pengumuman di grub angkatan bahwa jam 9 malam kita disuruh untuk menghadiri acara ulang tahun universitasku, dan semua wajib mengikuti acara tersebut.

Akhirnya mata kuliah terakhir pun berakhir. Aku pun pulang kembali ke apartemen menggunakan kereta bawah tanah. Kebetulan aku bertemu Abdul di stasiun, kami pun pulang dengan kereta yang sama. Seperti biasanya, aku pergi ke minimarket untuk membeli beberapa snack dan minuman dingin. Abdul tak membeli di minimarket, dia pun jalan duluan menuju apartemen. Seperti biasa, aku membayar makanan dan minumanku di kasir serta melihat senyum kasirnya.

Aku pun kembali ke apartemen. Abdul sedang duduk santai di sofa

“Apakah kamu ingin ke acara bentar malam?” Tanya abdul sambil menatap mataku.

“tentu saja, bukankah acara tersebut wajib untuk diikuti?” jawabku sambil bertanya balik.

“hmm, begini, aku ingin titip izin ke kamu untuk tidak mengikuti acara malam ini, dikarenakan ada suatu hal yang harus kukerjakan dan amat mendesa, kuharap kamu dapat menyampaikan izinku ini” ujarnya dengan wajah penuh harap

“apa hal yang membuatmu begitu terdesak sehingga tak dapat menghadirinya?” tanyaku kembali

“maaf aku tak dapat mengatakannya” ujarnya

Aku cukup bingung dengan kelakuan Abdul kali ini. Biasanya dia adalah orang yang terbuka kepadaku dan kita juga telah saling percaya membicarakan hal hal privasi masing masing, namun entah mengapa baru kali ini setelah 2 tahu bersama dia menutup diri dan menyembunyikan alasannya.

“okelah akan aku lakukan” kataku mengiayakan.

Ia pun langsung siap siap dan pergi keluar apartemen. Ia terlihat terburu buru. Aku sempat beristirahat terlebih dahulu sambil memainkan handphoneku, jam 7 sore.masih ada 2 jam menuju acara. Temanku yang bernama ahira ditunjuk sebagai ketua panitia. Ia mengingatkan kembali tentang jadwal acaranya dan mengirimkan rundown acara malam ini. Acara dimulai dengan pidato oleh kizai-kun kemudian penampilan video kumpulan prestasi oleh lulusan osaka university dilanjutkan dengan sepatah kata oleh rektor universitas dan diakhiri oleh beberapa penampilan dari mahasiswa dan mahasiswi.

Tak terasa waktu telah menunjukkan 8.15 pm dan aku siap siap menuju sebuah gedung yang telah disiapkan untuk malam ini. Ada beberapa hiasan ketika masuk ke gedung dan banner hari ulang tahun universitasku. Acaranya bertempat di ballroom  lantai 3. Aku menaiki lift dan menuju ke ruangannya. Di ruangan itu ada tempat di depan untuk penampilan dan ada 3 layar di belakang tempat penampilan agar yang dibelakang juga dapat menonton. Acara itu dihadiri oleh ribuan mahasiswa. Penunjukan pidato dan video pun selesai. Kami kaget dengan penampilan rektor yang perlahan turun dari atap tempat penampilan dengan lantai yang turun secara pelahan bak lift terbuka yang menurunkan penumpang. Rektor tampil berwibawa dengan menggunakan jas abu abu dalaman kemeja putih dengan celana hitamnya.

Ia menyampaikan sepatah kata, namun di tengah tengah perkataan rektor, kami kaget bukan kepalang, bagaimana tidak, ada tembakan dengan suara yang minim karena senjata tersebut mengenakan peredam suara. Kami tak tahu darimana asal tembakan tersebut. Di depan mata kami, melihat rektor terbunuh! Belum sempat kita menyadarinya, listrik seluruh gedung dimatikan. Sontak semua berseru heboh dan dengan teriakan demi teriakan. Di saat orang lain berlarian menuju bawah ingin keluar dari gedung, aku lebih memilih untuk mencari pembunuhnya. Aku berlari menuju ruang cctv khusus lantai 3 untuk mengecek cctvnya.

Walau mati lampu, ruang cctv tetap akan menyala dikarenakan ada pembatas nya dan ruangan ini adalah ruangan krusial yang tak boleh padam listriknya. Aku sempat dicegat oleh penjaga pintu luar dari ruangan cctv tersebut. Aku pun pura pura pulang dan mengambil sebuah kaleng dari tempat sampah lalu melemparnya ke samping dari penjaga tersebut. Disaat dia menyecek apa yang baru saja dilemparkan, aku langsung masuk ke ruangan tersebut. Aku terkaget begitu aku masuk pengawas cctv sudah tewas di tempat duduknya dengan luka sabetan di leher dan darah yang bercucuran di bajunya. Aku langsung mengecek rekaman cctv beberapa menit yang lalu. Ternyata rekamannya telah dihapus tanpa jejak sekalipun. Aku pun keluar dari ruangan.

“mengapa engkau bisa masuk ke dalam?” kata penjaganya.

Aku lantas berlari dan ternyata penjaganya lamban larinya dan aku dapat kabur darinya. Listrik telah dinyalakan kembali, seluruh gedung lengang. Tak ada yang tinggal disini selain aku dan beberapa pengawas cctv. Anehnya aku merasa bahwa cukup familiar dengan aroma dari penjaga ruangan tersebut. Aku kembali ke ballroom untuk mengecek kembali. Aku mendapati di kursi baris ke 5 dari depan beberapa bubuk mesiu yang kurasa merupakan sisa dari penembakan tadi. Aku pun menanyakan kepada petugas siapa yang duduk di sini.

“pak, siapa yang duduk di sini saat acara?” tanyaku kepada petugas yang menjaga ruang cctv tadi.

“Oh tadi di sana adalah  kizai-kun” katanya.

“terima kasih, pak” ujarku

Aku tak langsung percaya bahwa kizai adalah pembunuhnya, aku menanyainya lewat handphoneku.

“halo kizai”

“oh halo budi-kun”

“apa yang kamu dapati tadi di acara?”

“aku sedang dibelakang panggung penampilan ketika acara sambil menyiapkan penampilan teman teman yang lain”

Aku lantas mematikan handphoneku. Jika kalkulasiku benar, pelakunya ada 2 orang dan salah satu pelakunya ada di baris ke 5. Aku juga merasakan bahwa peluru yang mengenai rektor merupakan peluru pistol  dan peluru tersebut menembus badannya, berarti peluru tersebut mengenainya dengan kecepatan tinggi. Hal ini mendukung bahwa pelaku bukan dari barisan belakang.

Aku merasakan sebuah kejanggalan, kizai kun memang panitia dari acara ini, jadi tak mungkin dia pelakunya dan panitia memang dikmpulkan dibelakang panggung. Aku sampai kepada sebuah kesimpulan, penjaga ruangan tersebut adalah pembunuhnya! Tak salah lagi, dia cukup blunder dengan menyalahkan kizai-kun yang merupakan panitia. Namun aku tak mengetahui siapa penjaga ruangan cctv tersebut.

Instingku mengatakan bahwa pembunuhnya akan pergi keluar dari jepang, aku lantas memanggil pihak kepolisian untuk mencari pembunuh tersebut. Aku bersama belasan polisi pergi ke bandara untuk menciduk pelakunya. Tak lama kami mendapatinya sedang diperjalanan menuju gate 6 penerbangan ke Prancis!

“aku telah mengetahuinya,kaito dan hana-san”kataku berseru

“ada apa? Aku tak melakukan apapun, mengapa ada banyak polisi di sini!” balasnya

“kamu tak perlu mengelak, kamu adalah orang yang menyamar sebagai penjaga ruangan cctv dan kamu adalah pemilik kursi baris ke 5 yang dimana kutemukan bubuk mesiu di bawahnya, sementara kamu melakukan hal tersebut, hana-san menuju ruangan kelistrikan mematikan listrik seluruh gedung, lantas kamu berlari menuju ruangan cctv dan membunuh pengawas dan menghapus rekaman cctvnya, lalu kamu mengambil baju dari penjaga depan ruangan, namun satu hal yang tak kau sadari, kamu masih memiliki bau khas dari parfummu yang tak dapat kamu hilangkan, sehingga kamu lah pelakunya” ujarku menjelaskan

“hahaha, penyelidikan yang benar benar hebat, kufikir aku tak akan ketahuan namun ternyata kamu benar benar serius bahkan mengalahkan penyelidikan dari kepolisian” ucapnya

“aku hampir menuduh abdul ternyata dia sedang di bandara untuk kembali ke mesir menjenguk mamanya yang sedang kritis, dan hana san juga tak bertugas hari ini, aku juga baru mengetahui bahwa hana san bukan merupakan orang jepang dan ternyata adalah orang prancis yang menikah dengan orang jepang sehingga kaito lebih mirip orang jepang. Namun, aku tak mengetahui, apa motif mu mengapa kamu membunuh pak rektor?” ucapku menanyakan balik

“yah sudahlah aku telah ketahuan, aku emlakukan hal tersebut dikarenakan ayahku merupakan dosen yang mengajar di hari itu dipecat, sehingga kita tak belajar di hari itu, aku pun belum makan beberapa hari dikarenakan ibuku belum mendapatkan gaji dari bosnya. Pak rektor telah memecat ayahku dikarenakan pak rektor menemukan dosen yang lebih baik dari ayahku, ayahku pun bunuh diri karena kehilangan pekerjaannya. Aku pun mengusulkan untuk membunuh rektor, ibuku yang sudah lelah pun menyetujuinya dan kami pun ingin kembali ke rumah nenekku di prancis untuk menghilangkan jejak namun ternyata kamu mengetahuinya” katanya dengan panjang lebar menjelaskan”

Beberapa polisi pun maju untuk memborgol Hana-san dan Kaito-kun untuk dipenjarakan, sebagai tindakan pembunuhan berencana dan pidana penjara selama 7 tahun untuk Kaito-kun dan 10 tahun untuk Hana-san. Namun, tak sampai di situ

“aku telah tak memiliki harapan hidup, cobalah buka koperku” ujar Kaito-kun

Seorang polisi membukanya ternyata mendapati isinya adalah sebuah bom pewaktu yang tersisa 7 detik lagi! Beberapa polisi langsung kabur dan Kaito pun ingin bunuh diri, namun aku langsung menyeretnya pergi menjauh dari kopernya  dan ada beberapa polisi yang menyeret Hana-san pergi. Untungnya kami mampu menyeretnya 15 meter sehingga bomnya hanya mengenai radius 10 meter dari tempat koper tersebut meledak. Terjadi kerusakan di gate 6 akibat ledakan tersebut. Tak ada korban jiwa dan kaito bersama ibunya pun dibawa ke kantor polisi dan mereka pun dihukum sesuai perbuatan mereka

Hari hari pun barjalan normal, walau ada beberapa orang yang tak terima pak rektor dibunuh terutama dari keluarga korban yang ditinggalkan. Rektor kami pun berganti dan kami melanjutkan kuliah seperti biasanya. Dan aku pun mendapat apresiasi dari pihak kepolisian dan pihak universitas sehingga aku mendapatkan beasiswa s2 di universitas ini dan piagam penghargaan dari kepolisian jepang dan uang hadiah senilai 50000 yen atau sekitar 5 juta rupiah. Tak sia sia aku menonton film dan anime yang membuatku terinspirasi, terutama dari anime detective conan karya Gosho Aoyama

Tak terasa, bulan demi bulan terlalui, hari kelulusan pun tiba. Aku, Budi Mitra Sujasa secara resmi menjadi Budi Mitra Sujasa S.Mat jurusan matematika terapan. Ada banyak sorakan, banyak pujian telah menyelesaikan prodi s1 ku ini. Aku mendapatkan IPK 4 atau maksima cumlaude, hanya 3 orang diangkatanku yag mendapatkan gelaran ini. Aku pun mengambil kembali prodi s2 di osaka university agar nanti dapat kembali ke indonesia untuk menjadi dosen. Abdul pulang ke jepang 2 pekan setelah kejadian tersebut dan dia juga lulus bersama namun ia memilih  pulang ke mesir melanjutkan kuliahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar