Ufairah Farah
Malila
Fasilitas Bukan
Segalanya
"Kelas Asy -
Syahiiiiiiiid!"
Sudah saatnya Lilah berdiri untuk pengabsenan shalat asar. Saat itu, siswi kelas Asy - Syahid semuanya lengkap hadir di masjid. Setelah pengabsenan, Lilah dan teman - temannya turun dari masjid untuk kembali ke asrama. Sampai di asrama, Lilah merasa sangat bosan karena saat itu adalah hari Sabtu yang dimana para siswa siswi bebas untuk beraktivitas di asrama. Karena bosan, Lilah memutuskan untuk berkeliling di asrama. Saat tengah berkeliling, ia menemukan suatu pintu yang tidak pernah dibuka oleh seorangpun. Ia membuka pintu tersebut. Saat memasukinya, Lilah merasa seperti ia dibawa ke dunia lain.
Sampailah ia di
tempat itu, aspuri yang saat itu masih dalam proses pembangunan. Namun, pada
saat itu Lilah berada di aspuri yang baru dalam keadaan sudah jadi. Lilah
memasuki bangunan tersebut. Aspuri yang baru memiliki tempat yang lebih luas
dibanding asrama yang ditempatinya pada saat itu. Saat baru memasukinya, Lilah
tampak bingung karena terdapat dua tangga disitu. Ada yang di area kanan dan
ada juga yang di area kiri. Untung saja tempat itu tidak kosong. Ada beberapa
orang yang tinggal disana. Lilah berpikir mungkin orang - orang tersebut adalah
siswa - siswi Athirah Bone beberapa tahun kedepan.
"Eee,... tabe' maaf mengganggu."
Lilah baru saja
menegur salah seorang yang ada di sana. Namun, orang tersebut hanya
mengabaikan.
"TABE',
BISAKA BERTANYA?"
Lilah
meneriaki orang tersebut. Sama saja, orang itu hanya mengabaikan. Lilah mulai
curiga bahwa orang - orang disana tidak dapat melihatnya. Lilah memutuskan untuk
berkeliling sendiri karena semua orang mengabaikannya. Ia memilih untuk menaiki
tangga yang sebelah kanan. Tiba di lantai atas, ia melihat ada tiga kamar
disana. Semua kamar disana memiliki namanya masing - masing yang merupakan nama
dari istri Rasulullah SAW. Masing - masing area memiliki tiga kamar.
Untuk area yang sedang ia tengok disana ada
kamar Khadijah, Saudah, dan Aisyah. Masih di lantai atas, Lilah pergi ke area
di seberang area tadi. Di antara kedua area tersebut terdapat tiga ruang
belajar. Kini Lilah tiba di area seberang. Area tersebut terlihat sama saja
dengan area yang tadi ia tengok, yang membedakan hanya nama kamarnya saja. Nama
tiga kamar di sana adalah kamar Ummu Salamah, Zainab, dan Hafsah. Selanjutnya,
Lilah pergi ke area belakang. Di sana ternyata merupakan area ruang rias yang
di dalamnya terdapat wastafel, cermin, area keranjang pakaian, loker, dan WC. Di samping ruang rias, ada area
jemuran. Lilah turun ke lantai bawah lewat tangga yang menghubungkan antara
area jemuran dengan area mencuci. Lilah terkejut melihat area mencuci.
Orang
- orang disana sudah tidak mencuci secara manual
lagi. Mereka telah difasilitasi mesin cuci sebanyak tiga buah. Lilah pergi
dari area mencuci ke area yang ada di dekatnya. Di sana ada kamar Ummu Habibah,
Maemunah, dan Mariyah. Kemudian, Lilah pergi ke area di seberang yang merupakan
area terakhir yang belum pernah ia tengok sejauh ini. Sama seperti di lantai
atas, kedua area tersebut juga dipisahkan oleh ruang belajar. Namun di lantai
bawah hanya memiliki dua ruang belajar dikarenakan ruangan lainnya difungsikan
sebagai ruang UKS.
Di
area seberang, ada kamar Zainab, Juwairiyah, dan Shafiyyah. Setelah mengamati
seluruh area, Lilah sudah mulai paham dengan segala konsep bangunan dari aspuri
ini. Untuk area depan di lantai bawah, terdapat kamar pembina. Hal yang paling
Lilah sukai dari aspuri yang baru adalah seluruh ruangannya terdapat AC. Salah satu keluhan Lilah dan teman -
temannya yang tinggal di asrama pada saat itu salah satunya adalah mereka sering
kepanasan di asrama.Namun, ada kejanggalan yang ia rasakan selama disana. Orang
- orang yang tinggal di aspuri baru terlihat sibuk dengan urusan mereka masing
- masing. Berbanding terbalik dengan asramanya yang sekarang, orang - orang
disana terlihat sangat peduli satu sama lain sehingga kekeluargaan di asrama
yang sekarang membuatnya merasa nyaman. Kecurigaan Lilah juga ternyata benar.
Selama berada di sana, semua orang hanya mengabaikannya seolah ia memang tidak
berada di tempat itu. Semua orang - orang yang memang bukan penghuni asli
aspuri baru menjadi kasat mata di sana. Sudah hampir 30 menit ia di sana, Lilah
memutuskan untuk kembali.
Waktu sudah
menunjukkan pukul 16.30 saat ia tiba di sana. Tak lama setelah itu, Fira dan
Ara yang merupakan sahabat Lilah meneriakinya.
"LILAAAAH!
DARIMANA SAJA KO?"
"ASTAGA
HARUS KO DENGAR CERITAKU WE"
"Apaaa
apaaaa?"
"Eh, nantipi
deh pergi mi dulu mandi baru makan sore. Nanti kucerita pasta' pergi
makan."
Setelah itu,
mereka bertiga pergi bersiap - siap untuk mandi dan pergi makan sore. Pada
pukul 16.50, mereka bertiga sudah siap untuk pergi makan.
"Ayomi"
"Ayooooo!"
Di perjalanan
menuju ruang makan, Lilah bercerita tentang pengalamannya barusan.
"Tadi toh,
bosanka kurasa di asrama, jadi pergika keliling hehe."
"Astagaaa,
mentong kau itu."
"Eh, tapi
mutau itu pintu yang nda pernah ada orang buka i?"
"Iyaaa,
kenapa itu pintu."
"Kubuka
tadi, dan pasnya kubuka i terbawaka ke aspuri yang itu masih dibangun tapi
disitu jadimi bangunannya."
"IYAAA?!"
"Iya we
astagaa nda bohongka."
"Bagaimana
tempatnya? Bagus?"
"Bagus
sekaliiii, ayo kesitu besok bertigaki."
"Iya
ayooo!"
Keesokan harinya,
mereka pergi memasuki pintu itu dan dibawa ke aspuri yang baru.
"Deh,
bagusnyami sekarang."
"Iya tawwa,
adami juga ACnya jadi nda kepanasanmi
kayak di asramata' sekarang."
"Ayomi
masuk."
Saat tengah
memasukinya, Fira sadar bahwa ada seseorang yang mengawasi mereka. Saat melihat
sekitar, ia tidak menemukan seorangpun, hanya ada sebuah rumah yang ia lihat di
samping aspuri itu.
"Orang -
orang di sini nda bakal marahji toh kalau datangki, Lilah?"
"Tenang
saja, kasat mataji kita' bertiga di sini."
"Oh,
ok."
Mereka bertiga
mengelilingi tempat itu, dipimpin oleh Lilah tentunya. Fira dan Ara juga sangat
menyukai suasana di sana. Namun, mereka berdua juga merasakan kejanggalan di
sana. Semua dari mereka tampak tidak saling peduli satu sama lain.
"Lilah,
kenapa orang - orang di sini kayak sibuk sendirinyaji. Nda napedulikan orang -
orang di sekitarnya."
"Iya itu
juga yang bikinka bertanya - tanya dari kemarin."
"Deh,
bagaimana kalau sebenarnya nda kasat mataki di sini. Cuman karena keegoisannya
saja orang - orang di sini yang membuat kita merasa seolah nda adaki sebenarnya
di sini."
"Sebenarnya,
sempatja juga berpikir begitu. Karena sempatka tadi nda sengaja bertabrakan
sama seseorang, dan cuekji saja. Justru nasinisika astaga."
Mereka tak sadar
bahwa sudah lebih dari 30 menit mereka di sana.
"Astagaa,
jam berapami?!"
"30 menit
lebihmi di siniki astaga."
"Ayomi pale
pulang."
"Iyaa."
Saat bersegera
untuk pulang, pintu yang mereka gunakan untuk ke tempat itu sudah terkunci.
Mereka bertiga kebingungan mengapa pintu tersebut bisa terkunci.
"Bagaimanami
ini astagaa?"
"Nda taumi juga."
"Oiya, ada
kulihat rumah di sampingnya ini aspuri, ayo ke situki, siapa tahu ada orang
bisa bantuki."
Mereka bertiga
pergi ke rumah yang dimaksud oleh Fira. Mereka mengetuk pintunya dan tak lupa
mengucapkan salam. Seseorang membuka pintu tersebut. Orang tersebut merupakan
Ustadz Khaeruddin yang merupakan kepala asrama. Mereka saling mengenal, karena
Ustadz Khaer sudah menjadi kepala asrama sejak mereka berasrama di Athirah
Bone.
"Assalamualaikum
Ustadz, maaf mengganggu."
"Waalaikumsalam
nak, sebelumnya saya mau bertanya kenapaki bisa pakai pintu itu, nak?"
"Maaf
Ustadz, saya pertama yang bukaki karena penasaranka Ustadz. Besoknya, kuajakmi
Fira sama Ara buat pergi ke sini Ustadz."
"Ooo begitu
nak, kita' tahuji aturannya kalau masuk di sini?"
"Maaf, nda
begitu tahu Ustadz."
"Jadi, salah
satu aturannya kalau masuk di sini itu nda boleh lebih dari 30 menit tinggal di
sini."
"Iye Ustadz,
maaf kami kurang tahu."
"Iye nak,
tapi sebelum ku kasihkanki kuncinya, mauka minta tolong nak."
"Iye, minta
tolong apa Ustadz?"
"Kita'
tahumi sikapnya orang - orang di sini yang egois toh, nak?"
"Iye
Ustadz."
"Nah, mauka
minta tolong sama kita' bertiga untuk kembalikan rasa kekeluargaan seperti di
asramata' yang dulu, bisaki?"
"Iye Ustadz insyaAllah."
"Kalau
berhasilmi nak, bisaki ambil ini kunci dari saya."
Mereka bertiga
sudah pergi dari rumah Ustadz Khaer dan membahas rencana mereka untuk mengatasi
sifat orang - orang di aspuri.
"Aduuh,
bagaimana caranya ini? Nda ada rencanaku saya."
"Ada
ideku."
"Apaaa?"
"Bagaimana
kalau dimatikan wifi semua waktunya
belajar malam? Supaya pergiki belajar bersama."
"Iya,
kayaknya bisa membantu deh."
"Ok, jadi
pakai cara itu saja?"
"Iyaaa."
Malam hari sudah
tiba, mereka bertiga mulai menjalankan rencananya. Saat semua siswi pergi
shalat isya, mereka mematikan semua wifi yang
ada di aspuri. Saat pulang dari shalat, para siswi pergi untuk belajar malam.
Namun, mereka semua mengeluh karena tidak ada jaringan yang tersedia. Banyak
dari mereka memutuskan untuk belajar bersama setelahnya. Rencana mere mulai
berhasil. Mereka tetap membiarkan wifi untuk
tetap mati. Sudah cukup satu pekan mereka melakukannya, mereka memutuskan untuk
menyalakan wifi kembali. Ternyata,
banyak dari mereka lebih suka dan lebih paham ketika belajar bersama. Karena
sudah sering melakukan aktivitas bersama, orang - orang di aspuri sudah mulai
meninggalkan sikap egois mereka dan sudah mulai terbentuknya kekeluargaan yang
erat di aspuri. Semakin hari, kekeluargaan mereka semakin erat. Misi Lilah,
Fira, dan Ara berhasil.
Setelahnya,
mereka mengunjungi lagi rumah Ustadz Khaer dan berbincang.
"Makasih
nak, berkat kalian adami kulihat perkembangannya sikap orang - orang di
aspuri."
"Iye Ustadz,
sama - sama."
"Nah, karena
berhasilki semua laksanakan misiku, jadi kukasihkanki kunci pintunya. Tolong
dijaga dan rahasiakan ini dari siapapun nak, kecuali diriku sendiri di sana
hahaha."
"Hahaha, iye
Ustadz. Mohon pamitki Ustadz."
"Iye nak."
"Assalamualaikum
Ustadz"
"Waalaikumsalam
nak."
Mereka bertiga
membuka kunci dari pintu tersebut dan kembali ke dunianya.
"Deh,
ternyata seburuk - buruknya fasilitasta' di sini, tetap nda ada kalah nyaman
ini asrama karena kekeluargaannya."
"Iya,
sebenarnya bukan fasilitas yang paling penting, orang - orang di sekitarta'ji
yang bisa buatki nyaman untuk tinggal di suatu tempat."
Setelah kejadian
itu, mereka mengunci kembali pintu tersebut dan juga merahasiakan apapun yang
mereka alami pada hari itu. Walaupun mereka berhari - hari di sana, Ust Khaer
telah mengatur agar mereka hanya seperti menghilang selama 1 detik dari
dunianya. Keesokan harinya, pintu tersebut telah hilang entah kemana. Ternyata,
Ust Khaer sengaja membuat pintu yang dapat mengakses ke aspuri yang baru. Ia
menunggu seseorang yang dapat mengembalikan kekeluargaan di aspuri yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar