Kamis, 04 Mei 2023

Fasilitas Bukan Segalanya_Ufairah

 Boarding Story #34

Ufairah Farah Malila

 

Fasilitas Bukan Segalanya

 

"Kelas Asy - Syahiiiiiiiid!"

Sudah saatnya Lilah berdiri untuk pengabsenan shalat asar. Saat itu, siswi kelas Asy - Syahid semuanya lengkap hadir di masjid. Setelah pengabsenan, Lilah dan teman - temannya turun dari masjid untuk kembali ke asrama. Sampai di asrama, Lilah merasa sangat bosan karena saat itu adalah hari Sabtu yang dimana para siswa siswi bebas untuk beraktivitas di asrama. Karena bosan, Lilah memutuskan untuk berkeliling di asrama. Saat tengah berkeliling, ia menemukan suatu pintu yang tidak pernah dibuka oleh seorangpun. Ia membuka pintu tersebut. Saat memasukinya, Lilah merasa seperti ia dibawa ke dunia lain.

 

Sampailah ia di tempat itu, aspuri yang saat itu masih dalam proses pembangunan. Namun, pada saat itu Lilah berada di aspuri yang baru dalam keadaan sudah jadi. Lilah memasuki bangunan tersebut. Aspuri yang baru memiliki tempat yang lebih luas dibanding asrama yang ditempatinya pada saat itu. Saat baru memasukinya, Lilah tampak bingung karena terdapat dua tangga disitu. Ada yang di area kanan dan ada juga yang di area kiri. Untung saja tempat itu tidak kosong. Ada beberapa orang yang tinggal disana. Lilah berpikir mungkin orang - orang tersebut adalah siswa - siswi Athirah Bone beberapa tahun kedepan.

 

"Eee,... tabe' maaf mengganggu."

 

Lilah baru saja menegur salah seorang yang ada di sana. Namun, orang tersebut hanya mengabaikan.

 

"TABE', BISAKA BERTANYA?"

 

Lilah meneriaki orang tersebut. Sama saja, orang itu hanya mengabaikan. Lilah mulai curiga bahwa orang - orang disana tidak dapat melihatnya. Lilah memutuskan untuk berkeliling sendiri karena semua orang mengabaikannya. Ia memilih untuk menaiki tangga yang sebelah kanan. Tiba di lantai atas, ia melihat ada tiga kamar disana. Semua kamar disana memiliki namanya masing - masing yang merupakan nama dari istri Rasulullah SAW. Masing - masing area memiliki tiga kamar.

 Untuk area yang sedang ia tengok disana ada kamar Khadijah, Saudah, dan Aisyah. Masih di lantai atas, Lilah pergi ke area di seberang area tadi. Di antara kedua area tersebut terdapat tiga ruang belajar. Kini Lilah tiba di area seberang. Area tersebut terlihat sama saja dengan area yang tadi ia tengok, yang membedakan hanya nama kamarnya saja. Nama tiga kamar di sana adalah kamar Ummu Salamah, Zainab, dan Hafsah. Selanjutnya, Lilah pergi ke area belakang. Di sana ternyata merupakan area ruang rias yang di dalamnya terdapat wastafel, cermin, area keranjang pakaian, loker, dan WC. Di samping ruang rias, ada area jemuran. Lilah turun ke lantai bawah lewat tangga yang menghubungkan antara area jemuran dengan area mencuci. Lilah terkejut melihat area mencuci.

Orang - orang disana sudah tidak mencuci secara manual lagi. Mereka telah difasilitasi mesin cuci sebanyak tiga buah. Lilah pergi dari area mencuci ke area yang ada di dekatnya. Di sana ada kamar Ummu Habibah, Maemunah, dan Mariyah. Kemudian, Lilah pergi ke area di seberang yang merupakan area terakhir yang belum pernah ia tengok sejauh ini. Sama seperti di lantai atas, kedua area tersebut juga dipisahkan oleh ruang belajar. Namun di lantai bawah hanya memiliki dua ruang belajar dikarenakan ruangan lainnya difungsikan sebagai ruang UKS.

Di area seberang, ada kamar Zainab, Juwairiyah, dan Shafiyyah. Setelah mengamati seluruh area, Lilah sudah mulai paham dengan segala konsep bangunan dari aspuri ini. Untuk area depan di lantai bawah, terdapat kamar pembina. Hal yang paling Lilah sukai dari aspuri yang baru adalah seluruh ruangannya terdapat AC. Salah satu keluhan Lilah dan teman - temannya yang tinggal di asrama pada saat itu salah satunya adalah mereka sering kepanasan di asrama.Namun, ada kejanggalan yang ia rasakan selama disana. Orang - orang yang tinggal di aspuri baru terlihat sibuk dengan urusan mereka masing - masing. Berbanding terbalik dengan asramanya yang sekarang, orang - orang disana terlihat sangat peduli satu sama lain sehingga kekeluargaan di asrama yang sekarang membuatnya merasa nyaman. Kecurigaan Lilah juga ternyata benar. Selama berada di sana, semua orang hanya mengabaikannya seolah ia memang tidak berada di tempat itu. Semua orang - orang yang memang bukan penghuni asli aspuri baru menjadi kasat mata di sana. Sudah hampir 30 menit ia di sana, Lilah memutuskan untuk kembali.

 

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 saat ia tiba di sana. Tak lama setelah itu, Fira dan Ara yang merupakan sahabat Lilah meneriakinya.

 

 

"LILAAAAH! DARIMANA SAJA KO?"

 

"ASTAGA HARUS KO DENGAR CERITAKU WE"

 

"Apaaa apaaaa?"

 

"Eh, nantipi deh pergi mi dulu mandi baru makan sore. Nanti kucerita pasta' pergi makan."

 

 

Setelah itu, mereka bertiga pergi bersiap - siap untuk mandi dan pergi makan sore. Pada pukul 16.50, mereka bertiga sudah siap untuk pergi makan.

 

 

"Ayomi"

 

"Ayooooo!"

 

 

Di perjalanan menuju ruang makan, Lilah bercerita tentang pengalamannya barusan.

 

 

"Tadi toh, bosanka kurasa di asrama, jadi pergika keliling hehe."

 

"Astagaaa, mentong kau itu."

 

"Eh, tapi mutau itu pintu yang nda pernah ada orang buka i?"

 

"Iyaaa, kenapa itu pintu."

 

"Kubuka tadi, dan pasnya kubuka i terbawaka ke aspuri yang itu masih dibangun tapi disitu jadimi bangunannya."

 

"IYAAA?!"

 

"Iya we astagaa nda bohongka."

 

"Bagaimana tempatnya? Bagus?"

 

"Bagus sekaliiii, ayo kesitu besok bertigaki."

 

"Iya ayooo!"

 

 

Keesokan harinya, mereka pergi memasuki pintu itu dan dibawa ke aspuri yang baru.

 

 

"Deh, bagusnyami sekarang."

 

"Iya tawwa, adami juga ACnya jadi nda kepanasanmi kayak di asramata' sekarang."

 

"Ayomi masuk."

 

 

Saat tengah memasukinya, Fira sadar bahwa ada seseorang yang mengawasi mereka. Saat melihat sekitar, ia tidak menemukan seorangpun, hanya ada sebuah rumah yang ia lihat di samping aspuri itu.

 

 

"Orang - orang di sini nda bakal marahji toh kalau datangki, Lilah?"

 

"Tenang saja, kasat mataji kita' bertiga di sini."

 

"Oh, ok."

 

 

Mereka bertiga mengelilingi tempat itu, dipimpin oleh Lilah tentunya. Fira dan Ara juga sangat menyukai suasana di sana. Namun, mereka berdua juga merasakan kejanggalan di sana. Semua dari mereka tampak tidak saling peduli satu sama lain.

 

 

"Lilah, kenapa orang - orang di sini kayak sibuk sendirinyaji. Nda napedulikan orang - orang di sekitarnya."

 

"Iya itu juga yang bikinka bertanya - tanya dari kemarin."

 

"Deh, bagaimana kalau sebenarnya nda kasat mataki di sini. Cuman karena keegoisannya saja orang - orang di sini yang membuat kita merasa seolah nda adaki sebenarnya di sini."

"Sebenarnya, sempatja juga berpikir begitu. Karena sempatka tadi nda sengaja bertabrakan sama seseorang, dan cuekji saja. Justru nasinisika astaga."

 

 

Mereka tak sadar bahwa sudah lebih dari 30 menit mereka di sana.

 

 

"Astagaa, jam berapami?!"

 

"30 menit lebihmi di siniki astaga."

 

"Ayomi pale pulang."

 

"Iyaa."

 

 

Saat bersegera untuk pulang, pintu yang mereka gunakan untuk ke tempat itu sudah terkunci. Mereka bertiga kebingungan mengapa pintu tersebut bisa terkunci.

 

 

"Bagaimanami ini astagaa?"

 

"Nda taumi juga."

 

"Oiya, ada kulihat rumah di sampingnya ini aspuri, ayo ke situki, siapa tahu ada orang bisa bantuki."

 

 

Mereka bertiga pergi ke rumah yang dimaksud oleh Fira. Mereka mengetuk pintunya dan tak lupa mengucapkan salam. Seseorang membuka pintu tersebut. Orang tersebut merupakan Ustadz Khaeruddin yang merupakan kepala asrama. Mereka saling mengenal, karena Ustadz Khaer sudah menjadi kepala asrama sejak mereka berasrama di Athirah Bone.

 

 

"Assalamualaikum Ustadz, maaf mengganggu."

 

"Waalaikumsalam nak, sebelumnya saya mau bertanya kenapaki bisa pakai pintu itu, nak?"

 

"Maaf Ustadz, saya pertama yang bukaki karena penasaranka Ustadz. Besoknya, kuajakmi Fira sama Ara buat pergi ke sini Ustadz."

 

"Ooo begitu nak, kita' tahuji aturannya kalau masuk di sini?"

 

"Maaf, nda begitu tahu Ustadz."

 

"Jadi, salah satu aturannya kalau masuk di sini itu nda boleh lebih dari 30 menit tinggal di sini."

 

"Iye Ustadz, maaf kami kurang tahu."

 

"Iye nak, tapi sebelum ku kasihkanki kuncinya, mauka minta tolong nak."

 

"Iye, minta tolong apa Ustadz?"

 

"Kita' tahumi sikapnya orang - orang di sini yang egois toh, nak?"

 

"Iye Ustadz."

 

"Nah, mauka minta tolong sama kita' bertiga untuk kembalikan rasa kekeluargaan seperti di asramata' yang dulu, bisaki?"

 

"Iye Ustadz insyaAllah."

 

"Kalau berhasilmi nak, bisaki ambil ini kunci dari saya."

 

Mereka bertiga sudah pergi dari rumah Ustadz Khaer dan membahas rencana mereka untuk mengatasi sifat orang - orang di aspuri.

 

"Aduuh, bagaimana caranya ini? Nda ada rencanaku saya."

 

"Ada ideku."

 

"Apaaa?"

 

"Bagaimana kalau dimatikan wifi semua waktunya belajar malam? Supaya pergiki belajar bersama."

 

"Iya, kayaknya bisa membantu deh."

 

"Ok, jadi pakai cara itu saja?"

 

"Iyaaa."

 

Malam hari sudah tiba, mereka bertiga mulai menjalankan rencananya. Saat semua siswi pergi shalat isya, mereka mematikan semua wifi yang ada di aspuri. Saat pulang dari shalat, para siswi pergi untuk belajar malam. Namun, mereka semua mengeluh karena tidak ada jaringan yang tersedia. Banyak dari mereka memutuskan untuk belajar bersama setelahnya. Rencana mere mulai berhasil. Mereka tetap membiarkan wifi untuk tetap mati. Sudah cukup satu pekan mereka melakukannya, mereka memutuskan untuk menyalakan wifi kembali. Ternyata, banyak dari mereka lebih suka dan lebih paham ketika belajar bersama. Karena sudah sering melakukan aktivitas bersama, orang - orang di aspuri sudah mulai meninggalkan sikap egois mereka dan sudah mulai terbentuknya kekeluargaan yang erat di aspuri. Semakin hari, kekeluargaan mereka semakin erat. Misi Lilah, Fira, dan Ara berhasil.

Setelahnya, mereka mengunjungi lagi rumah Ustadz Khaer dan berbincang.

 

"Makasih nak, berkat kalian adami kulihat perkembangannya sikap orang - orang di aspuri."

 

"Iye Ustadz, sama - sama."

 

"Nah, karena berhasilki semua laksanakan misiku, jadi kukasihkanki kunci pintunya. Tolong dijaga dan rahasiakan ini dari siapapun nak, kecuali diriku sendiri di sana hahaha."

 

"Hahaha, iye Ustadz. Mohon pamitki Ustadz."

 

"Iye nak."

 

"Assalamualaikum Ustadz"

 

"Waalaikumsalam nak."

 

 

Mereka bertiga membuka kunci dari pintu tersebut dan kembali ke dunianya.

 

 

"Deh, ternyata seburuk - buruknya fasilitasta' di sini, tetap nda ada kalah nyaman ini asrama karena kekeluargaannya."

 

"Iya, sebenarnya bukan fasilitas yang paling penting, orang - orang di sekitarta'ji yang bisa buatki nyaman untuk tinggal di suatu tempat."

 

Setelah kejadian itu, mereka mengunci kembali pintu tersebut dan juga merahasiakan apapun yang mereka alami pada hari itu. Walaupun mereka berhari - hari di sana, Ust Khaer telah mengatur agar mereka hanya seperti menghilang selama 1 detik dari dunianya. Keesokan harinya, pintu tersebut telah hilang entah kemana. Ternyata, Ust Khaer sengaja membuat pintu yang dapat mengakses ke aspuri yang baru. Ia menunggu seseorang yang dapat mengembalikan kekeluargaan di aspuri yang baru.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar