Kamis, 04 Mei 2023

First Year Boarding_Aqila

 Boarding Story  #39

Aqila Qurrota Aini

 First Year Boarding

 

Nadine kini tinggal bersama seorang kakak laki laki dan seorang kakak perempuan setelah kedua orang tuanya meninggal. Abangnya bernama Nadir sedangkan kakaknya bernama Nadira. Mereka kembar. Sekarang keduanya sudah selesai menempuh pendidikan dan sudah bekerja.
Nadir bekerja sebagai pilot sehingga ia jarang pulang ke rumah.

Nadine kagum padanya karena Nadir bisa keliling dunia dengan gratis, malah, ia yang dibayar. Sedangkan Nadira yang menggeluti hobi memasak kini telah berhasil membuat cake shop. Tokonya pun sudah bercabang di beberapa daerah. “Nana cake shop“ namanya. Nama tersebut diambil dari 2 huruf awal 3 bersaudara yang sama semua.

Nadine memiliki sahabat sejak kecil, namanya Haidar. Sejak PAUD, TK, SD, SMP, SMA, bahkan kini sudah duduk di bangku kuliah mereka tetap bersama. satu sekolah, rumah pun tetanggaan. Di dalam dunia kuliah pun mereka satu fakultas, satu jurusan. Maka mereka terus bersama. Bagaimana tidak bosan kalau ketemu setiap hari?

Bahkan tak jarang, teman teman kuliah lain mengira mereka pacaran. Mereka selalu melontarkan ucapan, “Kalian pacaran ya?” “Masa’ si ga pacaran? Deket banget gitu kok.” “Ga mungkin ga ada rasa si kan ya?” “Ga percaya aing, wong kalian nempel terus loh itu.” dan masih banyak lagi yang lainnya.

Mereka sampai pusing harus menanggapi bagaimana. Padahal mereka sudah jujur bahwa mereka tidak ada hubungan apa apa. Hanya sebatas sahabat dari kecil. Namun tetap saja orang orang tidak percaya dan malah mengklaim Nadine dan Haidar itu memiliki hubungan namun “backstreet” agar tidak ada yang mengetahuinya.

Hari ini, Nadine mendapat tugas dari salah satu dosen mata kuliahnya. Kelasnya ditugaskan untuk membuat laporan tentang fenomena sekolah berasrama.  Mereka disuruh mencatat, mewawancarai dan membuat laporan. Laporan tersebut yang akan mereka presentasikan. Lagi dan lagi, mereka di pertemukan semesta. Nadine dan Haidar berada dalam satu kelompok.

“Aih kau lagi, kau lagi.” keluh Nadine.

“Haha, saya juga malas sama kau kali.” ujar Haidar sambil memutar bola matanya lalu mereka tertawa bersama.

Jam kuliah mereka telah selesai. Kini mereka berada di kantin untuk mengisi perut berhubung sudah jam makan siang.

“Mau apa? Nanti saya yang pesankan. Kau cari tempat duduk lah sana.”

“Mie ayam mo saya deh. Es teh juga nah.” Haidar mengangguk lantas mereka berpisah.

Cukup lama Nadine menunggu barulah Haidar datang,

“Antriannya panjang banget.”

“Iya rame, kan jam makan siang.”

Mereka berdua pun menyantap makan siangnya. Nadine mulai membuka topik tentang project matkul mereka.

“Kau tau tidak dimana kita harus pergi?”

Haidar tidak langsung menjawab, ia mencoba mengunyah isi mulutnya dulu kemudian menelannya. “Entah? Tapi pernah ka dengar ada sekolah keren di Bone. Ada samanya di sini.”

“Hah? Yang mana?”

“Yang di bawah naungan Pak Jusuf Kalla kalo tidak salah. Coba kau cari.”

Nadine segera mengeluarkan ponselnya lalu mencari.

“Athirah, Dar, bentar saya search Athirah yang di Bone.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


“Bagus ini we. Ke sini mi saja deh.” Haidar mengangguk.

“Punya ka teman di Bone deh kayanya. Nanti ku hubungi buat tempat nginap.”

***

 

Hari Kamis malam Nadine dan Haidar berada di rumah masing masing mulai menyiapkan segala kebutuhan untuk ke Bone esok hari. Jum’at pukul 05.30 selepas sholat subuh, Nadine berpamitan kepada kakaknya lalu ke rumah Haidar membawa barangnya.

Ketika ia keluar rumah, sudah terlihat Haidar dan beberapa teman yang lain sudah bersiap. Rombongan berkumpul di rumah Haidar karena akan berangkat ke Bone dengan menggunakan mobilnya. Nadine pun ikut masuk ke rumah untuk pamit kepada orang tua Haidar terlebih dahulu.

Kini pukul 06.00. Setelah memastikan barang dan kebutuhan lain telah aman masuk ke dalam mobil, mereka pun mulai tancap gas menuju ke Bone.

Memerlukan perjalanan sekitar lima jam untuk sampai di sana. Kini sudah jam 09.15. Mereka cukup lambat karena sempat berhenti di beberapa tempat, serta sedikit mendapat macet.

Kini mereka telah sampai di tempat yang ditunjukkan temannya. Sebuah rumah kecil dengan bunga bunga di halaman.

***

 

Siang hari pun datang. Setelah mencari tahu letak Sekolah Islam Athirah Bone, Nadine dan Haidar mulai menuju ke sana. Perjalanan cukup lama, ternyata tempat mereka menginap cukup jauh dari sekolah tersebut. Tapi tak apa. “Sekalian jalan jalan ngeliat liat sini” kata Nadine.
Telah sampai lah mereka di sini. Gapura Sekolah Islam Athirah Bone tercetak jelas di bagian depan halaman sekolah yang sangat luas.  Satpam yang berada di pos begitu ramah menyapa.
Mobil masuk ke dalam hingga berhenti di area parkir. Jika Haidar tidak salah menyangka. Mereka terus berjalan hingga sampai di depan masjid.  Mereka juga disambut seorang siswa seumuran dengan adiknya yang SMP.

“Assalamualaikum kak.”

“Waalaikumsalam. Eh dek bisa minta tolong ngga? Ini asramanya dimana ya?”

“Oh itu di sana,” remaja itu menunjuk ke sebelah kiri,

“itu asrama putri kak. setelah terus, tinggal naik saja di tanjakan yang itu.” Nadine mengangguk paham.

“Kalau asrama putra di situ,” tangannya beralih menghadap lurus,

“lurus aja disini pokoknya terus sampai dapat bangunan di ujung sana.” Haidar pun mengangguk paham.

“Kalau gedung sekolah dimana?”

Pandangannya beralih ke kanan. Kemudian laki laki itu menunjuk lurus,

“itu gedung SMP, di depannya gedung SMA.” Haidar mengangguk kemudian berterima kasih.

“Kita ke sekolah saja deh kayanya. Setauku ada pembina yang sekarang jadi guru. Info dari temenku itu. Anak anak juga belum pulang tuh. Sekolah sampe sore kan? Kau catat ni. Nanti kita mencari terus kau tanya hal hal mendasar kayak tahun dibangun, asal usul dibangun, apa cerita menarik, dll. Kita angkat yang tentang angkatan pertama saja. Waktu baru masuk. Terus Wahyu tanya soal keadaan waktu itu. Kan belum lama dibangun tuh. Sama Ratna nanti cari  juga cerita yang menarik. Jadi kita pegang masing masing 1 cerita menarik dari mereka.” Haidar kembali memberi instruksi.


Kini mereka telah berada di gedung sekolah. Mereka memilih datang ke gedung SMP. Mereka membagi 2 mulai mewawancarai guru satu persatu.

Haidar dan timnya memilih ruang kepala sekolah. Ia kini duduk di hadapan kepala sekolah ber name tag Nuraeni.

“Mohon maaf mengganggu waktunya. Jadi saya dari UNHAS bu. Dapat tugas buat laporan tentang sekolah ini. Rencana tema yang mau saya angkat itu tentang asrama nya Athirah Bone waktu angkatan pertama. Info yang saya dapat, ibu dulunya salah satu pembina asrama pada waktu itu. Bisa saya bincang bincang dengan ibu?”

“Oh, Silakan, Dek,‘’ Ibu Eni membalas dengan senyuman lalu mengangguk.
“Athirah Bone didirikan tahun berapa bu?”

“2011.”
“Saat itu, pembina asrama yang tinggal bahkan sampai sekarang atau mungkin sekarang jadi guru itu siapa siapa bu?”

“Waktu itu ehm, ada saya, Pak Syamsul, Pak Erwin, Maam Eva, Bu Evi, Ustadz Tasman, Ustadz Irwan, Bu Marni, Pak Dani, Maam Ayu, Ustadz Agus, Bu Cida, Pak Basri. Lumayan banyak dek, “

Ooh iya bu, Waktu awal, ini bangunan sudah jadi kah bu?”
“Belum sepenuhnya nak. Bahkan siswa pun sedikit sekali. Maklum masih awal-awal.”
Haidar mengangguk, “Menurut ta ada cerita menarik selama ki jadi pembina asrama bu?”

“Ehm… Ada seingat saya waktu itu. Ada siswa yang galau, tidak bisa bertahan di asrama, sampai setiap mau tidur dicampa-campa kayak anak kecil, masih galau juga, minta kembali ke rumah di cenrana, kami juga lakukan kunjungan rumah ke sana, begitu baik lagi perasaannya, kembali lagi kekolah. Tiba lagi galaunya, minta lagi kembali ke rumah, sampai sampai di antar ke rumah keluarga nya yg kebetulan tinggal di samping sekolah, yg hanya dibatasi pagar. Bapak almarhum kepala sekolah pak h. Zuhri wail bersama saya dan beberapa guru lainnya terpaksa harus merangkak hampir merayap di bawah tembok pagar sekolah untuk menyeberang ke rumah keluarga siswa tersebut.
Bgitu besar usaha kami, tapi tetap siswa tersebut tdk mampu bertahan.”
Diakhir cerita Ibu Eni terlihat tertawa mengingat moment tersebut. Haidar pun ikut tertawa.

Selesai, kini Haidar berpamitan keluar. Ia telah mencatat segala hal penting. Selepas mengucapkan terima kasih dan salam, Haidar pun keluar dari ruangan tersebut.
Di sisi lain, Nadine sedang berada di ruang kantor guru, sepertinya. Karena di ruangan tersebutlah ada banyak guru. Berdasarkan info yang dia dapat, ia akan mendatangi seorang bernama Maam Ayu.
Setelah ia menemukannya melalui name tag Rahayu, ia mulai mendatangi orang tersebut.
Sama halnya dengan Haidar, Nadine meminta izin terlebih dahulu. Dengan welcome, Maam Ayu mengizinkan.

“Ibu, saya dengar dengar, waktu awal itu belum ada siswa. Jadi siswa masuk itu kapan? Angkatan pertama dimulai tahun berapa?”
“Tahunnya itu sama nak. Bedanya bulan. Kami masuk itu bulan Maret sedangkan siswa masuk bulan Juli.”
“Bagaimana dulu keadaannya bu? Kan belum sepenuhnya jadi ini semua gedung. Jadi mereka tinggal dimana? Baru ada berapa gedung?”

“Untuk putri di gedung skolah. Waktu itu baru 1 gedung yg ada. Gedung SMP yg ini. Yang ditempati belajar. Sedangkan putranya di rumah ukir. Setelah gedung SMA selesai dibangun, disitu semua siswa siswi tinggal di gedung SMP. Putri di sayap kiri, yang sekarang jadi kelas 7 & 8. Sedangkan putranya di sayap kanan, yang sekarang jadi kelas 9 & lap komputer juga lap IPA. Mereka hanya di batasi ruang BK saja. Dulu ruang BK itu juga ditempati pembina, guru, dan lain lain. Ruang BK yang sekarang itu dulunya kamar guru putri dan pembina asrama putri. Kalau pembina asrama dan guru putra itu gabung sama putranya.” jelas Maam Ayu panjang lebar. Aku terus fokus mendengarkan dan sesekali mencatat.

“Menurut ibu, ada tidak cerita yang tidak bisa ibu lupakan dari angkatan 1?”

“Ada, solidaritas mereka sangat kental waktu itu. Yang tidak pernah dilupa itu saat terbuka wktu pemesanan untuk belanja keperluan siswa. Merek semua list kemudian setelah kami membeli barang saatnya mereka mengambil masing masing sesuai pesanan. Lucunya, setiap belanja pasti ada saja barang yang kelebihan. Lumayan banyak, untungnya ada yang mau menampung barang itu. Biasa juga guru yang ambil karena pembina sudah pusing mau di bagaimana kan. Hal yg unik jg, mereka itu kreatif. Walaupun terbatas secara fasilitas tapi mereka bisa menghibur diri sendiri dengan olahraga, membuat pentas seni, pentas drama. Kerennya lagi mereka membuat tidak bosan. Saking kerennya mereka. Mereka bisa bikin kita lupa dengan kesedihan dan kebosanan berada di asrama. Mereka juga punya kelebihan masing masing jadi mereka saling melengkapi. Tidak ada kata egois ataupun bersaing sama sekali. Keren mereka. Sekarang yang susah dicari itu solidaritas. Makanya biasa saya kangen anak anak angkatan 1 hahahha.”

Nadine ikut tertawa. Cerita itu sangat lucu baginya. Ia ikut kagum. Setelah itu ia pun mulai pamit dan tak lupa mengucapkan salam dan terima kasih. Lantas ia pun keluar juga dari ruangan itu.
Di luar, Nadine melihat Haidar yang telah menunggunya. Mereka pun mulai berjalan kembali ke area parkiran untuk pulang.
Bertepatan dengan waktu pulang siswa siswi, maka mereka bertemu dengan banyak orang. Nadine dan Haidar terus membalas salam, senyum dan sapaan dari mereka. Sangat lucu, mereka sangat ramah.

Kini mereka sudah berada di mobil.
“Nanti sampe rumah istirahat saja dulu deh, cape.” ujar Nadine dengan tampang lesu.
Haidar mengangguk, “nanti mampir mini market dulu, tidak? Beli cemilan.”
Mata Nadine membulat lantas ia kembali riang. Ia merasa energinya terisi ketika mendengar kata cemilan, “MAUU.”
“Halah, giliran gitu aja cepet.” ketus Haidar yang dibalas kekehan oleh Nadine.
Mereka memasuki rumah dengan membawa 2 kantong berisi cemilan juga makanan. Mereka menyiapkan mie untuk makan esok hari. Biar hemat katanya.

“Besok jalan jalan aja apa ya?? Nanti saya cari tempat yang bisa didatangi disini. Malamnya kerja laporan. Asik asikan dulu sebelum pulang.”
“Iyaa.”
Keesokan hari datang dengan cepat, pagi pagi Nadine sudah siap. Ia masih menunggu Haidar yang masih berada di kamarnya, Haidar masih bersiap siap.
Tak lama, Haidar pun keluar lantas mereka langsung meluncur pergi ke tujuan.

Mereka tidak memiliki motor disini jadi mereka mengganti nama SUNMORI (Sun Morning Ride) menjadi SUNMODRI (Sun Morning Drive).
Waktu terus berjalan. Kini mereka sedang berada di dala mobil yang terparkir di dekat sawah. Mereka sedang mengamati sunset. Susah mendapatkan seperti ini di Makassar maka mereka memanfaatkan kesempatan.
Mereka kembali sebentar untuk mengambil bahan laporan. Mereka mengerjakannya di luar atas usul Nadine. Ia ingin mengerjakannya di rumput rumput sambil melihat bulan katanya.
Selesai mengerjakan laporan, mereka mendengar musik sambil bernostalgia masa masa kecil mereka. Sangat lucu.

Tengah malam, mereka pulang ke rumah. Langsung terlelap karena kelelahan.
Keesokan paginya, hari minggu. Saatnya pulang. Mereka pulang agak siangan karena terlambat bangun di tambah belum membereskan apa pun. Sarapan pun hanya memakan mie instant agar tidak semakin telat sampai. Mereka harus mempersiapkan kembali presentasi untuk esok hari di kampus.
Perjalanan diisi dengan tidurnya Nadine di dalam mobil, Haidar yang berkendara. Serta lagu One Direction, Taylor Swift dan lagu lagu random lainnya yang terputar melalui sambungan bluetooth hp Nadine.

Ketika telah berada di kota Maros, Nadine terbangun dan merasa lapar. Ia mulai merengek kepada Haidar.
Haidar yang sudah merasa biasa dengan tingkah Nadine yang begini pun mencoba mendiamkannya, “udah diem dulu. Nanti sampe Makassar kita ke mekdi. Ku beliin mcflurry. Tu lagu kesukaan mu. Nyanyi lah.”
Lagu Enchanted-Taylor Swift terputar. Nadine pun bernyanyi, sesekali Haidar mengikuti. Mereka terlihat sangat asik ketika lagu Perfect-One Direction mulai terputar. Hari hari yang menyenangkan.
Keesokan harinya di kampus, mereka mulai mempresentasikan hasil yang mereka dapatkan kemarin. Mulai dari hal mendasar, keadaan saat itu, sampai cerita dari Bu Eni dan Maam Ayu pun mereka paparkan.

Tak sedikit dari teman mereka yang kagum. Mereka cukup penasaran bahkan berkata akan mengunjungi Sekolah Islam Athirah Bone suatu saat. Presentasi yang luar biasa ucap sang dosen.
Dengan ucapan terima kasih, Nadine dan Haidar pun mengakhiri presentasi laporan mereka. Mereka tidak menyesal sama sekali datang ke sekolah keren dengan berjuta rahasia di dalamnya.
Serta sejarah lama yang begitu menyenangkan.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar