Boarding
Story #54
Ahmad Deedat Halid
Misteri Kamar Pembina
Sendu di sore ini menemani
perjalananku menuju ke Asrama. Sore ini suasananya berbeda, terasa lebih tenang
dari sebelumnya. Daun yang beterbangan disapu oleh angin sepoi - sepoi. Aku
memilih berjalan sendirian dari Mesjid ke Asrama. Entah dari mana pengaruh ini
bersumber tapi yang pastinya sore ini aku terpikir untuk merenung saja dan tidak melakukan apa - apa. Tas kulempar,
pakaian sekolah kulepas dan duduk termenung menatap satu per satu siswa yang
hendak melakukan berbagai aktivitas. Tak peduli, aku terdiam. Ada apa denganku?
Panggil aku Deedat, aku bersekolah yang ber-asrama. Sekolah ini sekolah
islam, maka dari itu ada Masjid di dalamnya. Biasanya sehabis shalat Ashar aku
pergi olahraga biasa juga mencuci pakaian. Berbeda dengan sore ini, aku hanya
ingin terdiam dan terus diam. Tak ingin melakukan apa apa. Cukup bosan juga
dengan kehidupan disini. Ibarat makan dan minum, kegiatan disini selalu sama
setiap harinya. Hanya itu yang terus berulang dilakukan. Dari bangun sampai
tertidur. Mungkin karena jenuhlah yang membuatku seperti ini. Tak tahu mau
berbuat apa lagi. Menatap langit-langit kamar terus menerus beserta setiap
sudut ruangan yang ada di kamar. Kupandang tanpa arti. Kosong, hampa dan
benar-benar membosankan.
Aku bergegas keluar dari kamar, terlihat sunyi sekali tampak tak ada orang
sekalipun. Aku mencoba mengelilingi lorong untuk mengecek setiap kamar, apakah
ada orang atau tidak. Dan benar saja, tak ada siapapun.
Kamarku berada di sudut paling depan, tepat dekat kamar pembina asrama di
lorongku. Sekarang aku berada di sudut paling belakang dan tetap saja tak ada
orang yang kutemui. Ternyata se sepi ini keadaan Asrama di Sore hari. Aku baru
mengetahuinya karena sebelumnya aku tak pernah seperti ini.
BRUGHHHH!!!!!, terdengar suara yang sangat keras dari suatu kamar, aku tak
tahu jelas dari mana sumber suara itu, tapi sepertinya terdengar dari sudut
kamar paling depan. Apakah berasal dari kamarku sendiri? Entahlah. Aku berlari
dan segera memeriksa dan mengamati kamarku, tapi aku tak menemukan apa-apa. Tak
ada yang tampak aneh dari ruangan ini.
“ Sepertinya suara itu bukan dari kamarku...” aku menggumam dalam hati.
Aku juga tak tahu, tak biasanya aku seperti ini. Aku sangat penasaran
dengan suara tersebut. Rasanya aku tak ingin berhenti mencari sebelum aku
mengetahui dimana asal dan benda apakah yang jatuh dengan suara seperti itu.
Yah, tentu saja. Suaranya sangat besar. Jika diumpakan sepertinya suara
tersebut seperti suara lemari yang terjatuh.
Saat hendak keluar kamar dan memeriksa kamar lain, aku mendengar jejak
langkah kaki dari selasar utama. Tapi aku tidak menghiraukannya. Aku terus
melanjutkan misi ku untuk menemukan benda jatuh itu. Akan tetapi, suara langkah
kaki itu semakin saja kedengaran dan menganggu pendengaranku. Aku merasa
seperti ada yang mengawasiku. Maka dari itu aku memilih mengintip dari sebuah
bilik kamar dan melihat ada apa di selasar utama? Jejak langkah siapa? Mengapa
seperti berlari?
OMAGAHHHHHH!!!! Aku seperti maling yang kaki nya terpijak. Ingin teriak
tapi tak boleh ingin biasa saja tapi ini membuat heboh. Aku sangat terkejut
sebab ternyata pembina asrama di lorong sebelah lah yang berada di selasar
utama. Aku sangat panik sebab ia hampir saja melihatku. Untungnya aku cepat
sadar dan mengelak dari penglihatannya. Sangat aneh dia berlari dari tangga
menuju ke lantai bawah. Aku hendak mengikutinya tapi sebelum sampai ia berlari
lagi menuju lantai atas. Aku berusaha secepat mungkin tanpa suara agar tak
dilihatnya.
Huftttt, untuk yang kedua kalinya hampir saja aku ketahuan mengintilnya.
Aku berniat mengabaikannya tapi tingkahnya terlihat semakin mencurigakan. Ia
menoleh kanan kiri seperti memastikan apakah ada orang atau tidak lalu berjalan
mengendap seperti orang yang sedang tak ingin diketahui. Ini membuatku semakin
penasaran sambil bertanya-tanya dalam hati. “ Apakah fenomena seperti ini
terjadi setiap hari? “. Jika iya, ada apa?. Apa
yang ingin ia lakukan? Kepada siapa ia bersembunyi?.
Aku terus menatapnya dari kejauhan, dia seperti hendak menuju ke kamar
pembina asramaku. Aku semakin curiga. Pikiranku tak bisa lagi berpikir dengan
baik. Aku sudah sangat berprasangka buruk kepada pembina itu. Ada apa gerangan
ia pergi ke kamar pembina asramaku dengan penampilan seperti itu. Datang
diam-diam dan mengendap seperti maling. Aku berniat untuk mendatanginya. Tapi
dalam sekejap aku berubah pikiran. Sepertinya ada baiknya jika aku hanya diam
dan mengamati sampai aku mengetahui tujuan dari siasatnya.
PARAHHHHHHH, ini sudah terkejut tingkat tinggi.... Yah,,, ia masuk ke kamar
pembinaku. Terlihat seperti mencari sesuatu. Lemari di buka, tas, koper dan
semua sudut ruangan kamar itu tampaknya ia kelilingi. Terlihat seperti mencari
sesuatu. Tak lama setelahnya ia menuju ke sudut paling dalam. Aku sudah tak
dapat melihatnya dari kejauhan ini. Terdengar bunyi aneh seperti kompor yang
ingin dinyalakan. Mungkin semacam itu dan sepertinya pembinaku memang memiliki
kompor di dalam kamarnya.Tapi jika benar, untuk apa dia menyalakan kompor. Apa
mungkin di kamarnya tak ada kompor?. Jika begitu kenapa harus berjalan mengedap
seperti tikus, lagipula dia tak membawa apapun menuju ke kamar itu.
Aku ingin mendekat, tapi entah kenapa secara tiba- tiba ada asap yang
keluar dari kamar tersebut. Tak lama kemudian pembina asrama dari lorong
sebelah itupun terlihat lari dan segera menutup pintu. Aku yang sangat panik
langsung lari ke kamar hingga aku terjatuh dan menimbulkan bunyi yang cukup
nyaring. Melihatnya sadar akan suara itu, aku segera lari dan bersembunyi dalam
lemari. Entah ini lemari siapa, aku tak peduli meski baunya cukup menganggu
penciumanku. Tapi sialnya meskipun begitu aku berhasil ketahuan.
“ Hei,,, kamu. Apa yang kamu lakukan
dalam lemari “
“ Aku mencari barangku ustadz “
“ Lalu kenapa bersembunyi? “
“ Sebenarnya ini bukan kamarku, dan
tadi karena panik mendengar suara pintu tertutup aku segera bersembunyi “
“ Lah, jika bukan kamarnya kenapa mencari barang disini? Bukankah masuk
kamar orang tanpa izin itu tidak diperbolehkan? Apalagi tak ada penghuni kamar. Jika ada yang hilang
jelas sudah pasti kamu disalahkan “
“ Bukan begitu ustadz, barangku sempat dipinjam oleh salah satu penghuni
kamar ini, dan dari itu saya sembunyi karena takut dikira sedang mencuri. “
“ Tetap saja salah, sekarang tak ada penghuuni kamar. “
“ Yasudah saya minta maaf ustadz “
“ Baiklah jangan diulangi “
“ Iya ustadz “
“ Tunggu... sebelumya nama mu siapa? “
“ Deedat Ustadz “
“ Ok Deedat besok menghadap yah sama Guru BK tentang kejadian ini “
“ Iya ustadz... “
Sial yang sangat sial, berawal dari penasaran akan benda yang terjatuh dan
akhirnya berujung pada mendapatkan mmasalah. Huft, hari yang sangat beruntung.
Tapi tenang saja aku tak takut. Aku akan berkata jujur besok di ruang BK. Aku
akan menjelaskan semuanya. Lagipula aku sempat merekam aksinya melalui kamera
salah satu siswa dari kamar ini. Aku hanya tinggal meminjamnya besok. Aku akan
merahasiakan ini dari semua siswa. Aku sangat ingin bercerita kepada pembina
Asramaku tapi sayangnya dia akan kembali di tiga hari yang akan datang.
Sudahlah biar guru BK saja yang menanganinya besok. Aku hanya sedikit cemas
sebab aku tak melihat apa yang ia bawa keluar dari kamar. Tapi tak apa. Semoga
saja bisa segera terbongkar. Akan sangat membanggakan bukan jika aku
menyelesaikan ini. Pasti aku akan dinobatkan sebagai pahlawan asrama dan tentu
saja mendapatkan banyak pujian. Baik dari siswa maupun guru gurunya.
Tak terasa esok hari sudah tiba. Aku harus mengumpulkan
mental untuk bertemu dengan guru BK. Hari ini aku juga berangkat lebih awal
dari sebelumnya. Aku tak mau ada satupun orang yang melihatku masuk keruangan
guru BK. Aku malas menanggapi setiap pertanyaan nanti dari banyak siswa. Dan
itu sudah pasti. Semua siswa disini memiliki tingkat penasaran yang sangat
tinggi. Semoga saja guru BK nya sudah datang ke sekolah. Tapi biasanya dijam
seperti ini harusnya dia sudah datang.
“ Assalamualaikum.... “
“ Waalaikumsalam “
“ Ibu, boleh saya masuk “
“ Boleh silahkan... ayoo duduk disini “
“ Iya bu, terimakasih “
“ Ada apa nak? “
“ Begini bu, saya ingin melaporkan sesuatu sekaligus
cerita tentang kejadian yang saya alami kemarin “
“ Wah, baiklah silahkan nak... “
Alhamdulillah. Lega rasanya. Setelah lama bercerita
dengan guru BK ku akhirnya keputusan
ditemukan. Dan aku sangat senang sebab guru BK berada dipihak ku. Dia lebih
percya kepadaku. Awalnya aku sempat khawatir tapi akhirnya semua berjalan
lancar. Yang harusnya aku terkena kasus pencurian akhirnya pembina asrama
itulah yang mendapatkan kasus tersebut. Sekarang tinggal menunggu ia datang
keruangan ini.
Setelah lima menit menunggu akhirnya pembina asrama itu datang. Kami
berbincang dari A sampai Z tentang permasalahan ini. Tapi sayang seribu sayang
rasanya ini tidak sesuai dengan ekspektasiku. Dia terlihat sangat santai dan
tenang. Aku sedikit heran kenapa dia tak ada pembelaan sedikitpun. Dalam
sekejap ia langsung tersenyum dan mengatakan bahwa ia benar sedang mencuri
sesuatu yakni uang dari pembina asramaku. Entah karena tak bisa lagi mengelak
dari bukti yang ada atau ada hal lain, yang pastinya aku sangat curiga. Rasanya
ini masih penuh misteri. Setelah akhirnya dia diputuskan untuk dikeluarkan
sebagai pembina asrama di sekolah ini dia tersenyum dan berbisik kepadaku “
lanjutkan niat baikmu nak “ .
Badanku seketika bergetar mendengar bisikan itu terlontarkan. Aku merasa
sedikit bersalah telah merusak profesi seseorang. Hanya saja dia memang
bersalah. Namun aku sedikit tenang karena dipuji oleh guru dengan apa yang telah
aku lakukan. Tapi tetap saja ada yang mengganjal. Aku merasa bahwa masalah ini
belum selesai. Sepertinya masih ada yang perlu diselidiki. Sangat tidak mungkin
pembina itu langsung menyerah tanpa sedikitpun pembelaan. Sangat mencurigakan
bukan. Lagipula bukti yang aku tunjukkan juga tak terlalu kuat. Dalam rekaman
itu sama sekali tidak memperlihatkkan dia sedang mencuri sesuatu. Dia bisa saja
mengelak jika mau tapi dia mala memilih pasrah. Sungguh sangat mencurigakan.
Sore nanti setelah shalat ashar aku memilih tak lagi melakukan kegiatan
apapun. Aku masih mau melanjut penyelidikan kemarin. Sepertinya masih banyak
pertanyaan yang belum terjawab.
Setelah melihat asrama kembali sepi, aku langsung bergegas menjalankan
misiku. Tapi kini aku tak sendiri. Tentu saja setelah kejadian kemarin aku tak
lagi berani melakukan ini sendiri. Sepulang shalat tadi, sebelum menuju ke
Asrama aku menceritakan kejadian ini kepada Kepala Asrama. Maka dari itu aku
meminta tolong agar beliau mau menemaniku untuk menyelidiki kamar pembina
asramaku yang penuh misteri itu. Meski dengan badan yang gemetar aku
memberanikam diri bercerita kepadanya sebab aku tak punya pilihan lain. Meski
sebenarnya beliau sudah tau mengenai kasus pencurian ini sebab segala sesuatu
pun beliau harus ikut serta dalam
mengambil keputusan.
“ Ustadz, apa ustadz melihat asap itu ? “
Aku bertanya seperti itu kepada Kepala Asramaku sebab terdapat asap yang
keluar dari kamar pembinaku. Hal tersebut membuat rasa penasaran kami semakin
kuat. Kami berusaha membuka pintu kamarnya, akan tetapi itu sangat sulit.
Seperti ada yang menahan.
Kepala Asramaku berusaha membuka pintu itu dengan mendorongnya dengan keras
dan BRUGHHHH!!!! bunyi yang misterius seperti kemarin. Ternyata firasatku
kemarin tak meleset. Suara yang sangat besar itu adalah suara lemari yang
terjatuh. Sepertinya lemari ini digunakan untuk menjanggal pintu dan hal
seperti inipun terjadi kemarin saat pembina asrama lorong sebelah itu hendak membuka pintu kamar ini.
Tapi ada apa dengan kamar pembinaku ini? Aku tidak menemukan apapun di
dalam. Kami hampir saja menyerah. Kepala Asramaku mengajakku untuk keluar dari
kamar ini. Tapi aku menolak. Aku masih penasaran.
“ Ustadz, jika disini tak ada siapa-siapa lalu yang menjanggal pintu ini dengan
lemari siapa? “
Mendengar pertanyaanku tersebut beliau pun kembali memeriksa seluruh kamar
itu. Aku menatap satu tempat yang tertutup yang sama sekali belum kami periksa,
yakni kamar mandi yang berada di kamar itu.
Saat kami membuka pintu, terjawablah semua rasa penasaran yang kami
selidiki ini. Asap yang tak tahu
keberadaannya ternyata berasal dari vape yang digunakan oleh seseorang yang
kami temui di dalam kamar mandi tersebut. Aku sangat kecewa ternyata orang yang
berada di dalam kamar mandi itu ialah pembina asramaku sendiri. Yang akhir
akhir ini jarang terlihat karena alasan izin dengan kepentingan diluar ternyata
bersembunyi dan melakukan hal yang sangat dilarang dalam sekolah ini.
Selain kecewa, aku juga merasa bersalah kepada pembina asrama lorong
sebelah itu karena telah menuduhnya yang bukan-bukan.
Setelah hari itu, pembina asramaku langsung dikeluarkan dengan segera tanpa
pembicaraan apapun. Pihak sekolah mencoba menghubungi pembina asrama lorong
sebelah yang baru saja dikeluarkan, dia diminta untuk kembali serta meminta
maaf kepadanya dengan sebesar-besarnya namun dia menolak.
Dari kejadian ini, aku tersadar ternyata tak semua yang tampak baik itu
benar-benar baik begitupun sebaliknya, yang buruk belum tentu benar-benar
buruk. Sepertinya harus berhati hati dalam mempercayai seseorang. Begitupun
dalam memutuskan sesuatu harus penuh dengan pertimbangan yang baik.
Tak hanya itu, seseorang pun harus berhati-hati dalam bersikap. Sebab orang
tidak akan menilai kita sebagai buruk jika kita bertingkah yang baik. Jadi
sebisa mungkin kita menghindari perilaku yang dapat menimbulkan prasangka yang
buruk.
Semenjak kejadian ini, pengawasan kini semakin ketat dan dilakukan
pengecekan oleh pimpinan secara berkala. Tak hanya siswa kini pembina pun perlu
pengawasan yang ketat. Akuu tak membenci sistem ini. Setidaknya dengan begitu,
sekolah ini akan terjamin menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar