Sabtu, 24 Agustus 2019

Ada Tangis di Negeri Agraris


Naskah Finalis Lomba Esai Tingkat Nasional 
Perwakilan Propinsi Sulawesi Selatan
Oleh Miftahul Haera
SMP Islam Athirah Bone

Indonesia adalah negara besar yang berdasarkan data Deputi Kelautan Matirim Kementerian Kordinator Bidang kemaritiman tercatat memiliki 17.504 pulau yang tersebar dari ujung Sumatera sampai Papua. Indonesia dikenal sebagai negara yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani dan pelaut. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, sawah, laut, hutan, dan barang tambang.  Indonesia bahkan mampu mengekspor berbagai macam kebutuhan masyarakat dunia, mulai dari bahan pokok seperti beras, sampai kepada minyak mentah yang dihasilkan dari sumur-sumur kita yang ada di darat maupun di laut. 

Meski indonesia dikenal luas di dunia sebagai negara maritim, tetapi kita juga tersohor sebagai negara agraris di mata dunia. Selain itu, pada masa orde baru, Indonesia merupakan salah satu negara besar yang telah berswasembada pangan dan mampu mengekspor komoditi pertanian ke negara-negara lain. Apalagi ditambah dengan keadaan geologis  dan posisi negara kita pada garis bujur dan lintang tropis yang sangat strategis.
Indonesia yang dikenal kaya akan sektor pertanian justru mengimpor bahan-bahan pangan dari luar negeri, seperti Vietnam dan Thailand, dari yang dulunya pengekspor terbesar ke 3 di dunia setelah Cina dan India kini mengimpor beras dan komoditi bahan pangan. Dilansir dari data BPS(Badan Pusat Statistik) Indonesia telah mengimpor beras 10 dekade lalu, mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2015. Sementara pada tahun 2016 dan 2017 pemerintah berhenti sementara untuk mengimpor beras, kemudian pada tahun 2018 Indonesia kembali membuka keran impor beras.Total beras yang diimpor sampai sekarang dari 15 tahun lalu, sejumlah 15,39 juta ton ditambah dengan tahun 2018, 500.000 ton sejumlah 15,89 juta ton beras.
Tak hanya itu, Indonesia dikenal sebagai zamrud khatulistiwa yang beriklim tropis, laut yang dan sebagian besar wilayahnya mendapat terik matahari yang cukup sepanjang tahun, harus mengimpor garam. Demikian pula kesuburan tanah, dengan dukungan keanekaragaman flora dan fauna ternyata tetap membuat Indonesia mengimpor 29 jenis komoditas bahan pangan seperti, mentega, daging ayam, biji gandum, kentang, ubi kayu, gula pasir, tembakau, kakao, cengkeh, cabai, minyak goreng, susu, bawang merah, bawang putih, kelapa, daging lembu, lada, apel, jeruk, teh, dan kopi dengan total nilai mencapai US$ 6,16 miliar. Belum lagi obat-obatan dan mebel yang bahan bakunya dapat diperoleh dari hutan-hutan tropis.
Kegiatan impor tersebut dapat membuat devisa negara kita semakin berkurang,Selain itu dampak yang sangat parah pun dirasakan oleh mayoritas petani Indonesia yang memiliki ekonomi tingkat rendah, selain itu, dengan diberlakukannya kebijikan impor ini, produk pertanian dalam negeri tak mampu bersaing dengan prudok pertanian dari luar negeri karena murahnya harga kedelai mereka. Sebagai contoh dalam komoditas kedelai, gandum, dan beras. Saat ini apabila ada ketidakseimbangan antara ketersediaan pangan dan kebutuhan akan pangan, sudah dapat dipastikan pemerintah akan segera membuka keran impor, misalnya pada kebutuhanz kedelai. Diperkirakan tiapa tahun kebutuhan akan biji kedelai adalah kurang lebih 1,8 juta ton dan bungkil keledai sebesa 1,1 juta ton. Perlu diketahui dalam rangka pemenuhan akan kedelai, kita harus mengimpor kurang lebih 60% dari luar negeri. Jika hal ini terus terjadi, Indonesia secara berangsur-angsur akan bergantung pada luar negeri. Keberlangsungan hidup Indonesia akan berdasar pada negara lain.Sampai kapan Indonesia harus mengemis kepaa negara lain? Kapankah Indonesia mewujudkan impiannya sebagai negara yang mandiri.Padahal banyak negara yang iri dengan sehingga ingin menguasai Indonesia karena keberlimpahan SDA yang kita miliki.
Faktor-faktor yang menyebabkan daampak-dampak tersebut adalah :
1.      Mata penceharian sebagai petani semakin lama semakin berkurang.Data dari kementan mengatakan bahwa sekitar 500.000 kepala keluarga beralih profesi dari petani ke non petani.Penyebab hal ini adalah biaya yang dikeluarkan petani lebih besar dari pada dari pada hasilpanen mereka, serta adapula masalah irigasi, yang berdasarkan hasil survei, 52% irigasi di Indonesia rusak.
2.      Turut tangan pemerintah yang masih kurang. Pemerintah sebagai tangan kanan diperlukan petani-petani Indonesia, sumbangsih dari pemerintah berupa pupuk, racun hama, dan bibit padi sangat diharapkan untuk terdistribusi secara merata, cepat, dan tepat.
3.      Lahan pun menjadi masalah, hal ini disebabkan oleh masyarakat yang mengubahalihkan lahan menjadi perumahan, perindustrian dan tempat rekreasi. Hal ini sangat memprihatinkan.Jangan sampai generasi kita tidak menemui lagi tanah yang hijau di indonesia.
4.      Masih minimnya pengadaan mesin dan teknologi canggih lainnya. Belum meratanya teknologi yang canggih sangat mempengaruhi berhasilnya pertanian di Indonesia. Karena bahkan cuaca pun dapat dikendalikan melalui mesin-mesin yang dikenal dengan sebutan hujan buatan.
5.      Cuaca ekstrem adalah salah satu faktor menurunnya ketahanan pangan di Indonesia.Seperti tingginya curah hujan, angin topan, gelombang tinggi, dan kekeringan yang tengah melanda pertanian di Indonesia.Misalnya padi yang kekeringan akibat El Nino, garam yang tak jadi akibat gelombang yang tinggi, dan tumbuhan palawija yang membusuk akibat terendam banjir.
Padahal jika kita pikir dan teliti bersama secara mendalam kita dapat mencegah semua Faktor-faktor tersebut sebelum menjadi semakin parah, dengan cara :
1.      Pemanfaatan lahan atau bangunan yang kosong. Cara ini dapat dilakukan dengan lahan yang minimalis tapi hasil yang maksimal. Air sangat dibutuhkan dengan cara ini, karena merupakan energi pertama bagi padi.Tanpa harus menggunakan tanah.Seperti atap bangunan, lantai basement, gudang yang tidak terpakai dapat dimaksimalkan sebagai lahan pertanian yaitu dengan sistem pertanian hidroponik. Sistem pertanian secara hidroponik yaitu sistem pertanian yang memanfaatkan air langsung sebagai media nutrisi tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. Penggunaan tanah sebagai media tanam dapat digantikan dengan media tanam yang lain seperti pasir, pecahan batu bata, sabut kelapa, busa, dan rockwool. Sifat alami dari tanaman akan tetap tumbuh dengan baik, apabila nutrisi yang dibutuhkan selalu tercukupi. Oleh karena itu, penggunaan sistem pertanian secara hidroponik sangat cocok digunakan di negara-negara yang berbasis pertanian.
2.      Gencar melakukan sosialisai di seluruh penjuru Indonesia kepada para pemuda bahwa petani adalah jati diri bangsa. ,karena tanpa petani tak ada yang bisa mengolah lahan-lahan pertanian, perkebunan serta perhutanan dengan baik dan benar. Namun, kejadian yang terjadi di zaman sekarang adalah banyak pemuda menganggap bahwa petani adalah pekerjaan yang kolot, tidak keren , tak modern dan lain lain. Sehingga diprediksikan,  Petani merupakan salah satu pekerjaan yang terancam punah 50 tahun kemudian. Ini seolah tidak mungkin terjadi di Indonesia, karena petanilah yang mengolah lahan – lahan pertanian. Namun apa jadi, semua ini adalah fakta yang telah sedikit demi sedikit terjadi. Oleh karena  itu dari sekarang mari kita tanamkan kepada penerus bangsa Indonesia bahwa petani itu sangat dibutuhkan. Mesin atau robot adalah hal yang telah lumrah, namun yang terpenting adalah robot tidak berkinerja layaknya manusia .Manusia tetap dibutuhkan oleh pertanian.
3.      Menegaskan kepada seluruh masyarakat tentang masalah program KB. Keluarga berencana atau yang lebih yang dikenal dengan KB adalah salah satu program pemerintah untuk mencegah terjadinya pelonjakan penduduk yang tidak merata di Indonesia. Sebab itu, bagi masyarakat yang mengacuhkan program ini harus ditegasi oleh pemerintah yang berhak. Cara ini adalah langkah agar penduduk Indonesia sejahtera tanpa harus bergantung pada negara lain.Karena kita mampu tapi kita tidak mau melakukannnya.
4.      Pengetatan importasi bahan pangan. Cara ini dilakukan untuk menekan inflasi harga dengan menaikkan kesejahteraan. Dengan demikian, disparitas harga aantara produsen dan konsumen stabil dan tidak terlalu besar
5.      Pengendalian cuaca. seperti membuat hujan dengan buatan manusia. yakni dengan cara melakukan penyemaian awan menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopis (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan.
6.      Memunculkan inovasi baru melalui pendalaman ilmu pertanian berupa terapan / vokasi. Banyak yang menganggap bahwa petani itu mudah. Hanya membajak, menyemai, melakukan pengairan, pemupukan, perawatan lalu memanen hasil pertanian. Namun hal ini salah, perlu ilmu untuk pertanian. Namun, Cara ini perlu melibatkan pemerintah secara maksimal, ilmu pertanian yang dianggap mudah ternyata tak sesuai ekspestasi, karena salah satu faktor terbelakangnya pertanian Indonesia adalah kurang tersentuhnya teknologi canggih dengan peranian Indonesia. Menghasilkan teknologi canggih tak semudah membalikkan telapak tangan.
7.      Meminimkan kegiatan impor bahan pangan agar komoditi pertanian Indonesia dapat bersaing dengan dengan bahan pangan negara lain. Hasil bahan pangan warga Indonesia akan mudah terjual bila tak ada bahan pangan dari negara lain.
Indonesia seharusnya mampu memenuhi kebutuhan pangan warganya.Namun bukan hanya para petani, pemuda, dan seluruh pihak-pihak pun harus turut berpartisipasi. Dimana semua bahu-membahu, saling memikirkan, membuat aksi dan berkarya demi kemajuan Indonesia.Kami berharap indonesia kembali menjadi berjaya di tanah dengan segala kekayaan sumber daya alam dan manusia yang dimilikimya. Indonesia kembali menjadi bangsa yang mandiri di bidang pangan, bahkan mnjadi bangsa yang mampu menyuplai bahan pangan untuk negara-negara lainnya dengan produksi dan ekspor terbesar di dunia. Indonesia mewujudkan generasi emas di 2045 melalui kekayaan agrarisnya, menasbihkannnya kembali sebagai negara yang berwasembada pangan, serta menyingkirkan tangis di bumi agraris dan merekahkan senyum di tanah air tercinta.
Finalis Lomba Esai Nasional di Jakarta Oktober 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar