Di subuh yang tenang dengan suara alunan Al-qur’an menggema di seluruh lorong asrama putra,membuat para santri terbangun dari tidur lelapnya. Para pembina asrama pun dengan sigap membangunkan para santri untuk melaksanakan sholat tahajjud. Setelah beberapa saat terdengarlah sebuah pengumuman “keterlambatan 5 menit lagi”, itu adalah suara khairil syahrul salah satu pembina asrama disebuah sekolah islam bernama Sekolah Islam Babussa Adah Bone.
Dia telah bekerja disekolah tersebut sejak 2 tahun
lalu,selain bekerja sebagai pembina asrama khairil juga sedang menempuh
pendidikan S1 nya yang sudah berada di semester 6. Masa remajanya dia habiskan
di pesantren selama 6 tahun sehingga tidak heran jika dia menjadi seorang
pemuda yang taat beragama. Disekolah Babussa Adah Bone terdapat dua orang yang
menjadi sahabat khairil selama bekerja disekolah tersebut,mereka adalah
Muhammad Syazwan dan Syamsuddin.
Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah gorden
kamar mengenai tubuh khairil yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
Ini adalah hari sabtu,namun bagi khairil ini adalah yang penting baginya karena
hari ini ia akan melakukan ospek terhadap mahasiswa baru. Khairil sudah tidak
sabar untuk melakuan ospek,sama seperti yang dilakukan padanya dahulu pada saat
masih S1. Khairil pun berangkat ke kampusnya yang berada di Bone, diperjalanan
khairil membayangkan seperti apakah nanti ekspresi para mahasiswa baru pada
saat ospek. Akhirnya khairil pun sampai di kampusnya dan langsung memulai acara
ospeknya. Saat acara ospek selesai terdapat salah satu mahasiswi yang
mendatangi khairil lalu menyapanya
“assalamualaikum kak”
“waalaikumsalam, dengan siapa yah”
“perkenalkan nama saya Aisyah saya anaknya kyai sapriadi,kita dulu pernah
di sekolah di pesantrennya ayahku to?”
“owh iya iya, saya ingat sekali itu ayahta, kenapa i kita panggilka?”
“owh itu karena kayak pernahki kulihat di pesantrennya ayahku jadi mauka
minta tolong sama kita, karena kan saya mahasiswa baru, jadi kek mauka kita
kasih tips tips gitu ataupun kita bantuka kalau ada kesulitanku dalam hal
belajar disini”
“owh gitu di’, okey okey tidak apa apa, sebagai bentuk membalas jasanya
juga ayahta ini”
Hari-hari pun berlalu, ketika Aisyah menemui kesulitan di kampusnya ia pun
meminta tolong kepada khairil, hingga akhirnya satu semester pun terlalui,
sekarang khairil telah berada pada semester 7 yang dimana ini akan menjadi
semester terakhir bagi khairil di kampus tersebut. Dalam satu semester terakhir
ini tumbuh bibit-bibit cinta didalam hati khairil,karena ketika ia bertemu
dengan Aisyah jantungnya berdegup kencang,dan mukanya memerah, ia berpikir
mungkin Aisyah adalah jodohnya.
Pada saat diasrama, Syamsuddin yang merupakan salahsatu pembina asrama
sekaligus teman khairil bertanya kepada khairil “ hei Khairil kapan ko kau itu
menikah”
Khairil pun menjawab “hmm tidak tahu mi juga,tapi to ada juniorku di kampus
cantik,anaknya Kyai-ku dulu waktu pesantren ka, ini to tidak tahu kenapa kalau
kulihatki jadi berdetak kencangki jantungku.”
“owh musuka ki artinya itu, Ta’aruf mako datangi keluarganya terus bicara
mako baik baik”
Lalu tiba tiba Syazwan datang dan langsung berkata “betul itu khairil
menikah mako juga kek syamsuddin sama saya biar nanti bisa juga kumpul
istri-istri ta disini asrama”
“Ta’aruf di’,saya pikir pikir mu dulu”. Beberapa hari setelah percakapan
itu,Khairil menghubungi orangtuanya “ Assalamualaikum mak,pak”
“Waalaikumsalam, kenapaki nak?
“begini mak, ada perempuan kusuka mak,terus na bilangika teman ku disini
lebih baik ta’aruf ma saja bede mak,menurutta kita bagaimana mak?”
“kalau begitu pergi maki saja ta’aruf nak, biar kita tahu bagaimana nanti
keputusannya, siapa memangkah itu perempuan yang kita sukai nak?”
“Aisyah namanya mak,anaknya Kyia-ku dulu waktu pesantren”
“ooh,bagusmi itu nak,pasti na kenal jaki bapaknya jadi enak ji itu bicara
nak”.
Kriiingggg krrriiiiinggggg nada dering hp berbunyi,Aisyah yang mendengar
suara itu dengan segera mengangkat telepon, “Assalamualaikum” suara Khairil
yang lembut terdengar di telinga Aisyah
“waalaikumsalam,wiih kak Khairil,kenapa ki kak menelpon?”
“mauka berkunjung ke rumahta mauka pastikan ada jakikah di rumah atau tidak
karena ada mau kubicarakan, sekalian juga mau jenguk Kyiai”
“ohh, datang maki saja kak terbuka terusji pintu rumahku untuk kita, mauka
juga nanti minta pendapat ta tentang suatu hal,datang maki saja”
“iye iye Wassalamualaikum”
“waalaikumsalam”. Khairil menutup teleponnya dan langsung berangkat kerumah
Aisyah yang berada di pinggiran kota Bone,dalam perjalanan Khairil selalu
memikirkan bagaimana nanti kata kata yang ia akan ia katakan nanti. Khairil pun
sampai didepan rumah Aisyah yang masih menggunakan model rumah panggung, namun
rumah Aisyah bukan sembarang rumah panggung. Rumah Aisyah merupakan salah satu
rumah terbesar di lingkungan sekitarnya dinding luar rumahnya yang menggunakan
kayu diukir dengan ukiran bahasa arab dengan beberapa kaligrafi yang
menumbuhkan kesan islam yang sangat mendalam kepada para penghuni rumahnya.
“Assalamualaikum”
“waalaikumsalam” Aisyah menjawabnya lalu mempersilahkan Khairil masuk ke
dalam rumahnya
“Kyiai mana?”
“tunggu yah saya panggilkan”, Aisyah pun pergi untuk memanggil ayahnya yang
sedang berbincang dengan seorang pemuda di belakang rumahnya
“ayah ada tamu”
“siapa?” tanya ayahnya
“Khairil yah, dia dulu merupakan santri ayah, ingat tidak?”
“hmm Khairil,oh aku ingat dulu dia itu santri yang sangat rajin, hafalannya
pun banyak”
“Sabri tunggu dulu ya, saya mau bicara dulu dengan tamu”
“iye Kyai”
Kyia Sapriadi pun mendatang Khairil yang berada di ruang tengah rumahnya.
“Assalamualaikum Kyai”Khairil dengan segera langsung mendatangi Kyai
Sapriadi dan langsung mencium tangannya
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,wuih sudah besar kau sekarang
Khairil,gimana kabarmu nak,tidak hilangji hafalanta to? Heheh”
“Alhamdulillah baik Kyai,alhamdulillah juga tidak hilangji hafalanku Kyai
justru bertambah”
“hohoho alhamdulillah,nah kebetulan ada ki disini mauka minta pendapatta
nak tentang calon suaminya Aisyah nanti,tunggu di’ Aisyah panggil dulu calon
suami ta nak”
Khairil yang mendengar itu langsung kaget tanpa berekspresi.
Tak lama kemudian datanglah Sabri alias calon suami Aisyah keruang tengah,
“nah ini dia calon suaminya anakku” Kyai Sapriadi menyambutnya dengan
riang, Sabri yang baru datang langsung berjabat tangan dengan Khairil
“Assalamualaikum perkenalkan nama saya Sabri calon suami Aisyah”
“Waalaikumsalam perkenalkan juga nama saya Khairil saya dulu santrinya
Kyai”
Aisyah yang datang dari memanggil sabri tak lupa juga membawa makanan
ringan serta minuman ke ruang tengah “ayo makanki kue sama sama semua”. Mereka
semuapun memakan makanan ringan yang telah disajikan oleh Aisyah, “nah Khairil
ini nama Sabri calon suaminya anakku, dia to anak lulusan Al-Azhar di mesir,
dia juga telah menghafal 30 juz, bagaimana sangat cocok kan dengan putriku?”
“MasyaAllah, ini lelaki sempurna Kyai apalagi tampan ki juga”
“hahahah,ohh iya saking senangnya kamu datang aku lupa bertanya tujuan
kedatanganmu ke
rumah Khairil”
“ohh tentang itu Kyai, tujuan saya datang adalah ingin berterima kasih
kepada Kyai karena dulu telah mengajarku,dan juga mau mengatakan kepada Aisyah
bahwa semester ini adalah semester terakhirku,jadi mungkin hanya sisa semester
ini aku bisa membantu Aisyah di kampus jika dia mengalam kesulitan”
“hehehe semoga semua ilmu yang telah kuajarkan kepadamu menjadi keberkahan
bagimu Khairil”.
“iya Kyai,hmm saya pulang dulu ya kyia soalnya masih ada urusan juga
diasrama tempat saya kerja”
“iya hati-hati ya nak”
“Assalamualaikum kyai” Khairil pun langsung mencium tangan Kyai Sapriadi
dan berpamitan kepada Aisyah dan Sabri
Dalam perjalan pulang Khairil merasa sedih namun sekaligus juga merasa
senang karena ternyata Aisyah telah memiliki calon suami yang ternyata
merupakan lulusan universitas Al-Azhar. Akhirnya Khairil pun sampai di Sekolah
Islam Babussa Adah Bone yang kebetulan di sekolah tersebut adzan telah di
kumandangkan,Khairil pun langsung menuju ke tempat parkiran dan bergegas ke
masjid untuk menunaikan shalat secara berjamaah. Setelah melakukan shalat
berjamaah Khairil berdoa kepada tuhan “ Ya Allah aku terima semua takdir yang
engkau berikan dengan lapang dada karena aku yakin semua takdir yang engkau
berikan adalah keputusan terbaik yang telah engkau tentukan, mungkin juga
sekarang adalah saat bagiku untuk belajar dan terus belajar maka dari itu aku
memohon kepadamu agar engkau selalu memberikan jalan yang terbaik bagiku dalam
menuntut ilmu”.
Beberapa hari setelah pertemuan Khairil dengan Kyai Sapriadi hati Khairil
sudah lebih baik dan menjalani hari-harinya seperti biasanya, dia pun
memutuskan untuk kembali mengejar cita-citanya dahulu
yakni menyelesaikan pendidikannya Hingga S3
Rayhan Mata Allo_Kelas IX As Salam 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar