Senin, 24 April 2023

Antologi The Dorm; Cinta Yang Tak Tersampaikan

             Di subuh yang tenang dengan suara alunan Al-qur’an menggema di seluruh lorong asrama putra,membuat para santri terbangun dari tidur lelapnya. Para pembina asrama pun dengan sigap membangunkan para santri untuk melaksanakan sholat tahajjud. Setelah beberapa saat terdengarlah sebuah pengumuman “keterlambatan 5 menit lagi”, itu adalah suara khairil syahrul salah satu pembina asrama disebuah sekolah islam bernama Sekolah Islam Babussa Adah Bone.

Dia telah bekerja disekolah tersebut sejak 2 tahun lalu,selain bekerja sebagai pembina asrama khairil juga sedang menempuh pendidikan S1 nya yang sudah berada di semester 6. Masa remajanya dia habiskan di pesantren selama 6 tahun sehingga tidak heran jika dia menjadi seorang pemuda yang taat beragama. Disekolah Babussa Adah Bone terdapat dua orang yang menjadi sahabat khairil selama bekerja disekolah tersebut,mereka adalah Muhammad Syazwan dan Syamsuddin.

Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah gorden kamar mengenai tubuh khairil yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Ini adalah hari sabtu,namun bagi khairil ini adalah yang penting baginya karena hari ini ia akan melakukan ospek terhadap mahasiswa baru. Khairil sudah tidak sabar untuk melakuan ospek,sama seperti yang dilakukan padanya dahulu pada saat masih S1. Khairil pun berangkat ke kampusnya yang berada di Bone, diperjalanan khairil membayangkan seperti apakah nanti ekspresi para mahasiswa baru pada saat ospek. Akhirnya khairil pun sampai di kampusnya dan langsung memulai acara ospeknya. Saat acara ospek selesai terdapat salah satu mahasiswi yang mendatangi khairil lalu menyapanya

“assalamualaikum kak”

“waalaikumsalam, dengan siapa yah”

“perkenalkan nama saya Aisyah saya anaknya kyai sapriadi,kita dulu pernah di sekolah di pesantrennya ayahku to?”

“owh iya iya, saya ingat sekali itu ayahta, kenapa i kita panggilka?”

“owh itu karena kayak pernahki kulihat di pesantrennya ayahku jadi mauka minta tolong sama kita, karena kan saya mahasiswa baru, jadi kek mauka kita kasih tips tips gitu ataupun kita bantuka kalau ada kesulitanku dalam hal belajar disini”

“owh gitu di’, okey okey tidak apa apa, sebagai bentuk membalas jasanya juga ayahta ini”

Hari-hari pun berlalu, ketika Aisyah menemui kesulitan di kampusnya ia pun meminta tolong kepada khairil, hingga akhirnya satu semester pun terlalui, sekarang khairil telah berada pada semester 7 yang dimana ini akan menjadi semester terakhir bagi khairil di kampus tersebut. Dalam satu semester terakhir ini tumbuh bibit-bibit cinta didalam hati khairil,karena ketika ia bertemu dengan Aisyah jantungnya berdegup kencang,dan mukanya memerah, ia berpikir mungkin Aisyah adalah jodohnya.

Pada saat diasrama, Syamsuddin yang merupakan salahsatu pembina asrama sekaligus teman khairil bertanya kepada khairil “ hei Khairil kapan ko kau itu menikah”

Khairil pun menjawab “hmm tidak tahu mi juga,tapi to ada juniorku di kampus cantik,anaknya Kyai-ku dulu waktu pesantren ka, ini to tidak tahu kenapa kalau kulihatki jadi berdetak kencangki jantungku.”

“owh musuka ki artinya itu, Ta’aruf mako datangi keluarganya terus bicara mako baik baik”

Lalu tiba tiba Syazwan datang dan langsung berkata “betul itu khairil menikah mako juga kek syamsuddin sama saya biar nanti bisa juga kumpul istri-istri ta disini asrama”

“Ta’aruf di’,saya pikir pikir mu dulu”. Beberapa hari setelah percakapan itu,Khairil menghubungi orangtuanya “ Assalamualaikum mak,pak”

“Waalaikumsalam, kenapaki nak?

“begini mak, ada perempuan kusuka mak,terus na bilangika teman ku disini lebih baik ta’aruf ma saja bede mak,menurutta kita bagaimana mak?”

“kalau begitu pergi maki saja ta’aruf nak, biar kita tahu bagaimana nanti keputusannya, siapa memangkah itu perempuan yang kita sukai nak?”

“Aisyah namanya mak,anaknya Kyia-ku dulu waktu pesantren”

“ooh,bagusmi itu nak,pasti na kenal jaki bapaknya jadi enak ji itu bicara nak”.

 

Kriiingggg krrriiiiinggggg nada dering hp berbunyi,Aisyah yang mendengar suara itu dengan segera mengangkat telepon, “Assalamualaikum” suara Khairil yang lembut terdengar di telinga Aisyah

“waalaikumsalam,wiih kak Khairil,kenapa ki kak menelpon?”

“mauka berkunjung ke rumahta mauka pastikan ada jakikah di rumah atau tidak karena ada mau kubicarakan, sekalian juga mau jenguk Kyiai”

“ohh, datang maki saja kak terbuka terusji pintu rumahku untuk kita, mauka juga nanti minta pendapat ta tentang suatu hal,datang maki saja”

“iye iye Wassalamualaikum”

“waalaikumsalam”. Khairil menutup teleponnya dan langsung berangkat kerumah Aisyah yang berada di pinggiran kota Bone,dalam perjalanan Khairil selalu memikirkan bagaimana nanti kata kata yang ia akan ia katakan nanti. Khairil pun sampai didepan rumah Aisyah yang masih menggunakan model rumah panggung, namun rumah Aisyah bukan sembarang rumah panggung. Rumah Aisyah merupakan salah satu rumah terbesar di lingkungan sekitarnya dinding luar rumahnya yang menggunakan kayu diukir dengan ukiran bahasa arab dengan beberapa kaligrafi yang menumbuhkan kesan islam yang sangat mendalam kepada para penghuni rumahnya.

“Assalamualaikum”

“waalaikumsalam” Aisyah menjawabnya lalu mempersilahkan Khairil masuk ke dalam rumahnya

“Kyiai mana?”

“tunggu yah saya panggilkan”, Aisyah pun pergi untuk memanggil ayahnya yang sedang berbincang dengan seorang pemuda di belakang rumahnya

“ayah ada tamu”

“siapa?” tanya ayahnya

“Khairil yah, dia dulu merupakan santri ayah, ingat tidak?”

“hmm Khairil,oh aku ingat dulu dia itu santri yang sangat rajin, hafalannya pun banyak”

“Sabri tunggu dulu ya, saya mau bicara dulu dengan tamu”

“iye Kyai”

Kyia Sapriadi pun mendatang Khairil yang berada di ruang tengah rumahnya.

“Assalamualaikum Kyai”Khairil dengan segera langsung mendatangi Kyai Sapriadi dan langsung mencium tangannya

“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,wuih sudah besar kau sekarang Khairil,gimana kabarmu nak,tidak hilangji hafalanta to? Heheh”

“Alhamdulillah baik Kyai,alhamdulillah juga tidak hilangji hafalanku Kyai justru bertambah”

“hohoho alhamdulillah,nah kebetulan ada ki disini mauka minta pendapatta nak tentang calon suaminya Aisyah nanti,tunggu di’ Aisyah panggil dulu calon suami ta nak”

Khairil yang mendengar itu langsung kaget tanpa berekspresi.

 

Tak lama kemudian datanglah Sabri alias calon suami Aisyah keruang tengah,

“nah ini dia calon suaminya anakku” Kyai Sapriadi menyambutnya dengan riang, Sabri yang baru datang langsung berjabat tangan dengan Khairil

“Assalamualaikum perkenalkan nama saya Sabri calon suami Aisyah”

“Waalaikumsalam perkenalkan juga nama saya Khairil saya dulu santrinya Kyai”

Aisyah yang datang dari memanggil sabri tak lupa juga membawa makanan ringan serta minuman ke ruang tengah “ayo makanki kue sama sama semua”. Mereka semuapun memakan makanan ringan yang telah disajikan oleh Aisyah, “nah Khairil ini nama Sabri calon suaminya anakku, dia to anak lulusan Al-Azhar di mesir, dia juga telah menghafal 30 juz, bagaimana sangat cocok kan dengan putriku?”

“MasyaAllah, ini lelaki sempurna Kyai apalagi tampan ki juga”

“hahahah,ohh iya saking senangnya kamu datang aku lupa bertanya tujuan kedatanganmu ke rumah Khairil”

“ohh tentang itu Kyai, tujuan saya datang adalah ingin berterima kasih kepada Kyai karena dulu telah mengajarku,dan juga mau mengatakan kepada Aisyah bahwa semester ini adalah semester terakhirku,jadi mungkin hanya sisa semester ini aku bisa membantu Aisyah di kampus jika dia mengalam kesulitan”

“hehehe semoga semua ilmu yang telah kuajarkan kepadamu menjadi keberkahan bagimu Khairil”.

“iya Kyai,hmm saya pulang dulu ya kyia soalnya masih ada urusan juga diasrama tempat saya kerja”

“iya hati-hati ya nak”

“Assalamualaikum kyai” Khairil pun langsung mencium tangan Kyai Sapriadi dan berpamitan kepada Aisyah dan Sabri

 

Dalam perjalan pulang Khairil merasa sedih namun sekaligus juga merasa senang karena ternyata Aisyah telah memiliki calon suami yang ternyata merupakan lulusan universitas Al-Azhar. Akhirnya Khairil pun sampai di Sekolah Islam Babussa Adah Bone yang kebetulan di sekolah tersebut adzan telah di kumandangkan,Khairil pun langsung menuju ke tempat parkiran dan bergegas ke masjid untuk menunaikan shalat secara berjamaah. Setelah melakukan shalat berjamaah Khairil berdoa kepada tuhan “ Ya Allah aku terima semua takdir yang engkau berikan dengan lapang dada karena aku yakin semua takdir yang engkau berikan adalah keputusan terbaik yang telah engkau tentukan, mungkin juga sekarang adalah saat bagiku untuk belajar dan terus belajar maka dari itu aku memohon kepadamu agar engkau selalu memberikan jalan yang terbaik bagiku dalam menuntut ilmu”.

 

Beberapa hari setelah pertemuan Khairil dengan Kyai Sapriadi hati Khairil sudah lebih baik dan menjalani hari-harinya seperti biasanya, dia pun memutuskan untuk kembali mengejar cita-citanya dahulu yakni menyelesaikan pendidikannya Hingga S3

Rayhan Mata Allo_Kelas IX As Salam 2023

 

 

           

 

           

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar